Oleh Linggar Putri Pambajeng

Sinyo nekat berenang di kali,
Sebab dia lupa bawa sampan.
Ternyata susah juga jadi lelaki,
Memikul jutaan beban dan harapan.
Nona manis berbulu mata lentik,
Punya wajah yang tak layak dicaci.
Begitu air mata keluar setitik,
Langsung dia disangka banci.
Anak noni ketagihan silat,
Dia sampai lupa pulang ke rumah.
Mereka bilang, “Lelaki harus kuat!,”
Nyatanya lelaki pun punya titik lemah.
Si tuan membawa pikulan arang,
Memikul dan berjalan lewat jembatan.
Si abang kesal dipaksa harus garang,
Padahal hatinya penuh kelembutan.
Sinyo menyapa noni dengan cerah,
Lalu diajaknya dia ke luasnya taman.
Katanya tak boleh curhat lelah,
Bagai robot tanpa seribu perasaan.
Meneer tua hanya duduk di selasar,
Sebab malas dan enggan jalan kaki.
Andai para orang kolot cepat sadar,
Putuslah rantai pembelenggu laki-laki.
Editor: Ryu Athallah Raihan