Belalang Bersayap Elang

Oleh: Nurhidayat*

Ilustrasi: Reza Yahya
Ilustrasi: Reza Yahya

burung camar menggambar peta

bergegas pergi ke utara

apa kabar sidang pembaca

pantun datang moga gembira

 

bergegas pergi ke utara

sepuluh burung terbang beruntun

pantun datang moga gembira

sudah lama tidak berpantun

 

sepuluh burung terbang beruntun

terkena angin berayun-ayun

sudah lama tidak berpantun

pantun receh asal berpantun

 

terkena angin berayun-ayun

kepak sayap pecah udara

pantun receh asal berpantun

saya datang ingatkan Saudara

 

kepak sayap pecah udara

kulihat saja sambil melamun

saya datang ingatkan Saudara

untuk apa kita berpantun

 

kulihat saja sambil melamun

hanya melihat tanpa memandang

untuk apa kita berpantun

kurang pantun mudah meradang

 

hanya melihat tanpa memandang

di antara langit berwarna-warni

kurang pantun mudah meradang

tengoklah Saudara  ke sana-sini

 

di antara langit berwarna-warni

warna pelangi terbelah-belah

tengoklah Saudara  ke sana-sini

orang marah tak tahu arah

 

warna pelangi terbelah-belah

paling ujung merah cerah

ketika ditanya kenapa ia marah

tak ada sebab yang penting marah

 

paling ujung merah cerah

di dekatnya merah bata

tak ada sebab yang penting marah

begitu peka telinga kita

 

di dekatnya merah bata

seperti bata buatan paman

begitu peka telinga kita

sedikit-sedikit penistaan

 

seperti bata buatan paman

warnanya oranye sedikit kotor

sedikit-sedikit penistaan

sedikit-sedikit kita melapor

 

warnanya oranye sedikit kotor

kotor namun tak sangat kotor

sedikit-sedikit kita melapor

mudah sekali termakan kompor

 

kotor namun tak sangat kotor

kulihat lagi sambil berpikir

mudah sekali termakan kompor

bikin merinding kala bertakbir

 

kulihat pelangi sambil berpikir

pelangi buatan Tuhan Yang Esa

bikin merinding kala bertakbir

semua musuh haruslah binasa

 

lupa pelangi ganti yang lain

ada layang-layang berbenang senar

tak ada tempat untuk yang lain

karena kita yang paling benar

 

ada layang-layang berbenang senar

senar nilon  di layang-layang

karena kita yang paling benar

semua nalar hanyalah bayang

 

senar nilon  di layang-layang

nyangkut di pesawat musafirin

semua nalar hanyalah bayang

seperti tempo hari kemarin

 

kulihat  dari sudut kosan

layang-layang model klasik

ada yang aneh di waktu hujan

kulihat hewan berbentuk unik

 

layang-layang bukan sembarang

layang-layang bermotif kembang

ada elang berotak belalang

ada belalang bersayap elang!

 

*Penulis adalah Editor Senior LPM Skëtsa 

 

Catatan Redaksi:
Tulisan ini dimuat ulang dari Majalah Sketsa Edisi 34 Tahun XXVIII April 2017 pada Rubrik Sastra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *