Berita Lama yang Tak Usang
Di langit yang menaungi kotaku, rembulan agaknya enggan bertukar peran dengan matahari sebab ia masih menampakkan diri walau samar. Matahari juga malu-malu muncul, mungkin ia sungkan karena harus menggeser posisi bulan sebagai penerang. Kendati malu-malu, hangatnya sinar matahari sudah menyapa daun-daun sebelah rumah, seolah-olah membisikkan sinyal bahwa hari ini langit akan biru dan semua akan menyenangkan. Aku mengaminkan di dalam hati. Mengudarakan amin untuk hal-hal baik yang mungkin hanya Tuhan yang mau dengar, selebihnya aku tidak berharap banyak tentang apa yang akan kuhadapi di hari yang menanti ini.
Rumsah dan Badri
Di tangan Rumsah kerinduan itu tercekik, berkelindan dengan darah yang semerbak melukai lalat. Enam tahun sudah berlalu, Ia ikhlas bahwa kehidupan akan terus berlanjut meski Wanto tak bersamanya. Ia lega saat mencuci tangan di Stasiun Tapitra untuk membersihkan ceceran kenistaan ketika asmara kala itu membuatnya seperti sedang dikoyak kebodohan. Bagaimana tidak, Wanto menjadikannya pilihan hanya untuk mencari kebahagiaan bersama dengan wanita-wanita lain, sedangkan Rumsah menjadikan Wanto satu-satunya yang selalu bersemayam di ruang bahagia miliknya.
Akar Kehidupan
Tanpa ia sadari kerlapan bintang dimatanya semakin memenuhi ekspektasi mengenai dunia luar. Asap dari cerutu yang masih hangat terbakar menghiasi kamar dan delusi yang semakin berandai tentang bagaimana alam menata kehidupan manusia yang penuh dengan kekacauan.
Hentakan Palu
Kenapa orang sejahat ini masih merengek-rengek untuk melanjutkan hidupnya? Bukankah kehidupan dua belas orang lain berakhir di tangannya sendiri? Kenapa dia masih bisa mengeluarkan gonggongan tidak masuk akal hanya untuk mengulur beberapa menit hidupnya? Kenapa dia masih bisa berbicara seperti tidak melakulan kesalahan apa-apa? Manusia macam apa yang masih mengatasnamakan keluarganya setelah mengambil anggota keluarga orang lain entah apapun alasannya?
ANTARA PENANAM, PENJANJI, DAN PENGEPUL
Ketika kata sudah tak bisa terucap, mungkin tulisan bisa jadi bahasa untuk mengungkap, jika tulisan pun masih tidak bisa menyingkap, biarlah Tuhan yang jadi penggarap
Baju Loreng
Oleh: Rofingatun Hamidah** Cuaca yang terik siang ini bercampur dengan bising suara teriakan dan isak tangis…












