
Oleh: Zahra Nurfitri Laila
Foto: Zahra Nurfitri Laila
Aliansi Mahasiswa Banyumas menggelar aksi unjuk rasa bertajuk ‘Satukan Rakyat, Bersiap Menghadapi Rezim Penindas yang Baru’ di depan Alun-alun Purwokerto pada Senin (21/10). Zisdan Salim selaku Koordinator Lapangan (Koorlap) mengungkapkan aksi ini adalah upaya melawan rezim Jokowi yang kini tengah bertransisi ke era Prabowo Subianto, terduga pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Bertitik kumpul di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), massa berangkat menuju titik aksi dengan dikawal oleh aparat kepolisian. Diikuti oleh sekitar 86 peserta berbusana serba hitam, massa memadati titik aksi yang bertempat tepat di depan Rita Supermall.
Aksi dibuka pada pukul 15.53 WIB dan dilanjutkan dengan orasi dari berbagai lembaga yang hadir. Meski tidak ada satupun spanduk mengenai tuntutan yang dipasang, massa tetap terlihat bersemangat menyampaikan aspirasinya. Isi orasi beraneka ragam, mulai dari sindiran terhadap fungsi aparat negara hingga ungkapan kemirisan terhadap rezim yang baru saja dilantik.
“Bicara soal Prabowo tidak bisa lepas dari dugaan pelanggaran HAM. Bahkan, Prabowo mengakui sendiri. Lalu, apa yang bisa kita harapkan? Apa yang bisa dipercaya? Pada akhirnya, kalau kita bicara tentang rezim baru, kita harus tetap kritis,” ungkap Immanuel, perwakilan Kementerian Analisis Strategi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed dalam orasinya.
Setiap lembaga menyampaikan isu yang berbeda. Dimulai dari Omeda, Pimpinan Front Mahasiswa Nasional (FMN) Cabang Purwokerto, yang menuntut eksploitasi buruh, Sumber Daya Manusia (SDM), bangsa, dan pasar. Ia juga membahas terkait pendidikan, kaum tani, hingga perjuangan para perempuan Indonesia dalam mencari kesetaraan. Selanjutnya, ada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) yang berbicara mengenai hukum di Indonesia yang tidak didasari oleh keadilan.
Di sisi lain, Lembaga Aksi Kamisan menyebutkan 18 nawa dosa Jokowi, di dalamnya termasuk pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan pelanggaran HAM. Sementara itu, BEM Unsoed beserta BEM Fakultas Unsoed menyinggung beberapa hal, antara lain mengenai Gibran dan keluarganya yang dirujuk sebagai ‘Keluarga Mulyono’, penyalahgunaan kekuasaan dan kesengsaraan yang tercipta pada masa pemerintahan Jokowi, oligarki yang merajalela, janji yang tak kunjung terealisasi, melemahnya perekonomian negara, aktivis yang dikriminalisasi, serta rumah tumbuhan dan hewan yang ditelantarkan.
Salah seorang peserta yang berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Saifuddin Zuhri (Saizu) Purwokerto menyatakan alasannya mengikuti aksi, “(Untuk) membantu berdemokrasi menyambut presiden baru kita; untuk berdemonstrasi agar masyarakat itu sadar kita sedang ada di belenggu romantisme jokowi dan rezim prabowo.”
Aksi berlangsung kurang lebih dua setengah jam dan ditutup pada pukul 17.36 WIB. Sebelum dibubarkan, massa bersama-sama menyanyikan lagu Totalitas Perjuangan dan Darah Juang serta dilanjutkan pembacaan Sumpah Mahasiswa.
Reporter: Zahra Nurfitri Laila, Miqda Al-Auza’i, Fadhilah Aulia Zulfa
Editor: Lili Amaliah