Oleh: Afif Fadhilah Iftiar
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dihebohkan dengan kasus perpeloncoan yang menimpa mahasiswa baru di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Insiden ini telah ramai diperbincangkan pada Sabtu (2/9) di akun X @Unsoedfess1963 dan telah menimbulkan berbagai kecaman dan keprihatinan di kalangan mahasiswa serta masyarakat setempat.
Norman Arie Prayogo, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), saat diwawancarai awak Sketsa pada Rabu (20/9) dalam pernyataan resminya mengecam perbuatan perpeloncoan yang melanggar etika dan integritas mahasiswa tersebut. Ia menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak hanya merusak semangat kebersamaan diantara mahasiswa, tetapi juga melanggar norma-norma yang harus dijunjung tinggi di lingkungan kampus.
“Tolonglah kalau mau merusak nama perguruan banyak caranya, tapi jangan begini. Jadi saya memang ada dasarnya aturan membubarkan itu. Kalau memang niat bersifat akademik, ya kasih tugas saja suruh ngerjain di kos masing-masing ngapain di situ dijemur, dimarah-marahi. Apa yang mau diharapkan dari tradisi ini, biar ditakuti adik kelas? Ya sudah enggak relevan. Sekarang era jamannya adalah mental health,” ungkap Norman.
Dasar aturan yang disampaikan tersebut dapat ditemukan pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Jenderal Soedirman, juga secara langsung mengungkap insiden dan menceritakan kronologi kejadian perpeloncoan yang menimpa mahasiswa baru di Fakultas MIPA.
Norman mengungkapkan bahwa pada hari Sabtu (2/9), saat ia sedang berlari-lari di Gelanggang Olahraga (GOR), ia bertemu dengan seorang mahasiswa. Ia bertanya pada mahasiswa tersebut mengapa mereka berada di sana, dan mahasiswa tersebut menjawab bahwa mereka sedang mengikuti kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek). Norman kemudian bertanya mengapa mahasiswa tersebut menangis, karena ia mendengar bahwa ada yang memarahi mereka.
Lebih menghebohkan lagi, Wakil Rektor yang seharusnya memiliki otoritas kampus malah ikut dibentak oleh beberapa pelaku perpeloncoan pada acara Laboratorium 2023. “Saya ke sana, saya datang malam, saya ketemu sama ini, saya pake celana pendek, dari sana dibentak panitia. Ditanya mau apa ke sini. Lah saya bales marah, ‘loh kok kamu bentak saya, kamu itu siapa. Kamu enggak tahu saya siapa?’” ujar Norman.
Pihak kampus yang bersangkutan langsung mengambil langkah tegas dengan membubarkan kegiatan Laboratorium 2023. “Sekarang sampaikan ke semua, mohon maaf saya membubarkan acara ini,” ungkap Norman.
Meskipun universitas telah mengambil sikap tegas melalui pembubaran kegiatan Laboratorium 2023 Fakultas MIPA, laporan dari salah satu mahasiswa baru Fakultas MIPA menyebutkan bahwa tidak ada perpeloncoan terhadap mahasiswa baru yang terjadi pada kegiatan Laboratorium 2023 . Ia mengungkapkan bahwa benar adanya pembentakan yang dilakukan, tetapi itu bukan perpeloncoan.
“Paling kayak ini doang sih kak misalnya mereka nanya terus kita jawab, terus kayak yang ‘yakin?’ digitu-gituin aja sih,” ungkap mahasiswa baru Fakultas MIPA yang tidak ingin disebutkan namanya pada wawancara yang dilakukan oleh awak Sketsa pada Rabu (11/10).
Selain itu, awak Sketsa juga menanyakan kepada mahasiswa baru Jurusan Teknik Pertanian dan mahasiswa baru Jurusan Kedokteran yang juga tidak ingin disebutkan namanya. Mereka juga mengungkapkan bahwa kegiatan marah-marah, push up, dan bentak-bentak bukan merupakan sebuah tindakan perpeloncoan.
“Yang dimarah-marahin ada, tapi perpeloncoan enggak sih,” ungkap mahasiswa baru Teknik Pertanian saat wawancara dengan awak Sketsa pada Rabu (20/9).
“Kalau marah-marah dan bentak-bentak itu ada, tapi kalau levelnya sampai bullying sih tidak ada. Lebih ke melatih kedisiplinan,” ungkap mahasiswa baru Jurusan Kedokteran pada wawancara yang dilakukan dengan awak Sketsa pada Minggu (8/10).
Lain halnya seperti yang diungkapkan Norman. Kegiatan bentak-bentak, marah-marah, push up merupakan tindakan bullying. “Bisa fisik atau bisa non-fisik. Fisik (yaitu-red) pemukulan apa dan sebagainya, kalau non-fisik seperti perkataan yang merendahkan dan pembentakan. Terus kalau menyuruh push up itu termasuk fisik. Pembentakan, melalui perkataan atau verbal itu yang non fisik, bisa berujung kepada ejekan, bisa berujung kepada mental health mahasiswa,” ungkap Norman menyampaikan apa saja yang termasuk bullying.
Norman juga mengungkapkan bahwa mahasiswa tidak memiliki hak untuk membentak-bentak dengan tujuan disiplin. “Ya mengajar disiplin boleh, tapi bukan kamu. Kamu aja belum disiplin, enggak lulus-lulus, gimana mau disiplin. Nah, yang mengajar disiplin misalnya tentara atau polisi mengajar baris berbaris,” ujar Norman.
Pihak kampus menyatakan komitmennya untuk menindaklanjuti masalah ini secara serius dan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengakhiri tindakan-tindakan yang tidak pantas baik di lingkungan kampus maupun luar kampus. Pihak kampus juga telah menjalankan proses investigasi lebih lanjut untuk mengidentifikasi dan memantau tindakan intimidasi setelah kasus perpeloncoan yang terjadi.
Pihak universitas dengan serius berkomitmen akan menindak tegas kasus perpeloncoan agar tidak terulang di masa mendatang. “Saya mau minta ke fakultas kalau masih ada sosialisasi berbau (perpeloncoan-red), selesai nih fakultas,” tegas Norman.
Selain itu, Norman menyampaikan bahwa kegiatan ospek masih boleh diadakan, tetapi harus mematuhi jam belajar yang ada. “Tidak boleh diadakan di luar jam belajar, artinya kalau mengadakan di hari Sabtu (atau-red) Minggu pun itu di jam 7 pagi sampai jam 4 sore, dengan seperti itu maka akan ada pengawasan,” tegas Norman.
Norman juga menyampaikan pesan kepada Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni untuk mengawasi kegiatan mahasiswa di fakultas baik di dalam lingkungan kampus maupun di luar kampus. “Saya minta para WD3 (Wakil Dekan 3-red) supaya apabila ada mahasiswa izin, terus dilos itu enggak bisa, harus diawasi. Saya pesan seperti itu. Barangsiapa ada yang ketahuan dan WD3-nya tidak tahu, WD3-nya yang saya kasih sanksi,” tegas Norman.
Reporter: Afif Fadhilah Iftiar, Desi Fitriani, Faiz Maulida, Swaritz Vloszaby Abbya, Chynthia Maharani Sulistyowati
Editor: Desi Fitriani