34 Tangga Kemiskinan

Oleh: Anggi Fahreza Yulianti*

Ilustrasi: Alil Saputra

Cambuk sudah tak berjejak

Tombak sudah turun tersimpan hanya dalam benak

Senjata sudah tak lagi terhunus

Tapi kita masih saja merangkak menjilati derita seperti manusia rakus

                                Aku adalah seorang puan

                                Penjual tulisan demi mendapatkan nafas kehidupan

                                Sedikit demi sedikit mengumpulkan cuan

                                Demi menghilangkan rodan dari kehidupan

Sebagai puan saya selalu merasa bosan

Dengan cerita hidup yang penuh keterbatasan

Ingin rasa saya menjadi tuan

Hidup berkeliling menjelajahi negeri yang katanya menawan

                                Tapi sepertinya negeri ini tak seindah yang saudara-saudara bayangkan

                                Negeri ini dipenuhi dengan asap 

                                Hasil bakaran uang rakyat yang tidak kunjung dikembalikan

                                Penuh api tapi langka akan kayu

                                Pantas saja kemiskinan masih dinikmati, tak bisa dihindari

Dari ujung timur saja, masih terendus bau kemiskinan

Hidungku muak, segera inginku berpindah ke barat

Di barat sama saja, sama-sama bangsat dengan kerusuhan dan muslihat

Sudah cukup tak perlu dibayangkan, lebih baik kujual lagi sebuah tulisan

                                Bapak badari di negeri ini memang bajingan

                                Rakyatnya juga sama-sama ikut dalam kebiadaban

                                Yang bernasib sama sebagai seorang puan, tak bisa berjalan

                                Selalu jatuh ke dalam lubang kemiskinan

Kebumen, 16 Maret 2021

*Mahasiswa FISIP Unsoed angkatan 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *