Oleh: Mar’atul Mu’ayadah
Bunga cantik penuh duri
Rupanya menggoda untuk dimiliki
Harumnya semerbak mewangi
Simbol kecantikan diri sejati
Tangan putih bercampur dengan merah
Erat menggenggam penuh darah
Mata menutup ditumpukan melati
Tubuh meringkuk semakin sembunyi
Kilasan memori berdatangan
Rasa sakit yang semakin tak tertahan
Duri mawar yang semakin menusuk diri
Mencoba mengalihkan perhatian sang putri
Maharani pemimpin negeri
Kini menangis sendiri sunyi
Mawar yang menjadi gambaran keelokan diri
Hancur terberai menjadi kelopak tak bertangkai
Berat beban yang dia bawa sendiri
Tak ada satupun yang memahami
Hanya kelopak mawar menjadi saksi
Jiwa yang mulai meninggalkan diri
*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman