PESTA RAKYAT, Sarana Menghitung Hidung

Adalah omong kosong, menganggap manusia berdiri sederajat. Karena di dunia ini selalu ada dualisme, ada barat ada timur ada atas ada bawah dan kenyataan kontradiktif lainnya. Hubungan atas bawah ini dapat diigambarkan misalnya hubungan antara kopral dengan jenderal maupun buruh dengan majikan.

Gatotkaca dan Togog

Jangan heran kalau di kampus ada kampanye kecil-kecilan untuk memilih para wakil mahasiswa dan pengurus baru karena itu memang sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun. Dikatakan kecil-kecilan karena intensitas keramaian (atau katakanlah kesakralannya) tidak semeriah pemilihan ketua erte, calon tunggal sekalipun. Tidak percaya? Silakan hitung sendiri, pasti lebih banyak mahasiswa yang memilih mengantuk di kamar kos daripada berbondong-bondong menunjuk lubang hidung sejawatnya untuk dijadikan wakil mahasiswa atau pengurus baru. Sehingga kalau menyembul pertanyaan: apakah ini berarti kadar rasa demokrasi mahasiswa sekarang menurun? Saya kurang begitu paham.

Sutan Takdir Alisjahbana: Kita Harus Menuju kepada “Federasi Dunia”

Sutan Takdir Alisjahbana dikenal sebagai tokoh bahasa yang memordenisasi bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Perannya dalam…