Tag: sajak

Ratap Dekap Semesta Tergelak
SAJAK, SASTRA

Ratap Dekap Semesta Tergelak

Oleh: Ade Ika Cahyani Ilustrasi: Nurul Irmah Agustina Kepada helai bulu merpati melalang gusarPucuk cemara dan kayu manis melipir ke dahan pinusGemetar rimbun batu-batu tertumpukKian termangu jati di tebing dan lembahSendiri, gundul Hutan bergumam, paru-paruku terkikis, katanyaPeluk pekik angin berembus semilirEmbun-embun merenung, termanguApi!Dan tidak ada cukup air untuk merayu lidahnya yang menjilat sarang kenari Lembah berderak, inginnya memeluk sang hutan hujanMenguatkan, aku di siniRambutmu akan tumbuh lagi, mungkinIa merayuItu pun kalau ada yang bisa cukup bertanggung jawab Sungai kerontang dalam dahagaHulu dan hilirnya mengaduhKerongkonganku begitu tercekat batu-batu kaliTerhubung dengan tatapan mengiba dari awan yang juga kurus keringIkan-ikan lalu lalang dalam liu...
Terbit Menjerit
SAJAK, SASTRA

Terbit Menjerit

Oleh: Triana Niken Ayu Ilustrasi: Sri Hari Yuni Rianti Pagi cerah kusambut Bulan berkah menyelimut Dengan hening tak kudengar Fatwa telah mekar Sepeda tua telah kukayuh jauh Meniti jalan berlubang uang Upah yang tak sebanding harga diri Tiada didengar keluh kesahku wahai pemimpin negeri Oh malangnya nasib sekawananku kini Bukan gaji buruh yang dicukupiTetapi egoisme oligarki yang dijunjung tinggiSungguh malang nasib kawananku iniFatwa terbit, aku menjerit Kemanakah mata batin parlemenInvestasi digenjot, lingkungan hidup terperosokJagat telah tersayatMenanggung nafsu insan bejatEsensi terus dicari, bumi pertiwi terus digaliYura terbit, alam menjerit Jika Tuhan ikut mengadiliNiscaya kalang kabut oligarki dan penguasa negeriMengapa neraka dititipkan di akhirat?Sementara pengh...
Rumah Kampung Halaman
SAJAK, SASTRA

Rumah Kampung Halaman

Oleh: Delima Saraswati Ari Trifiani Ilustrasi: Sri Hari Yuni Riyanti Menapak jejak di kota seberang Meninggalkan sejenak kampung halaman Berat, memang nyalar dirasakan Rindu, sudah pasti terejawantahkan Sendu memilu menepi syahdu Senyuman rindu di atas kalbu Diriku yang selalu menjadi benalu Ingin selintas menjadi sang ratu Ratu, tidak memerlukan tempat asa Hanya memandang rakyatnya dan bahagia bersama keluarga Ratu, tidak pula pergi kemana-mana Cukup duduk di atas takhta dan melihat suasana istana Berhasil terjebak, diriku dalam dunia fana Kufur nikmat dari pemberian-Nya Maaf Tuhan, diri ini hanya rindu Pada tempat berpulang nang pelik itu Bangunan tua, bersama penunggu yang renta Candu sekali senyumnya, hangat selalu dirasa Lelah datang sudah tak terhingga, namun rumah...
Mawar Maharani
SAJAK, SASTRA

Mawar Maharani

Oleh: Mar'atul Mu'ayadah Ilustrasi: Sri Hari Yuni Rianti Bunga cantik penuh duri Rupanya menggoda untuk dimiliki Harumnya semerbak mewangi Simbol kecantikan diri sejati Tangan putih bercampur dengan merah Erat menggenggam penuh darah Mata menutup ditumpukan melati Tubuh meringkuk semakin sembunyi Kilasan memori berdatangan Rasa sakit yang semakin tak tertahan Duri mawar yang semakin menusuk diri Mencoba mengalihkan perhatian sang putri Maharani pemimpin negeri Kini menangis sendiri sunyi Mawar yang menjadi gambaran keelokan diri Hancur terberai menjadi kelopak tak bertangkai Berat beban yang dia bawa sendiri Tak ada satupun yang memahami Hanya kelopak mawar menjadi saksi Jiwa yang mulai meninggalkan diri *Penulis adalah mahasiswa Fakult...
Belum Usai
SAJAK, SASTRA

Belum Usai

Oleh: Clara Diva Esperanza Ilustrasi: Nadya Salma Mulanya bergerak dalam keadaan senyap Bersembunyi dalam bayang-bayang gelap Beraksi dengan sedikit ketakutan Namun, yang pasti mereka lebih kuat untuk memeluk kebebasan Kepada setiap jiwa yang semakin berkobar Menuntut aksi yang semakin akbar Yang mulai melewati garis batasan Dengan memupuk gugusan pengorbanan Para pejuang reformasi Yang bersinar, tetapi dipaksa hilang Tanpa sempat menuai hasil adorasi Berupa negeri yang sedikit lebih lapang Pada negeri yang semakin lanjut Para pemimpin yang hanya berjanji-janji Namun, disini kami masih tetap menuntut asasi Berdiri tegak di gelap malam bersama lilin di tangan Tak pernah bosan mendesak bagimu keadilan *Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas ...
Dariku Untuk Tuan
SAJAK, SASTRA

Dariku Untuk Tuan

Oleh : Maryam Juwita* Ilustrasi : Alil Saputra (diedit dari pikbest.com) TuanMataku menerawang pada masa laluDikurung dalam ketakutan dan ketidaktahuanDi luar sana, teriakan dan tangisan saling beraduDiikuti kaca berseru dari siang hingga malamAku, seorang gadis kecilMenangis di sudut ruangan, terpenjara sendirian Pagi pun tak memberi ampunMemaksa menonton konser paling burukTangisan ibu menjadi nyanyian sepanjang acaraPekikan si Gila menggantikan peran sang gitarisAduan tangan turut memarakkan konser pagiAku, seorang gadis kecilAkhirnya menontonnya langsung, sudah tidak terbelenggu Aku bertanya pada TuanKapan pagi akan memberi ampun?Hingga kapan konser berlangsung? TuanBertahun-tahun sudah berlaluKonser lama masih bermain ria, semakin bebasAku, seorang gadis besarJemu meng...
Goresan Luka Elaeis
SAJAK, SASTRA

Goresan Luka Elaeis

Oleh: Dykaana Okta Wahyono* Ilustrasi: Dera Nafalia Aku ini mati Tak berbicara, tak mendengar, tapi digeladahi Aku ini mati Tapi dipaksa menghidupi Keringat dan luka adalah jiwa pembentuk batangku Tak sengaja, darahnya tersapu pada seratku Mengenang seperti goresan abadi Aku tak bisa menjadi bukti Aku ini mati Kau lihat sebelum hilang Kau hantui sebelum tenang Kau ambil sebelum terampas Aku ini mati Melihatmu menggerogoti Aku teringat ulat api dalam diri Bahkan kau jauh lebih berapi Hama ini menyakiti Batang bangsai kutandai Menggantung daun ini bunuh diri Seratku ternodai Bercampur dendam tak berhati Aku ini mati *Mahasiswi Unsoed Jurusan Sastra Indonesia Angkatan 2018 Catatan Redaksi: Tulisan ini dimu...
Di Sini, Di Sana, Tak Ada
SAJAK, SASTRA

Di Sini, Di Sana, Tak Ada

Oleh: Rofingatun Hamidah* Ilustrasi: Alil Saputra Di sini,kubilang di sini!Tak ada,kau bilang tak ada yang tersisa. Tentu saja aku murka,kau selalu saja ingin bercanda.Gunungku gundul, lautku bertumpuk sampah bejibun.Sungguh, bumiku jadi mandul. Kau duduk tenang,tersenyum jumawa,dan tak mau disalahkan.Kubilang ini bukan miliknya,kau gantian yang murka. Kau bilang kau paling berkuasa,aku, dia, dan mereka tak berguna.Negerimu sendiri kau telanjangi,Bangsamu seperti diludahi. Kebenaran murah,dibeli dengan sejumput rupiah.Kemanusiaan terbelam,sepele sekali,kantongmu bahkan menariknya berkali-kali. Di sana,kubilang di sanalah keadilan.Tak ada,kau bilang takkan ada yang namanya keadilan. Wonosobo, 24 Mei 2021 *Mahasiswa FISIP Unsoed angkatan 2018
34 Tangga Kemiskinan
SAJAK, SASTRA

34 Tangga Kemiskinan

Oleh: Anggi Fahreza Yulianti* Ilustrasi: Alil Saputra Cambuk sudah tak berjejak Tombak sudah turun tersimpan hanya dalam benak Senjata sudah tak lagi terhunus Tapi kita masih saja merangkak menjilati derita seperti manusia rakus                                 Aku adalah seorang puan                                 Penjual tulisan demi mendapatkan nafas kehidupan                 &nb...
Pria Berkerah Biru
SAJAK, SASTRA

Pria Berkerah Biru

Oleh: Mushanif Ramdany* Kala sore berjalan menyusuri alun kota binar kesunyian kian melambai Ia datang sampai ketika jalan dipenuhi duri tajam seraya bertanya: “Tahukah kamu pria berkerah biru itu?” seketika mengerut dahi sang pawang UU   Lama dalam jeruji Asal ketuk jadi   Sang pawang angkat bicara: “Aku tak kenal dia, tapi aku kenal orang yang bersepatu pantofel hitam itu.”   *Mahasiswa Hubungan Internasional Unsoed angkatan 2016.   Catatan Redaksi: Tulisan ini dimuat ulang dari Buletin InfoSketsa Edisi 36 | Agustus 2018 pada Rubrik Puisi.