Oleh: Firliana Indah Safira*
Tanah berlereng mudah erosi
Membuat warganya perlu siaga
Indonesia negara berdemokrasi
Tapi sayang hanya sebatas nama
Legitnya potret masakan kakap
Terasa menggugah di lidah manis
Rakyat proletar terdiam senyap
Terbiasa jadi tawaan borjuis
Ketuk terdengar pada sebuah pintu
Dibukakan rupanya ada manusia
Sungguh bejat para wakil rakyat itu
Banyak bergaya, kerja tak nyata
Ke pasar malam membeli arumanis
Jajanan ini terbilang familiar
Bercita-cita mengonsep demokratis
Namun banyak suara enggan didengar
Kilatan petir meraung cepat
Hujan turun mengaliri bumi
Bukankah kita bebas berpendapat?
Lantas kenapa masih dibatasi
Berdikari kokoh pohon cemara
Potretnya indah menyejukkan hati
Hendak bagaimana cara bersuara?
Bila wakilnya tuli, tanpa nurani
Nenek tua duduk meringkuk
Bersandar di kursi menatap senja
Demokrasi di negeri masih meliuk
Jauh pelaksana pada sebuah cita
Ombak bergulir di sepanjang lautan
Lembutnya pasir menyelimuti kaki
Masih ingatkah kau Tuan dan Puan?
Akan janji pada rakyatmu ini
Adik menangis akibat ulah kakak
Tangisnya awet, tak mau henti
Peliknya negara tak bisa dielak
Telah berpulang prinsip demokrasi
Pelangi cantik tampak di angkasa
Paduan warnanya memikat sekali
Untuk mereka yang di singgasana
Janji mana lagi, hendak kau dustai
Embun bersemi tatkala pagi
Kenari berkicau di ujung ranting
Demokrasi tak digubris lagi
Rasanya musnah seolah tak penting
Pergi ke hutan, banyak hewan melata
Tubuh bergidik lantas mencecar
Sungguh miris nasib rakyat jelata
Sebab kicauannya tak dapat didengar
Besi menahun memunculkan karat
Tak lama lagi akan melenyap
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur saat sidang dengan lelap
Berlayar hingga sampai di Bali
Decak terkagum menatap binar
Pergi ke mana demokrasi ini?
Terkikis lenyap sebab minimnya sadar
Mentari pagi melukis sinar
Ditemani adik berlatih orasi
Banyak pejabat membuat onar
Berulah licik di pesta demokrasi
Merpati bergelanyut di ranting pohon
Kicau suaranya merebak manja
Miris terlihat, rakyat banyak memohon
Mencoba kukuh dalam aspirasinya
Terdengar merdu alunan seruni
Membaur habis dalam citraleka
Masih adakah demokratis ini?
Bila ketidakadilan masih ada
Hendak merantau ke pulau Biak
Berkemas cepat beranjak pergi
Letih dirasa menahan sesak
Muak menelan janji waktu orasi
Mata memandang saling bersitatap
Hadirkan kesan yang lucu sekali
Masihkah ada yang bisa diharap?
Agar demokrasi kembali lagi
*Mahasiswa FEB Unsoed Angkatan 2020