Terbit Menjerit

Oleh: Triana Niken Ayu

Ilustrasi: Sri Hari Yuni Rianti

Pagi cerah kusambut
Bulan berkah menyelimut
Dengan hening tak kudengar
Fatwa telah mekar

Sepeda tua telah kukayuh jauh
Meniti jalan berlubang uang
Upah yang tak sebanding harga diri
Tiada didengar keluh kesahku wahai pemimpin negeri
Oh malangnya nasib sekawananku kini

Bukan gaji buruh yang dicukupi
Tetapi egoisme oligarki yang dijunjung tinggi
Sungguh malang nasib kawananku ini
Fatwa terbit, aku menjerit

Kemanakah mata batin parlemen
Investasi digenjot, lingkungan hidup terperosok
Jagat telah tersayat
Menanggung nafsu insan bejat
Esensi terus dicari, bumi pertiwi terus digali
Yura terbit, alam menjerit

Jika Tuhan ikut mengadili
Niscaya kalang kabut oligarki dan penguasa negeri
Mengapa neraka dititipkan di akhirat?
Sementara penghuninya sudah jelas terpampang
Berharap akan datang masanya
Imam cerdik nan bersih hati
Agar indah kan terbit, tak ada lagi yang menjerit

*Penulis Merupakan Mahasiswa Fakultas Pertanian Angkatan 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *