Stadion Porsoed 2024 Diganti, Pemain Cabor Sepak Bola Diuji

Oleh: Vivi Aleyda Anwar 

Foto: Ahmad Fahri Sya’bani

Suasana baru mewarnai pertandingan Cabang Olahraga (Cabor) Sepak Bola Pekan Olahraga Soedirman (Porsoed) pada Sabtu (09/11) usai pergantian stadion yang semula diadakan di Gelanggang Olahraga (GOR) Satria, Purwokerto, berpindah ke GOR Goentoer Darjono, Purbalingga. 

Porsoed sendiri merupakan acara lomba olahraga terbesar yang diadakan setiap dua tahun sekali di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) oleh Kementrian Minat dan Bakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed. Terdapat beragam mata lomba, mulai dari bulu tangkis, catur, PUBG, hingga sepak bola yang diadakan di tempat dan lokasi yang berbeda-beda. Event tersebut dibuka pada bulan September dan masih berlangsung hingga kini. 

Menurut perwakilan panitia divisi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan (ATP) Porsoed, Fariz, keputusan pergantian GOR ini disebabkan oleh adanya perintah pengosongan area dari pihak pengurus GOR Satria pada tanggal 4-10 November. Salah satu alasannya, yakni rencana kunjungan presiden ke Banyumas. “Ada rencana untuk dipakai di GOR Satria itu. Meskipun cuma rencana, tapi pada akhirnya dari pihak mereka tuh dapet arahan untuk mengosongkan di tanggal-tanggal segitu,” jelas Fariz saat diwawancara awak Sketsa pada Sabtu (09/11). Panitia Porsoed sempat mencari opsi lain untuk lapangan sepak bola. Namun, lapangan terdekat yang juga memiliki track untuk lari berada di Purbalingga. 

Kata Pemain Soal Pergantian Stadion

Foto: Gauri Indah Sukmawati

Dalam wawancara setelah pertandingan, Haikal, salah seorang pemain dari Fakultas Hukum (FH) mengutarakan bahwa timnya diberi kabar oleh panitia mengenai kemungkinan pergantian venue sejak pekan lalu. “Mungkin dua hari lalu baru difiksasi nih, pindah venue dan yang tadinya hari Jumat-Sabtu diganti ke Sabtu-Minggu,” papar Haikal. 

Lokasi GOR Goentoer Darjono yang cukup jauh menyebabkan para pemain harus menghadapi tantangan lain. “Pemain harus nyetir lagi, pada naik motor kan tadi, cape. Itu jadi salah satu faktor yang cukup merugikan, sih sebenernya buat kita,” keluh Haikal. Ia juga menambahkan bahwa kualitas kedua lapangan tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda. Namun, tentunya dari suasana yang baru, pemain diharuskan untuk beradaptasi kembali. Mereka harus mampu menganalisis spot-spot yang kurang bagus, licin, dan keras. Kondisi lapangan menjadi lebih licin karena adanya guyuran hujan deras selama pertandingan. Jarak yang jauh dan cuaca tidak menentu, mereka akui memengaruhi jumlah pendukung yang akan hadir, tetapi pertandingan sepak bola tetap harus berlanjut. 

Perihal pertandingan yang berlangsung di saat hujan, Fariz menjelaskan bahwa wasit lebih memahami situasi cuaca seperti apa yang masih layak untuk dilanjutkan pertandingan. “Ga bisa dipungkiri, acara kita tuh di akhir tahun yang mana tuh di saat musim hujan gitu loh. Jadi, mungkin sering hujan. Jadi, ya mungkin dari kita untuk (persiapan-red) pemain, ya balik lagi ke mereka sendiri ya,“ ucapnya. Di sisi lain, ia menyadari sedikit perbedaan di venue sekarang dibanding sebelumnya. “Tapi kalo liat di track arena di sini (GOR Goentoer Darjono-red) batu-batunya rata, lebih halus gitu dibandingkan sama di sana (GOR Satria-red). Kalo buat tribun mungkin ya, lebih besar di sana ya,” jelas Fariz. Ia menambahkan lapangan sepak bola dan fasilitas lainnya dirasa tidak jauh berbeda. Meski sudah membayar biaya kebersihan, tiap akhir acara, panitia masih berusaha sebisa mereka untuk membersihkan venue, terutama bagian tribun penonton. 

Kesan Supporter terhadap Pertandingan di GOR Goentoer Darjono

Foto: Gauri Indah Sukmawati

Meski pertandingan diadakan di Purbalingga, jumlah pendukung yang hadir tergolong signifikan. Galih, pendukung dari tim Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), memilih tetap datang bersama rombongannya ke venue karena mereka memiliki solidaritas yang kuat. “Temen-temen dari FISIP pun sedikit memberikan tanggapan positif terkait tempat atau stadion di Purbalingga. Karena dari lapangannya itu jadi bagus ya, lebih bagus dari (stadion-red) sebelumnya,” jelas Galih. 

Sisi positif lainnya yaitu tribun penonton yang dirasa lebih dekat dengan lapangan, sehingga suara dukungan mereka bisa lebih terdengar oleh tim kebangaannya. Pendukung lain dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Sela, berpendapat GOR yang digunakan sekarang lebih baik. “GOR-nya bagus, terus lapangannya tidak becek. Terus nontonnya enak, permainannya juga bagus,” ujar Sela. 

Harapan Pemain Cabor Sepak Bola

Haikal mengutarakan bahwa keputusan perubahan venue ini cukup merugikan. Namun, alasan yang diberikan panitia juga masuk akal sebab situasi yang dihadapi memang sulit. Ia menyarankan agar panitia untuk kedepannya lebih mematangkan persiapan. “Opsi-opsinya harus dipersiapkan lah gitu, persiapan-persiapan. Misalkan terjadi hal-hal di luar kendali panitia tuh harus dipersiapkan gitu, biar aman lah. Kita juga sebagai pemain juga kan biar aman gitu dalam menjalani pertandingan.” jelas Haikal. 

Reporter: Vivi Aleyda Anwar, Gauri Indah Sukmawati, Faustina Rosa Azalia, Rizqy Noorawalia Febryanni, Sri Hari Yuni Rianti, Helmalia Putri

Editor: Zahra Nurfitri Laila

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *