Oleh: Anggi Fahreza Yulianti*

Cambuk sudah tak berjejak
Tombak sudah turun tersimpan hanya dalam benak
Senjata sudah tak lagi terhunus
Tapi kita masih saja merangkak menjilati derita seperti manusia rakus
Aku adalah seorang puan
Penjual tulisan demi mendapatkan nafas kehidupan
Sedikit demi sedikit mengumpulkan cuan
Demi menghilangkan rodan dari kehidupan
Sebagai puan saya selalu merasa bosan
Dengan cerita hidup yang penuh keterbatasan
Ingin rasa saya menjadi tuan
Hidup berkeliling menjelajahi negeri yang katanya menawan
Tapi sepertinya negeri ini tak seindah yang saudara-saudara bayangkan
Negeri ini dipenuhi dengan asap
Hasil bakaran uang rakyat yang tidak kunjung dikembalikan
Penuh api tapi langka akan kayu
Pantas saja kemiskinan masih dinikmati, tak bisa dihindari
Dari ujung timur saja, masih terendus bau kemiskinan
Hidungku muak, segera inginku berpindah ke barat
Di barat sama saja, sama-sama bangsat dengan kerusuhan dan muslihat
Sudah cukup tak perlu dibayangkan, lebih baik kujual lagi sebuah tulisan
Bapak badari di negeri ini memang bajingan
Rakyatnya juga sama-sama ikut dalam kebiadaban
Yang bernasib sama sebagai seorang puan, tak bisa berjalan
Selalu jatuh ke dalam lubang kemiskinan
Kebumen, 16 Maret 2021
*Mahasiswa FISIP Unsoed angkatan 2020