Tag: Pantun

Makhluk Tuhan Paling Sempurna
PANTUN, SASTRA

Makhluk Tuhan Paling Sempurna

Oleh: Desi Fitriani Ilustrasi: Sri Hari Yuni Rianti Pergi ke kota bertemu AnyaJalan bersama mencari makanAkulah manusia, katanyaPuncak tertinggi kehidupan Sore hari bermain bolaMalamnya dimarahi papaBanyak mau besar kepalaTak pernah sadar ia siapa Kucing lari berburu tikusSayur mayur dimakan kelinciMakhluk rakus selalu hausEgo pribadi adalah kunci Kayu lapuk terlalu rapuhHingga mengganggu terlalu bauTidak segan saling membunuhUntuk dapat segala yang dimau Jangan sedih, jangan meranaHingga hidup jadi sia-siaDasar makhluk paling sempurnaManusia yang tak seperti manusia Di kebun binatang ada jerapahLihat dari jauh supaya amanSering merusak tanpa bersalahHingga masa depan jadi ancaman Hasil bumi laku terjualDibayar tunai dengan harga mahalPercuma dianugerahkan akalJika...
Pendidikan di Pelosok? Entahlah
PANTUN, SASTRA

Pendidikan di Pelosok? Entahlah

Oleh: Muhammad Fauzan Akbar Dewanto* Ilustrasi: Alil Saputra Diskon harga di swalayan Semua orang datang kegirangan Pendidikan penting didapatkan Segala usaha akan diperjuangkan   Main api bersama teman Api menyala, tiba-tiba padam Bagaimana bisa memperoleh pendidikan Jarak jauh, perjalanan separuh malam   Murai terbang ke pohon tinggi Keong kecil memakan sawi Sungai dan jurang harus dilalui Demi mencapai sekolah kami   Halaman samping terasa sempit Penuh batu yang tertumpuk Sekolah di sini hanya sedikit Sudah kumuh, bagai mau ambruk   Banyak kasus tertulis di kertas Hakim diminta bekerja keras Pelajar dituntut menjadi cerdas Tapi tidak diberi fasilitas   Makan itik bareng gebetan Bagian paha menjadi rebutan Maksud hati ingin mendapat pendidikan Biaya besar tak bisa dicukupk...
KE MANA HILANGNYA DEMOKRASI?
PANTUN, SASTRA

KE MANA HILANGNYA DEMOKRASI?

Oleh: Firliana Indah Safira* Ilustrasi: Alil Saputra Tanah berlereng mudah erosi Membuat warganya perlu siaga Indonesia negara berdemokrasi Tapi sayang hanya sebatas nama   Legitnya potret masakan kakap Terasa menggugah di lidah manis Rakyat proletar terdiam senyap Terbiasa jadi tawaan borjuis   Ketuk terdengar pada sebuah pintu Dibukakan rupanya ada manusia Sungguh bejat para wakil rakyat itu Banyak bergaya, kerja tak nyata   Ke pasar malam membeli arumanis Jajanan ini terbilang familiar Bercita-cita mengonsep demokratis Namun banyak suara enggan didengar   Kilatan petir meraung cepat Hujan turun mengaliri bumi Bukankah kita bebas berpendapat? Lantas kenapa masih dibatasi   Berdikari kokoh pohon cemara Potretnya indah menyejukkan hati Hendak bagaimana c...
SEKOLAH AMBURADUL
SASTRA

SEKOLAH AMBURADUL

Oleh: Widya Marsepti Harista Ilustrasi: Marita Dwi Asriyani Kura-kura dalam perahu Ayam kampus dalam swalayan Indonesia masih menungguMenunggu cerahnya pendidikan Cempedak berbuah nangkaBidik tikus berbulu curutTujuh dekade kita merdekaPendidikan masih carut-marut Malu bertanya sesat di jalan Besar kemaluan susah berjalan Pendidikan dikepung kekuasaan Pendidikan diperjualbelikan Dasar gajah beraknya besar Kita berak tergopoh-gopoh Si kaya bertambah pintarSi miskin bertambah bodoh Si Udin rambutnya klimis Udin klimis ternyata bajinganGembar-gembor sekolah gratis Gembar-gembor pemerataan Goyang ngebor goyang itik Goyang terus sampai puas Pemerataan hanya jargon politik Pemerataan sebatas formalitas Janda muda suka berhias Suka digoda duda kayaKucuran anggaran sangat ...
Pantun Rumah Sawah
SAJAK, SASTRA

Pantun Rumah Sawah

Oleh: Aziz Dwi Apriyanto* Sengaja ke Bali memburu turis Minum bir, makannya tahu kupat Kita hidup di negeri agraris Kebun dan sawah di setiap tempat Jidat profesor sangatlah terang Di tempat gelap bisa menyala Tapi miris kondisi sekarang Impor pangan merajalela Ke kondangan membuat ulah Atasan rapi, tapi tak bercelana Tambah penduduk, tambah masalah Permukiman warga taruh di mana? Hujan deras bercampur petir Tanda cuaca sedang tak ramah Jangan bingung, usah khawatir Sawah ditanami rumah mewah Murid pacaran sebut mama papa Ketahuan, disidak kepala sekolah Rumah aman, lalu kerja apa? Bikinlah toko, belilah sawah sebelah Aduh manis bikin hati terpana Gadis cantik mengunyah permen Papan sudah, sandang macam mana? Bukalah lahan, bangun pabrik garmen! Ada yang unik dar...
Pantun Hari Kemerdekaan
SAJAK, SASTRA

Pantun Hari Kemerdekaan

Oleh: Emerald Magma Audha* Ada udang di dalam bakwan Tersaji di setiap dukan Wahai Saudara, hai Kawan Ini Hari Kemerdekaan Culika melarat mendapat celaka Kakinya gempor dihantam popor Katanya ini negeri merdeka Pangan impor, tenaga kerja impor Bausuku bertelut pada tuanku Syahdan, ia bersujud serupa sayak Isu SARA masih saja laku Kebinekaan terancam koyak Ada ikan di ujung langit Ikan terbang, ikannya Indosiar Orang-orang saling sengit Asal menghujat, tak pakai nalar Wong-wong silih menggilas Lokika loka petaka di pestaka Banyak pejabat licik dan culas Banyak rakyat dikibuli mereka Lelap malam begitu syahdu Bulan dan bintang saling mengatas Laku KKN dijadikan candu Kekuasaan menjadi komoditas *Pegiat LPM Skëtsa Unsoed.
Belalang Bersayap Elang
SAJAK, SASTRA

Belalang Bersayap Elang

Oleh: Nurhidayat* burung camar menggambar peta bergegas pergi ke utara apa kabar sidang pembaca pantun datang moga gembira   bergegas pergi ke utara sepuluh burung terbang beruntun pantun datang moga gembira sudah lama tidak berpantun   sepuluh burung terbang beruntun terkena angin berayun-ayun sudah lama tidak berpantun pantun receh asal berpantun   terkena angin berayun-ayun kepak sayap pecah udara pantun receh asal berpantun saya datang ingatkan Saudara   kepak sayap pecah udara kulihat saja sambil melamun saya datang ingatkan Saudara untuk apa kita berpantun   kulihat saja sambil melamun hanya melihat tanpa memandang untuk apa kita berpantun kurang pantun mudah meradang...
Pantun Hari Pers Nasional
SAJAK, SASTRA

Pantun Hari Pers Nasional

Oleh: Nurhidayat Anak kuliah menulis jurnal Anak persma bikin majalah Ini Hari Pers Nasional Momentum wartawan untuk berbenah Koran sobek di bagian tengah Koran bekas dijual ke loak Wahai masyarakat kelas menengah Janganlah mudah termakan hoax Nenek-nenek suka membaca Beli buku dua eksemplar Jangan mudah menyinggung SARA Baca yang banyak supaya pintar Anak kasmaran menulis surat Surat dikirim terbaca tidak Wahai birokrat yang terhormat Kritik datang jangan ditolak Menulis cerpen harus diketik Ditolak editor mataku sembab Mungkin pers banyak mengkritik Banyak mengkritik asal bertanggung-jawab