Semanis Senyum Mardiyem
Oleh: Reni Nuryanti
Sudah hampir sebulan Mardiyem jadi pendiam. Senyumnya tak lagi mengembang. Padahal kata orang, senyum Mardiyem dianggap paling manis di Desa Rungkang. Mardiyem tidak pernah mengerti mengapa senyumnya sangat berarti. Padahal dia sendiri merasa tak tega melihat senyumnya. Lekas-lekas Mardiyem mengambil cermin, lalu menaruhnya di kolong ranjang.
Pagi itu Mardiyem tampak semringah. Alam seolah turut merasakan. Matahari menyembul dengan sempurna. Sinarnya menghangatkan raga. Puluhan ayam berlarian setelah keluar dari kurungan. Sementara itu gelatik asyik beradu suara dengan kutilang. Tak jauh dari rumah Mardiyem, dua truk bermuatan gula jawa terparkir di bawah pohon keluwih . Seorang lelaki tampak ngos-ngosan sambil menyandarkan kepala. Keringat membanjiri tubuh bert...