Tag: #lpmsketsaunsoed

Koboi-koboi Setelah Perang
SAJAK, SASTRA

Koboi-koboi Setelah Perang

Oleh: Yoga Iswara Rudita Muhammad* Satu pelor menancap di kepala lawan Tess! Masih kuat jua dia berdiri Sayang, dia roboh di sekon keempat Asik betul bisnis penghilangan nyawa ini Mencopot nyawa orang Habis itu dibayar pula Keadilan mesti ditegakkan Panji-panji itu melindungimu Mata dibalas mata Nyawa dibalas mata Sekali kita berurusan, sekali pula diselesaikan Deru pendek mesiu Mengubah serbuk menjadi asap kelabu Dalam masalah yang tak selesaikan Kita tak kenal hitung-hitungan Tak ada abu-abu dalam takaran hidup dan mati Pilihan hanya satu Menumpas atau ditumpas   *Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2016, penulis cerpen dan puisi.  
Ayah Merantau ke Luar Angkasa
CERPEN, SASTRA

Ayah Merantau ke Luar Angkasa

Oleh: Wisnu Sumarwan* “Ayahmu sedang merantau, Nak....” “Untuk apa merantau, Bu?” “Untuk pulang lagi nanti, Nak....” Ibu berbisik padaku di suatu malam sunyi pekat seperti kopi tubruk yang kini sudah dingin di meja menyisakan ampas-ampas getir di dasar gelas. Aku ingin bertanya lagi sebenarnya. Tapi, waktu itu aku masih terlalu kecil untuk bisa memahami perkataan ibuku. Jika hanya untuk pulang lagi, mengapa tidak pulang sekarang saja? Apakah ia tak mau bertemu denganku seperti aku yang begitu ingin bertemu dengannya? Sejak aku lahir, aku tak pernah melihat raut wajahnya. Bahkan fotonya tidak ada. Aku ingin bertemu ayahku. Semua teman-temanku punya ayah. Mengapa aku tidak? “Ayah merantau kemana, Bu?” tanyaku suatu ketika yang lain. “Kau lihat itu?” ibuku menunjuk ke luar jendela. Tam...
[RESENSI BUKU] SEBELUM PEMBACA BOSAN…
ARTIKEL

[RESENSI BUKU] SEBELUM PEMBACA BOSAN…

Oleh: Yoga Iswara Rudita Muhammad* Judul buku : Seandainya Saya Wartawan Tempo Penulis : Goenawan Mohamad Tebal : vii+98 halaman (versi format pdf) Edisi : Edisi revisi cetakan keempat Tahun : 2015 Penerbit : Tempo Publishing Apa jadinya kalau berita yang lazimnya kaku dan taat pakem berita lempeng (straight news) disusun ulang sehingga menjadi sebuah laporan nan menarik untuk dibaca? Itu sedikit gambaran yang saya dapatkan dari apa yang disebut gaya penulisan feature. Selebihnya, silakan Anda baca buku Goenawan Mohamad yang satu ini. Sudah bukan rahasia lagi kalau Goenawan Mohamad adalah seorang wartawan ulung. Berpuluh-puluh tahun sudah tokoh itu menekuni bidang yang mengangkat namanya, jurnalisme. Namanya kian melambung bersamaan dengan munculnya Tempo, perusahaan pers yang ia...
Asmaradana
CERPEN, SASTRA

Asmaradana

Oleh: Permadi Suntama Tetes embun menyelinap dan membungkusi daun pisang yang menetaskan sayap kupu-kupu untuk terbang. Menjemput serbuk sari pada bunga-bunga yang telah membuka kuncupnya. Sayup suara bayi kelelawar yang menangis karena terjepit di ujung kuncup daun pisang. Suaranya tidak mau kalah dengan bunga-bunga yang bermekaran. Tamparan kepak sang induk kelelawar, menjadi mula dari perjalanannya. Bersamanya, mengembara keheningan yang memupuk keharuman bunga temboja. Kelopak-kelopak bunganya yang harum merebahi tanah, menjadi perantara jalan untuk mendekatkan manusia pada sang Pencipta. Burung Prenjak melompat-lompat riang mendapati setundun pisang matang di samping sebuah rumah. Tanpa peduli ada sepasang kelelawar bersaudara, yang merintihkan sakit dan lapar di dekatnya. Bunga-b...
Sutan Takdir Alisjahbana: Kita Harus Menuju kepada “Federasi Dunia”
ARTIKEL, ARTIKEL LAWAS

Sutan Takdir Alisjahbana: Kita Harus Menuju kepada “Federasi Dunia”

Sutan Takdir Alisjahbana dikenal sebagai tokoh bahasa yang memordenisasi bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Perannya dalam perkembangan bahasa Indonesia terbilang vital.  STA, kerap disapa begitu, yang pertama kali menulis  "Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia" pada 1936. Ia pun dikenal sebagai pelopor sastrawan "Pujangga Baru". Ia meninggal pada usia 86 tahun di Jakarta, 17 Juli 1994. Untuk mengenang diri dan senarai karyanya, SKETSA menerbitkan ulang hasil wawancara dengan STA ke laman ini. Sebelumnya, kami melakukan penyuntingan minor dalam segi diksi dan bahasa, dan tentunya tanpa mengubah isi dan substansi tulisan. Berikut adalah artikel dengan judul asli "Sumpah Baru". Wawancara Sutan Takdir Alisjahbana Sebagai salah satu tokoh besar milik bangsa kita sampai saat ini, Sutan Ta...
Solilokui Benih Pohon
ESAI, SASTRA

Solilokui Benih Pohon

Oleh: Emerald Magma Audha* Sesungguhnya aku hanyalah sebintik semi, tumbuh di selingkung batang berserak. Kala merasai sekeliling, dadaku sesak. Koyak. Lantas itu menuai getir yang merisak. Lalu mendesak. Sudahnya aku cuma terisak. Meski terisak, suasana tetap nyenyak. Paling hanya bunyi kersak. Ingin rasanya aku berteriak. Supaya getir ini bisa usak. Tubuhku masih lunak, tapi cuma aku yang khali dari tebasan. Banyak sesamaku suah dicacah. Mandala ini, lama-lama bisa gersang. Aku malah ngeri membayangkan bila aku menebal sebagai pokok kayu kelak, apa nasibku bakal sama? Ah, aku bahkan ragu mampu menebal, lebih-lebih melebat. Uhh! Aku jadi ingat sesamaku, aku kembali sesak. Namun, aku sekadar memendam, lantaran aku bisu. Memang hadirku di sini masih anyar, tapi aku tahu ini ulah siapa....
Ada Wayang dari Suket
BERITA, FEATURE

Ada Wayang dari Suket

Oleh: Dara Nuzzul Ramadhan Pernahkah Anda membayangkan jika wayang ternyata bisa terbuat dari suket? Bukan dari kulit ataupun kayu. Lalu, bagaimanakah cara pembuatannya? Diikat atau dilipat? Mari beranjangsana ke Purbalingga. Di sana, Anda akan menjumpai pembuat wayang suket dengan cara dianyam layaknya kursi rotan atau tikar rumahan. Purbalingga adalah kabupaten yang letaknya di timur laut Purwokerto. Purbalingga menyimpan karya bermuatan lokal yang khas, ialah Wayang Gepuk, istilah dari wayang suket buatan Mbah Gepuk. Wayang Gepuk berbeda dengan wayang suket lain. Ia dibikin bukan dengan cara diikat atau dilipat, tetapi dianyam. Alhasil, wujudnya pun terlihat lebih rapi ketimbang wayang suket lain. Banyak seniman dan budayawan yang menganggap Wayang Gepuk merupakan karya bernilai sen...
Lukisan Bima
CERPEN, SASTRA

Lukisan Bima

Oleh: Vicky Nurul Islamiyah Aku berdiri di depan pintu ruang kerja bapak. Tangan kananku berusaha meraih gagang pintu dan membukanya perlahan. Seketika itu, hawa pengap bercampur debu menyergap penciumanku. Langit-langit mulai dipenuhi jaring laba-laba. Beberapa hewan kecil tersangkut di dalamnya. Maklum saja, semenjak bapak dibawa pergi ke “tempat” itu, ruangan ini dikunci rapat oleh ibu. Seakan ibu ingin menutup semua kenangan buruk yang menimpa bapak. Di sudut ruangan dekat jendela, sebuah lukisan berukuran 80x40 cm tergeletak di lantai. Lukisan itu tampak usang. Kayu yang membingkainya tampak berbahan dasar kayu jati asli. Hanya saja, kaca yang menutupi bagian depan lukisan itu tinggal separo. Aku berjongkok dan mengambil lukisan itu. Memoriku kembali terbang mengenang kejadian de...
Pintu Besi
SAJAK, SASTRA

Pintu Besi

Oleh: Nurhidayat* Pintu besi baru saja terinstal pada sudut presisi Penuh kalkulasi, semua dikerjakan tukang las terakreditasi Pak tua yang sudah seharusnya dikremasi justru mencaci hasil produksi Kala menyiapkan lidah untuk mengkritisi Dadanya sesak terisi frustasi   Pergulatan sengit dalam isi pangkal uban, meski tak ada serapah tumpah Si Bangka protes perihal warna terlalu cerah “Warnanya terlalu menyala. Tak seperti besi tua,” keluhnya dengan sisa nafas orang tua yang payah   Mata pengelas mencelik, persis penis anak SD belum disunat yang dimain-mainkan Urat-urat merah di bagian putih mata mencekik orang tua yang renta beruban   Si pengelas enggan merevisi, dia hanya mau membuat yang terlihat gres Pengelas yang idealis berpikir dua menit lalu memb...
Rombeng
CERPEN, SASTRA

Rombeng

Oleh: Japal Fauzi Usianya sekitar tiga puluh lima tahun, beristri dan punya satu anak. Dia memiliki pekerjaan yang lumayan penghasilannya. Dalam keseharian, dia juga berlaku wajar, berangkat bekerja  pagi hari dan pulang sore hari. Jika malam tiba, dia pun ikut beristirahat, bahkan tidurnya mengorok. Tak ada yang aneh dengan dirinya. Dia lelaki betulan, manusia berkumis tipis dari keturunan Adam. Dia adalah makhluk berakal yang tidak berbeda seperti manusia lainnya. Dia juga punya nama, Rombeng. Ada satu kelebihan yang dimiliki Rombeng. Di setiap tindak-tanduk dan perbuatan, dia selalu bilang “Ya”. Rombeng selalu menyetujui segala sesuatu yang dimaui orang lain. Dia begitu patuh, memegang teguh nasihat ayahnya yang berasal dari petuah moyangnya. Mengatakan “Ya” masih lebih berarti ...