Tag: Sastra

Di Mana Mawar Iblis Berduri Itu?
CERPEN, SASTRA

Di Mana Mawar Iblis Berduri Itu?

Oleh: Nurul Irmah AgustinaDahiku mengernyit seusai membaca pengumuman peringkat paralel jurusan IPA angkatanku. Di sana memang terpampang namaku di urutan puncak, Sarah Prasetya. Impian besar yang terasa hampa sebab menetas tanpa cangkang. Cangkang yang selalu mencegat ambisiku, ialah rivalku. Perlahan, tercium keanehan mengakar dalam jiwaku dan aku pertama kalinya bertanya perihal tak berguna. Di mana rivalku yang kerap mengalahkanku? Di mana namanya? Di mana Laras Maharani?Awalnya aku tak menyebutnya rival—ini bermula dari tatapan merendahkan yang dilayangkannya untukku, saat itu. Tentu hatiku terusik hingga membakar rasa kesal yang berujung dendam. Aku benci dengan sebuah tatapan meremehkan. Setiap kali mata kami bersirobok, pasti ia akan mengerling sengit lalu menumpahkan segumpal kata...
Ingat Saat Itu?
SAJAK, SASTRA

Ingat Saat Itu?

Oleh: Ade Ika Cahyani Aku bergelut dengan sayap kenari saat malam mengepak, bersiapDi sisi bumi yang terbentang, kanvas luas dan permadani menghalau pandang, bersitatapJauh jaraknya; kamu di sudut, meringkuk, meratapKatanya pohon-pohon surga bahkan berbisik, tergagap,“Kalian bukan sesuatu.” Benar; kamu sendirian di sudut, meringkukAku tahu pernah meraih pundakmu, kan? Aku tepukAku ada di sana kala malam lengser dari perpaduan, merutukSisa waktu terkutuk; aku membujuk Sayang,Aku sendirianDi sudut, tak ada sosok yang aku impikanImajinasi yang sentimental menggigit perasaanBenar, aku bahkan tak mampu membuatmu bertahan Ingat saat-saat seperti ini?Kamu sendiri, aku juga tak berkutikBurung surga meringis miris, berbisik,“Menyedihkan…”Kamu ingat saat-saat seperti ini? Beritahu kalau kam...
Dalam Jenggala Belantara
SAJAK, SASTRA

Dalam Jenggala Belantara

Oleh: Intan Ramadhani Dalam jenggala belantara padat rantingHujan menumpahi selalu lahannya yang keringDi sana kusuma higanbana tumbuh selasaRancap menyayat pada nadi empunyaKelopak rupawannya mengerat mata serupa belingUmbinya kasar berakar mengetati dagingRuah darah tiada hingga ditelannyaKusuma higanbana memerahi daksanya Dalam jenggala belantara minim pemukimHujan menumpahi selalu malamnya yang dinginSaban hari cemeti pula belati berarakan tanpa kendaliSerampangan pagan tertanam di sana-siniBilahnya menengadah, menyabiti jari petandangBilahnya melambai, melecuti kaki pendatangRuah darah melintangi suaranyaCemeti pula belati memerahi matanya Dalam jenggala belantara, bukanSatu gubuk kumuh dalam gangPuan menghuni sendirianDan mendiami keheninganDi sana hanya ada malamDi angkasa jua tanp...
Apa Itu Gagal?
PANTUN, SASTRA

Apa Itu Gagal?

Oleh: Zahra Nurfitri LailaMakan ayam pakai piring kacaPiringnya jatuh kemudian pecahHidup kadang suka bercandaKemarin di atas sekarang di bawahMasak kentang balado atiEh, ternyata lupa masak nasiPutaran waktu tak lelah berhentiSemakin tua semakin mengujiKukus sayur di atas nampanDi bawah nampan ada rak sandalJatuh bukan tanda kegagalanBahkan tak ada yang namanya gagalBikin bubur pakai daun pandanDaun pandannya masih punya akarSenyuman itu membahagiakanLayaknya tekad yang kerap menularPagi-pagi makan kacangKacangnya tumplek terbang-terbangKesuksesan hak semua orangYang berusaha ialah yang menangEditor: Miqda Al Auza'i
Carut Marut Pendidikan
PANTUN, SASTRA

Carut Marut Pendidikan

Oleh: Ahmad Fahri Sya’bani Ilustrasi: Linggar Putri Pembajeng Ke Korea Selatan beli nanasPenjualnya adalah Jungkook-nimMau menuju Indonesia emasDengan fasilitas pendidikan minim Ayah ibu sedang jalan-jalan Sedangkan aku tidak boleh keluarPendidikan diperjualbelikanUntuk mereka yang membayar Ke pasar tidak bawa duitKetika pulang bawa kasurMau belajar aja dipersulitDengan berbagai macam prosedur Jalan-jalan ke Pulau NiasSampai sana beli buahAnggaran pendidikan mau dipangkasKualitasnya masih rendah Ke pasar malam buat jalan-jalanBersama kekasih berdua-duaanPemerintah harusnya mencerdaskanBukan menyebarkan kebohongan Editor: Zahra Nurfitri Laila
Bagian yang Terlupa
SAJAK, SASTRA

Bagian yang Terlupa

Oleh: Miqda Al Auza'i Ilustrasi: Sri Hari Yuni Rianti Berdebu, menjelma rumah laba-labaTerasing, tak terjamah oleh mataDi baris terakhir rak buku tuaWaktu berjalan, kuikut menua Lama tak rasa hangat tangan manusiaLama tak lihat kerutan di raut mukaBetapa kurindu, oh, betapaApakah aku adalah sebuah tiada? Pada sentuhan terakhir yang kurasaHanya satu bagian dariku yang dibukaLantas mereka asyik bercengkramaOh, apakah aku adalah sebuah tiada? Kembalilah aku ke tempat semulaBetapa tajam mereka bicaraTentangku, si buku tuaTak menarik, membosankan, katanyaOh, aku bukanlah sebuah tiadaJika Tuhan mengamanatkan nyawa‘Kan kusapa lembut telinga yang lupaLantas berkata padanya;Aku bukanlah sebuah tiada,akulah yang menjadikanmu ada Editor: Helmalia Putri
Atap Usang yang Terpasang
SAJAK, SASTRA

Atap Usang yang Terpasang

Oleh: Nurul Irmah Agustina Ilustrasi: Nurul Irmah Agustina Langkahnya mengecap ruaisahaja terhunjam raksi penuh damaipada atap usang yang makin mengusangsaksi kebisuan derasnya cucuran—di lentik yang meradang Matanya menatap nanar sudut ruanggetarlah arang yang silam menabur sejuta kebengisankulasentana tersedu-sedan di sudutterguyur tetesan langit yang turut,menangis pilu (tak kunjung surut) Usang payah rumahkusungguh, sekadar lesap kaki atas pelataran ini  selama panca warsa kurang lebihsemakin reyot, tak layak tuk manusia tinggali (kala diri termangu)bayang tiga manusia menyembulmereka tengah makan nasi liwetan yang terakhir lalu mengisak usai kuberi senyum getir Rumah purba pembawa kenangan berbisa meracuni jiwa hingga napas saja rasanya susah  tertancap seribu se...
Hujan Kenangan di Musim Gugur
SAJAK, SASTRA

Hujan Kenangan di Musim Gugur

Oleh: Salsabila Isti Amanita Ilustrasi: Olga Laura Welly Di lembaran masa cilik yang tersusun rapihMemori awal kehidupan tersimpan dengan sempurna,layaknya sebuah karya seni yang tak ternodaiBagai hikayat yang tak ditulis, kisah yang tak diucapkanBergema kuat di hati dan takkan pernah terhapus oleh waktu Kala itu, dunia bagai panggung teater dari sebuah pertunjukanBerlari ke sana kemari dengan penuh sukacitaBersorak riang di seluruh penjuru duniaBagaikan melodi indah yang tak terlupakan Langkah-langkah kecil dengan penuh harapan demi meraih impianDi antara rerumputan hijau sebuah kisah diciptakan dengan penuh keelokanKami belajar tentang keberanian, ketika petir menggelegar di langitBerlindung di bawah rimbunnya pohon, kami berjanji akan selalu bersama Kenangan masa kecil, b...
Si Cantik Langit
SAJAK, SASTRA

Si Cantik Langit

Oleh : Zahra Nurfitri Laila Ilustrasi : Nurul Irmah Agustina Satu hari kamu biruKutatap indahmu yang syahdu ituAwan berlagak bak perhiasanKian rupawan kamu dijadikan Dua hari kamu menggerutuKamu marah pada manusiaSerakah, alam dibabat semuaTapi kamu jembatan cahayaTangisan selesai, pelangi setelahnya Selanjutnya kamu murkaTak sudi katamu,Indahmu dilihat para begajulan ituKuserahkan sapu tanganUntuk elokmu sepanjang zaman Keesokannya kamu mengembaraMengitari dunia, mencari kuasa sang penciptaJingga-mu berpendar lalu menggelapKamu hilang, aku mendengar isak Dini hari kamu kembaliDengan bintang-bintang gemilang,Kepermaianmu abadiCantikmu menolong kami,Insan begajulan yang selalu hampir mati. Editor: Miqda Al Auza’i Ashfahany Asyida’
Pertemuan yang Tak Dinantikan
CERPEN, SASTRA

Pertemuan yang Tak Dinantikan

Oleh: Nadia Aminarti Yusup Ilustrasi: Nurul Irmah Agustina “Ya, sampai bertemu nanti!” Percakapan telah usai, meninggalkan dia seorang diri dengan senyuman hangat yang mendesak memenuhi seluruh penjuru ruangan. Ditatapnya pantulan dalam cermin itu. Dengan puas dia puji kesempurnaan yang sudah terencana dengan sangat matang. Tidak ada satu pun persiapan yang luput dari perhatiannya. Semua dia lakukan untuk terlihat sempurna pada pertemuan ini. Semburat langit senja menyambut tatkala pintu terbuka, menyapu wajah sang empunya yang tampak begitu menawan. Embusan angin pun seperti tak ingin melewatkan kesempatan akan  kebahagiaan di hari pertemuan ini. Dibuatnya dedaunan di sepanjang jalan itu bergemerisik, mencoba menggantikan kebisingan kota dengan alunan irama alam. Sepan...