Tag: Cerpen

Di Mana Mawar Iblis Berduri Itu?
CERPEN, SASTRA

Di Mana Mawar Iblis Berduri Itu?

Oleh: Nurul Irmah AgustinaDahiku mengernyit seusai membaca pengumuman peringkat paralel jurusan IPA angkatanku. Di sana memang terpampang namaku di urutan puncak, Sarah Prasetya. Impian besar yang terasa hampa sebab menetas tanpa cangkang. Cangkang yang selalu mencegat ambisiku, ialah rivalku. Perlahan, tercium keanehan mengakar dalam jiwaku dan aku pertama kalinya bertanya perihal tak berguna. Di mana rivalku yang kerap mengalahkanku? Di mana namanya? Di mana Laras Maharani?Awalnya aku tak menyebutnya rival—ini bermula dari tatapan merendahkan yang dilayangkannya untukku, saat itu. Tentu hatiku terusik hingga membakar rasa kesal yang berujung dendam. Aku benci dengan sebuah tatapan meremehkan. Setiap kali mata kami bersirobok, pasti ia akan mengerling sengit lalu menumpahkan segumpal kata...
Selamat Ulang Tahun
CERPEN, SASTRA

Selamat Ulang Tahun

Oleh: Revalia Herninda Ilustrasi: Linggar Putri Pambajeng Dari pagi hingga sore hari, warung seafood tempat Arin bekerja ramai disinggahi pengunjung. Tak henti-hentinya orang datang, membuat ia dan beberapa pekerja lainnya sempat kerepotan. Namun, Arin bersyukur, itu tandanya warung ini makin banyak peminatnya. Itu juga berarti warung ini tidak jadi ditutup. Beberapa bulan lalu, warung ini  sempat diisukan tutup. Sebagai orang yang sudah berkerja di warung ini semenjak berdiri, Arin tentu sedih. Selain itu, jika warung ini ditutup, ia harus mencari pekerjaan baru. Untung saja, hal buruk itu tidak terjadi. Biasanya, warung tutup pukul 8 malam. Akan tetapi, karena hari ini ramai, warung ditutup lebih cepat dari biasanya. Ini kejadian pertama kali semenjak dia bekerja di sini, s...
Pertemuan yang Tak Dinantikan
CERPEN, SASTRA

Pertemuan yang Tak Dinantikan

Oleh: Nadia Aminarti Yusup Ilustrasi: Nurul Irmah Agustina “Ya, sampai bertemu nanti!” Percakapan telah usai, meninggalkan dia seorang diri dengan senyuman hangat yang mendesak memenuhi seluruh penjuru ruangan. Ditatapnya pantulan dalam cermin itu. Dengan puas dia puji kesempurnaan yang sudah terencana dengan sangat matang. Tidak ada satu pun persiapan yang luput dari perhatiannya. Semua dia lakukan untuk terlihat sempurna pada pertemuan ini. Semburat langit senja menyambut tatkala pintu terbuka, menyapu wajah sang empunya yang tampak begitu menawan. Embusan angin pun seperti tak ingin melewatkan kesempatan akan  kebahagiaan di hari pertemuan ini. Dibuatnya dedaunan di sepanjang jalan itu bergemerisik, mencoba menggantikan kebisingan kota dengan alunan irama alam. Sepan...
Berita Lama yang Tak Usang
CERPEN, SASTRA

Berita Lama yang Tak Usang

Oleh: Miqda Al Auza'i Ilustrasi: Tsabita Ismahananda P. Di langit yang menaungi kotaku, rembulan agaknya enggan bertukar peran dengan matahari sebab ia masih menampakkan diri walau samar. Matahari juga malu-malu muncul, mungkin ia sungkan karena harus menggeser posisi bulan sebagai penerang. Kendati malu-malu, hangatnya sinar matahari sudah menyapa daun-daun sebelah rumah, seolah-olah membisikkan sinyal bahwa hari ini langit akan biru dan semua akan menyenangkan. Aku mengaminkan di dalam hati. Mengudarakan amin untuk hal-hal baik yang mungkin hanya Tuhan yang mau dengar, selebihnya aku tidak berharap banyak tentang apa yang akan kuhadapi di hari yang menanti ini. Kujalani rutinitas yang sama saja setiap harinya. Bangun pagi-pagi, pergi sekolah dan mampir ke pasar untuk menitipkan ...
Rumsah dan Badri
CERPEN, SASTRA

Rumsah dan Badri

Oleh: Helmalia Putri Ilustrasi: Nilta Maya Shofa Di tangan Rumsah kerinduan itu tercekik, berkelindan dengan darah yang semerbak melukai lalat. Enam tahun sudah berlalu, Ia ikhlas bahwa kehidupan akan terus berlanjut meski Wanto tak bersamanya. Ia lega saat mencuci tangan di Stasiun Tapitra untuk membersihkan ceceran kenistaan ketika asmara kala itu membuatnya seperti sedang dikoyak kebodohan. Bagaimana tidak, Wanto menjadikannya pilihan hanya untuk mencari kebahagiaan bersama dengan wanita-wanita lain, sedangkan Rumsah menjadikan Wanto satu-satunya yang selalu bersemayam di ruang bahagia miliknya. Perjalanan yang cukup jauh untuk Rumsah yang cepat kehabisan energi. Ia memandang ke luar, rumput-rumput melambaikan kegembiraan turut merayakan akhir kegilaannya terhadap Wanto. Saat m...
Akar Kehidupan
BERITA

Akar Kehidupan

Oleh: Arie Satria Ilustrasi: April Melani Tanpa ia sadari kerlapan bintang dimatanya semakin memenuhi ekspektasi mengenai dunia luar. Asap dari cerutu yang masih hangat terbakar menghiasi kamar dan delusi yang semakin berandai tentang bagaimana alam menata kehidupan manusia yang penuh dengan kekacauan. “Sampai detik ini dia masih saja menyerukan nama petinggi yang bahkan tak menggubris dirinya sama sekali di kondisi ini,” ucap sang pengepul besi yang menyeka keringatnya didepan tungku perapian. Besi karatan menjadi saksi bisu menyaksikan sang pengepul di jarah oleh ketidakmampuan dalam meraih cerita hidup yang bahagia. Semua keringat dan darah yang mengucur di antara pelipisnya menandakan hal besar telah terjadi, seruan yang tadinya membara semangat berakhir dengan suara senapa...
Hentakan Palu
CERPEN, SASTRA

Hentakan Palu

Oleh: Muhammad Driandra Elvanda Agassti Ilustrasi: April Melani *Cerita ini mengandung hal-hal yang mungkin akan membuat pembaca tidak nyaman Ella Silverline hanya seorang gadis desa dengan hati lembut ibarat kupu-kupu yang mendarat di atas daun yang rapuh, raut wajahnya membawa kebahagiaan bagai hasil panen yang mengisi neraca timbang secara utuh, dan pandangan mata yang dia miliki tampak sejuk bagai ternaungi pohon rindang yang teduh. Tidak ada masalah yang bisa diingat ketika manusia mendengar suara lembut yang keluar dari mulut mungilnya, dan tidak ada satu pun jiwa yang pernah tersakiti oleh tangan halusnya. Semua orang di desa menyapanya saat dia terlihat dari ujung mata mereka, Mereka akan menyempatkan diri untuk memberikan Ella beberapa barang yang mereka jual atau hany...
ANTARA PENANAM, PENJANJI, DAN PENGEPUL
CERPEN, SASTRA

ANTARA PENANAM, PENJANJI, DAN PENGEPUL

Oleh : Alil Saputra Ilustrasi : Adinda Taufika Rachma Ketika kata sudah tak bisa terucap, mungkin tulisan bisa jadi bahasa untuk mengungkap, jika tulisan pun masih tidak bisa menyingkap, biarlah Tuhan yang jadi penggarap Matahari bahkan belum terlihat ketika Bapakku memulai harinya. Mungkin Bapakku yang membangunkan ayam jago, bukan ayam jago yang membangunkan Bapakku. Bagaimana tidak. Bunyi kapak yang memotong kayu rambutan tepat di samping kandang pasti membuat ayam-ayam tak tenang. Bapakku orang yang taat. Ketika azan berkumandang, Bapak selalu pergi ke langgar. Hanya ketika sakit berat ia tak datang. Sisanya, hampir tak pernah sekalipun aku melihatnya terlambat. Selepas salat, tak pernah lupa juga dia membaca Quran. Ah, Bapakku memang manusia pantang menyerah. Seseorang yang s...
Baju Loreng
CERPEN, SASTRA

Baju Loreng

Oleh: Rofingatun Hamidah** Ilustrasi: Rofingatun Hamidah Cuaca yang terik siang ini bercampur dengan bising suara teriakan dan isak tangis yang tak ada hentinya. Dengan emosi yang sudah membubung di atas kepala, kubanting gelas kopi yang tinggal menyisakan ampas di meja. Urat leherku sudah menonjol dan tinggal menunggu waktu gelegar suaraku membentak dua bocah nakal di depan sana. “Bapak... Bapak jangan marah, kita kan cuma meminta paket internet,” rengekan anak bungsuku terdengar memelas. Karena mendengar keributan, istriku datang tergopoh-gopoh dari dapur. “Sudah to, Mas... Mereka masih kecil.” Kalau saja tiga pasang mata itu tak menatapku dengan tatapan yang tak bisa kukendalikan, tentunya segala umpatan akan keluar begitu saja dari mulutku. Mengembuskan napas, kucoba ke...
Langit Biru
CERPEN, SASTRA

Langit Biru

Oleh : Rofingatun Hamidah Ilustrasi : Merry Setia Ningrum Suatu siang yang terik kau berujar padaku bahwa langit begitu indah. Mirip sekali denganku, katamu. Pipiku merona mendengar bualanmu yang begitu ambigu, menurutku. Entah arti indah seperti apa yang kau maksud. Karena setelah kutatap langit, mataku memicing. Silau. Hanya buta yang dapat aku mengerti. Sekali lagi, benakku terus saja bertanya-tanya, indah seperti apa yang kau maksud? Katamu, langit selalu saja mengingatkanmu pada diriku. Matamu selalu bersinar ketika menceritakan itu. Entah karena bias lampu neon yang menemani malam kita, atau mungkin karena sinar mentari pagi yang menerpa. Aku tak tahu pasti. Namun itu yang kutemukan tiap menatap mata bulatmu. Siang, maupun malam. Pernah sesekali aku bertanya kepadamu, "Me...