SASTRA

Rubrik sastrawi yang berisi rangkaian sajak dan cerita pendek (cerpen) pilihan redaksi LPM Sketsa

Piya dan Kucing Abu-Abu
CERPEN, SASTRA

Piya dan Kucing Abu-Abu

Oleh: Nurul Irmah Agustina Ilustrasi: Nurul Irmah Agustina Hatiku menyesap renyang, rasa-rasanya ia akan tertikam praduga-praduga aneh. Tanganku agaknya terjerat ribuan semut, ia bergeming dan setia di samping tubuh—sesekali usil menarik rok biruku. Kakiku tetap berdiri kaku meski jeritannya membuat telingaku tetap utuh ‘aku ingin runtuh’ begitu jeritnya. Sementara kepalaku justru menunduk, entah malu atau pegal bila kudu menghadap lurus—bertemu puluhan tatapan rasa ingin tahu. Menilik sejenak— terpandang alis-alis mengerut hingga ada seorang yang menenggelamkan rasa malu, lalu ia berceletuk, “Apa kau bisu?” Jantungku bereaksi cepat, tubuhbu tercekat, seolah terkena dentuman hebat. Namun sungguh, dia amat lihai bermain teka-teki. Sudah tentu apabila diam saja seperti batu, itu be...
Pertemuan yang Tak Dinantikan
CERPEN, SASTRA

Pertemuan yang Tak Dinantikan

Oleh: Nadia Aminarti Yusup Ilustrasi: Nurul Irmah Agustina “Ya, sampai bertemu nanti!” Percakapan telah usai, meninggalkan dia seorang diri dengan senyuman hangat yang mendesak memenuhi seluruh penjuru ruangan. Ditatapnya pantulan dalam cermin itu. Dengan puas dia puji kesempurnaan yang sudah terencana dengan sangat matang. Tidak ada satu pun persiapan yang luput dari perhatiannya. Semua dia lakukan untuk terlihat sempurna pada pertemuan ini. Semburat langit senja menyambut tatkala pintu terbuka, menyapu wajah sang empunya yang tampak begitu menawan. Embusan angin pun seperti tak ingin melewatkan kesempatan akan  kebahagiaan di hari pertemuan ini. Dibuatnya dedaunan di sepanjang jalan itu bergemerisik, mencoba menggantikan kebisingan kota dengan alunan irama alam. Sepa...
Berita Lama yang Tak Usang
CERPEN, SASTRA

Berita Lama yang Tak Usang

Oleh: Miqda Al Auza'i Ilustrasi: Tsabita Ismahananda P. Di langit yang menaungi kotaku, rembulan agaknya enggan bertukar peran dengan matahari sebab ia masih menampakkan diri walau samar. Matahari juga malu-malu muncul, mungkin ia sungkan karena harus menggeser posisi bulan sebagai penerang. Kendati malu-malu, hangatnya sinar matahari sudah menyapa daun-daun sebelah rumah, seolah-olah membisikkan sinyal bahwa hari ini langit akan biru dan semua akan menyenangkan. Aku mengaminkan di dalam hati. Mengudarakan amin untuk hal-hal baik yang mungkin hanya Tuhan yang mau dengar, selebihnya aku tidak berharap banyak tentang apa yang akan kuhadapi di hari yang menanti ini. Kujalani rutinitas yang sama saja setiap harinya. Bangun pagi-pagi, pergi sekolah dan mampir ke pasar untuk menitipkan...
Rumsah dan Badri
CERPEN, SASTRA

Rumsah dan Badri

Oleh: Helmalia Putri Ilustrasi: Nilta Maya Shofa Di tangan Rumsah kerinduan itu tercekik, berkelindan dengan darah yang semerbak melukai lalat. Enam tahun sudah berlalu, Ia ikhlas bahwa kehidupan akan terus berlanjut meski Wanto tak bersamanya. Ia lega saat mencuci tangan di Stasiun Tapitra untuk membersihkan ceceran kenistaan ketika asmara kala itu membuatnya seperti sedang dikoyak kebodohan. Bagaimana tidak, Wanto menjadikannya pilihan hanya untuk mencari kebahagiaan bersama dengan wanita-wanita lain, sedangkan Rumsah menjadikan Wanto satu-satunya yang selalu bersemayam di ruang bahagia miliknya. Perjalanan yang cukup jauh untuk Rumsah yang cepat kehabisan energi. Ia memandang ke luar, rumput-rumput melambaikan kegembiraan turut merayakan akhir kegilaannya terhadap Wanto. Saat ...
Makhluk Tuhan Paling Sempurna
PANTUN, SASTRA

Makhluk Tuhan Paling Sempurna

Oleh: Desi Fitriani Ilustrasi: Sri Hari Yuni Rianti Pergi ke kota bertemu AnyaJalan bersama mencari makanAkulah manusia, katanyaPuncak tertinggi kehidupan Sore hari bermain bolaMalamnya dimarahi papaBanyak mau besar kepalaTak pernah sadar ia siapa Kucing lari berburu tikusSayur mayur dimakan kelinciMakhluk rakus selalu hausEgo pribadi adalah kunci Kayu lapuk terlalu rapuhHingga mengganggu terlalu bauTidak segan saling membunuhUntuk dapat segala yang dimau Jangan sedih, jangan meranaHingga hidup jadi sia-siaDasar makhluk paling sempurnaManusia yang tak seperti manusia Di kebun binatang ada jerapahLihat dari jauh supaya amanSering merusak tanpa bersalahHingga masa depan jadi ancaman Hasil bumi laku terjualDibayar tunai dengan harga mahalPercuma dianugerahkan akalJika...
Orang-Orang Terpilih
SAJAK, SASTRA

Orang-Orang Terpilih

Oleh: Adventia Natali D. S Ilustrasi: April Melani Orang-orang yang terpilih Kami melihat mereka seperti itu Hanya bermodalkan bualan Tapi kenapa kami percaya? Lihatlah mereka di kursi tertinggi Tak ada mata yang tertuju ke bawah Tak ada telinga yang mau mendengar Kami melaung sengsara disini Ratapan pilu di setiap waktu Rasa risau tak kunjung rampung Kemana janji mereka Dimana hati nurani mereka Sikap acuh kami terima Senjata selalu di depan Tatapan tajam selalu mengawasi Dimana kebebasan kami? Rasa sesal memenuhi dada Memilih perampok yang berdasi Kami ditindas orang sendiri Orang-orang terpilih
Hentakan Palu
CERPEN, SASTRA

Hentakan Palu

Oleh: Muhammad Driandra Elvanda Agassti Ilustrasi: April Melani *Cerita ini mengandung hal-hal yang mungkin akan membuat pembaca tidak nyaman Ella Silverline hanya seorang gadis desa dengan hati lembut ibarat kupu-kupu yang mendarat di atas daun yang rapuh, raut wajahnya membawa kebahagiaan bagai hasil panen yang mengisi neraca timbang secara utuh, dan pandangan mata yang dia miliki tampak sejuk bagai ternaungi pohon rindang yang teduh. Tidak ada masalah yang bisa diingat ketika manusia mendengar suara lembut yang keluar dari mulut mungilnya, dan tidak ada satu pun jiwa yang pernah tersakiti oleh tangan halusnya. Semua orang di desa menyapanya saat dia terlihat dari ujung mata mereka, Mereka akan menyempatkan diri untuk memberikan Ella beberapa barang yang mereka jual atau han...
Terbit Menjerit
SAJAK, SASTRA

Terbit Menjerit

Oleh: Triana Niken Ayu Ilustrasi: Sri Hari Yuni Rianti Pagi cerah kusambut Bulan berkah menyelimut Dengan hening tak kudengar Fatwa telah mekar Sepeda tua telah kukayuh jauh Meniti jalan berlubang uang Upah yang tak sebanding harga diri Tiada didengar keluh kesahku wahai pemimpin negeri Oh malangnya nasib sekawananku kini Bukan gaji buruh yang dicukupiTetapi egoisme oligarki yang dijunjung tinggiSungguh malang nasib kawananku iniFatwa terbit, aku menjerit Kemanakah mata batin parlemenInvestasi digenjot, lingkungan hidup terperosokJagat telah tersayatMenanggung nafsu insan bejatEsensi terus dicari, bumi pertiwi terus digaliYura terbit, alam menjerit Jika Tuhan ikut mengadiliNiscaya kalang kabut oligarki dan penguasa negeriMengapa neraka dititipkan di akhirat?Sementara pengh...
Rumah Kampung Halaman
SAJAK, SASTRA

Rumah Kampung Halaman

Oleh: Delima Saraswati Ari Trifiani Ilustrasi: Sri Hari Yuni Riyanti Menapak jejak di kota seberang Meninggalkan sejenak kampung halaman Berat, memang nyalar dirasakan Rindu, sudah pasti terejawantahkan Sendu memilu menepi syahdu Senyuman rindu di atas kalbu Diriku yang selalu menjadi benalu Ingin selintas menjadi sang ratu Ratu, tidak memerlukan tempat asa Hanya memandang rakyatnya dan bahagia bersama keluarga Ratu, tidak pula pergi kemana-mana Cukup duduk di atas takhta dan melihat suasana istana Berhasil terjebak, diriku dalam dunia fana Kufur nikmat dari pemberian-Nya Maaf Tuhan, diri ini hanya rindu Pada tempat berpulang nang pelik itu Bangunan tua, bersama penunggu yang renta Candu sekali senyumnya, hangat selalu dirasa Lelah datang sudah tak terhingga, namun rumah...
Hingga Purnama
SAJAK, SASTRA

Hingga Purnama

Oleh : Rizka Noviana Eka Mulyaningsih Ilustrasi: Sri Hari Yuni Riyanti Langit sepenuhnya hitam Bak tinta yang menetes dari kuas Mendarat di kertas kusam Beruntung tak di atas alinea Seberkas cahaya bersemi Sudah tiba, sang bulan sabit Biarpun bukan mentari Setidaknya harapan mulai terbit Merancang siasat matang-matangBahan bakar sudah terisi separuhBerlari secepat kilatBerlayar jauh melupakan penatMencari tempat berlabuh Tiba-tiba tersesat di buana utopisHaluan teralihkan kemudianJejak kaki mulai tak nampak lagiMuslihat menjadi teman Jiwa lemah yang beranjak bangkit Pendamba purnama nan anggun Serta para dayangnya yang jelitaSekarang kembali hilang arah *Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman