
Oleh: Zahra Nurfitri Laila

Foto: Zahra Nurfitri Laila
Sudah menjadi rahasia umum di kalangan mahasiswa bahwa fasilitas yang terdapat di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) amatlah memprihatinkan. “Masih kurang,” ungkap Abidin, perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Merpati Putih ketika diwawancarai awak Sketsa pada Kamis (01/06) mengenai kondisi PKM baru-baru ini. Ia menyatakan pemeliharaan ruang sekretariat UKM-nya masihlah kurang bagus. Mereka juga sudah mengajukan masalah ini ke pusat dari tahun ke tahun.
Pernyataan yang sama disampaikan oleh sejumlah UKM-UKM lain. Mereka menyebutkan hal-hal apa saja yang selayaknya diperbaiki. Dimulai dari fasilitas toilet. “Toilet sebenarnya sudah banyak, cuma tuh kayak enggak ada yang bersihin gitu loh,” jelas Evi perwakilan UKM Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) saat ditemui awak Sketsa pada Selasa (06/06). Ia menambahkan, terkadang ada toilet yang tidak terpakai sebab keran atau embernya rusak.

Foto: Zahra Nurfitri Laila
Evi bukanlah satu-satunya yang mengeluhkan soal kondisi toilet di PKM. Yuli dari UKM Marching Band Bahana Putra Soedirman (MB BPS) mengatakan hal serupa saat ditemui awak Sketsa pada Kamis (06/06). “Toilet gitu itu ngeganggu banget kayak ada tapi enggak bersih. Enggak ada yang pengen pakai gitu,” ujar Yuli. Ezra selaku perwakilan UKM Panjang Tebing Unsoed (PTU) juga mengemukakan pendapatnya saat ditemui awak Sketsa pada Selasa (30/05). Ia beranggapan toilet bagian selatan kurang penerangan dan pintu yang tak berkunci kerap membuatnya waswas serta kurang nyaman.
Pada kenyataannya, kondisi toilet di PKM memanglah masih jauh dari kata layak. Pertama, ada toilet gedung selatan. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Ezra, pintu toilet tersebut tak berkunci, tidak memiliki gayung, dan hanya menyediakan teko sebagai penciduk air. Toilet tersebut juga genderless yang berarti dapat digunakan baik oleh perempuan maupun laki-laki. Saluran airnya sering mampat membuat terbentuknya genangan air yang mengeluarkan bau tak sedap. Selanjutnya yaitu toilet gedung tengah yang tampak rusak, kotor, dan tidak bisa digunakan. Toilet di gedung utara, di lantai satu maupun dua juga memiliki keadaan yang sama yaitu rusak. Keadaannya sangat memprihatinkan dengan kotoran di berbagai sudut, keran yang sudah tak beroperasi, kaca hasil aksi vandalisme, dan bau pesing yang menyengat. Terakhir yaitu toilet yang berada di gedung belakang. Sebagai sebuah gedung baru, mahasiswa memiliki ekspektasi tinggi akan toilet di gedung ini. Sangat disayangkan, toilet ini bau pesing serta tak memiliki ember ataupun gayung.
Selain toilet, musala dan tempat wudu menjadi dua dari sekian fasilitas PKM yang sering dikeluhkan. “Kalau menurut saya ini sih, (musala-red) nggak terawat, tempat wudunya itu kurang. Ibaratnya itu tempat wudu di lahan terbuka. Menurut saya akan lebih nyaman lagi kalau dibikin tertutup,” ujar Ezra. Abidin dari UKM MP juga menceritakan soal pengalaman tak mengenakkan temannya-temannya di tempat wudu. Ia menjelaskan temannya kerap kali jatuh terpeleset saat mengambil wudu. Hal tersebut bahkan mengakibatkan salah satu dari temannya mengalami cedera.

Foto: Zahra Nurfitri Laila
Tempat wudu PKM terletak tepat di belakang musala, berhadapan langsung dengan lahan terbuka dan kantin gedung LPPM. Tempat wudu tersebut tak memiliki pagar ataupun pembatas, sehingga masyarakat yang sedang berlalu lalang dapat melihat dengan jelas ke arah orang-orang yang sedang berwudu. Kerannya kerap kali rusak dan lantai serta tembok sekitarnya sudah berlumut. Di sisi lain, musala PKM hanya dapat menampung dua sampai tiga baris jamaah. Musala ini dilengkapi dengan beberapa peralatan salat yang sayangnya tampak kurang terurus berdasarkan dari aroma tak sedap yang dikeluarkannya. Tak adanya sekat antara lelaki dan perempuan baik di tempat wudu maupun dalam musala membuat sebagian mahasiswa memilih untuk melaksanakan salat di tempat lain dengan fasilitas yang lebih memadai.
Masalah penerangan juga kerap menjadi keluhan mahasiswa pengguna PKM. “Penerangannya kurang. Kita kalau latihan (biasanya-red) disebar, kalau dempetan mengganggu, sehingga disebar kadang di pojokan. Di pojokan gitu kan gelap, kalau bisa tuh dikasih lampu gitu,” jelas Yuli. Kabar baiknya, kini masalah tersebut sudah ditangani oleh pihak kampus sehingga kondisi malam hari di PKM sudah menjadi lebih terang dari sebelumnya.
Fasilitas berikutnya yang tak pernah padam dielukan adalah WiFi. Sebagai tempat pusat berkumpulnya mahasiswa tiap kegiatan, WiFi PKM merupakan hal wajib yang seharusnya bisa dengan mudah diakses seluruh mahasiswa Unsoed. Sayangnya hak ini belum terpenuhi seperti ungkapan Evi dari UKM KRS. “WiFi kalau bisa mencakup semua PKM, jangan cuma yang dekat aula. Ini WiFi-nya gak nyampe ke kita itu gimana?” ujar Evi.
Di samping itu, keamanan PKM juga dipertanyakan. Nihilnya keberadaan satpam dan seringnya pencurian motor yang terjadi di sekitar Unsoed tentu membuat para mahasiswa khawatir terhadap kendaraan mereka yang terparkir tanpa pengawasan. “Rawan banget di sini itu ada pencurian. Kalau bisa dilengkapi CCTV (Closed Circuit Television-red) ,” ungkap Yuli.
Menanggapi hal tersebut, ketika ditemui awak Sketsa pada Rabu (05/07) Norman selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni langsung menelepon seseorang dan menyatakan akan segera menambah fasilitas berupa CCTV dan satpam. Pada kenyataannya, hingga tulisan ini dibuat fasilitas berupa CCTV dan keberadaan satpam belum terlihat eksistensinya di area PKM.

Foto: Zahra Nurfitri Laila
Para mahasiswa pengguna PKM juga mengkritik soal fasilitas yang mereka anggap menghambat kegiatan UKM yang mereka lakukan. “UKM olahraga di situ kan kita lari-larian, karena lantai pada pecah gitu banyak yang kakinya sobek termasuk saya sendiri juga sering,” ungkap Abidin mengenai kondisi lantai di pendopo. Evi juga turut khawatir bila lantai yang rusak tersebut dapat menyebabkan seseorang jatuh tersandung atau terkena pecahannya yang tajam.
Teman-teman UKM mengaku telah melaporkan keluhan dan aspirasi mereka ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed dan sedang menunggu follow-up. Nati selaku Menteri Dalam Negeri (Mendagri) BEM Unsoed membenarkan pernyataan tersebut pada Kamis (15/06) saat ditemui awak Sketsa, “Kalau aspirasi dan keluhan temen-temen mungkin kayak yang kamu tahu kan emang ada proker public hearing yang tahun kemarin itu.” Ia menjelaskan Public Hearing adalah program kerja dimana mereka menampung aspirasi dari seluruh UKM di Unsoed mengenai prestasi, keaktifan, pengadaan barang, hingga perbaikan fasilitas di sekretariat masing-masing UKM.
Norman selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni menyatakan bahwa beliau aktif mendengar keluh kesah mahasiswa entah secara langsung ataupun melalui BEM. Beberapa masalah seperti penerangan di pendopo belakang dan keberadaan kelelawar yang mengganggu berangsur-angsur diperbaiki. Ketika ditanya mengenai dana, beliau menerangkan bahwa pihak kampus tidak menaruh dana khusus untuk perbaikan fasilitas PKM, tetapi ada pengeluaran dana sebesar empat ratus sampai lima ratus juta rupiah per tahun untuk menunjang sarana dan prasarana mahasiswa. “Cuma belum turun anggarannya karena kami masih menunggu. Mudah-mudahan turun di bulan ini,” ujarnya.
“Harapannya semoga jajaran kampus bisa survei ke sini karena sebenarnya keluhan dari mahasiswa pengguna PKM itu sudah banyak. Apakah ini tuh harus diperbaiki atau harus diganti atau gimana, soalnya biar kita juga nyaman gitu loh. Terus juga Unsoed katanya mau standar ya, masa PKM yang katanya (pusat-red) kegiatan UKM fasilitasnya masih enggak sesuai. Enggak memadai gitu loh banyak yang rusak dan sebagainya. Kasihan juga gitu ya pengennya ada perbaikan dan perawatan,” ungkap Evi mengenai harapan terkait fasilitas PKM kedepannya. Ezra berharap semoga pihak universitas sesegera mungkin memperbaikinya tanpa harus menunggu aspirasi terlebih dahulu dari mahasiswa.

Foto: Zahra Nurfitri Laila
Belakangan ini, terdapat sebuah fasilitas baru di PKM yakni sebuah taman tepat bersebelahan dengan pendopo belakang. Ada lebih dari lima pasang kursi dan meja panjang yang diletakkan untuk para mahasiswa. Apabila pembangunan taman saja bisa terealisasi dengan cepat, ada baiknya perbaikan fasilitas lainnya yang lebih penting dapat disegerakan. Fasilitas yang baik akan mendorong semangat dan kinerja yang baik pula untuk mahasiswa dalam berkegiatan.
Reporter: Zahra Nurfitri Laila, Isnaini Akmal Marfu’ah, Aura Saintia Transedenti, Andini Dwi Oktavia
Editor: Desi Fitriani