Oleh: Maula Rizki Aprilia
Bertepatan dengan Dies Natalis Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jenderal Soedirman mengadakan Ngopi Bareng Rektor di selasar Gedung Rektorat Universitas Jenderal Soedirman (23/9) guna membahas persoalan-persoalan di Unsoed. Acara dimulai pukul 15.00-17.45 WIB yang dihadiri kurang lebih 50-60 mahasiswa Unsoed dari keseluruhan fakultas yang ada di Unsoed dan diikuti oleh beberapa petinggi kampus. Salah satunya Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Norman Arie Prayogo, yang hadir lebih awal mewakili rektor Unsoed berusaha menjawab pertanyaan dan keluhan dari mahasiswa Unsoed. Memasuki perbincangan yang semakin asyik, Rektor Unsoed, Ahmad Sodiq, kemudian bergabung dan duduk bersama di tangga selasar gedung rektorat.
Para mahasiswa yang hadir satu per satu mengungkapkan isi hati yang belum tersampaikan secara langsung atau belum ada tindak lanjut dari pihak rektorat. Seperti pembangunan gapura Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan (FPIK) yang mandek dan usulan pembangunan gedung Study Learning Center yang belum terlaksana.
Masalah yang tidak ada habisnya, yaitu fasilitas Unsoed juga diungkapkan oleh salah seorang mahasiswa baru 2024, Fakultas Pertanian, yang mengatakan bahwa saat PKKM (Pengembangan Karakter dan Kepribadian Mahasiswa) 2024 di Gedung B Fakultas Pertanian, ia mendapati ubin yang mencuat dari tanah dan sebagian malah ada yang tidak berubin. “Pas kegiatan PKKM ubin di kelas saya meledak, dan ternyata hampir di semua kelas itu ada beberapa yang sudah tidak ada ubinnya. Itu menjadi salah satu hal yang menurut saya kurang etis Pak.”
Masih seputar fasilitas yang belum dibenahi, diketahui tahun 2024 Unsoed menambah kuota dari setiap program studi secara signifikan dan hal tersebut berdampak pada kegiatan belajar mengajar yang sebagian dilaksanakan secara daring akibat tidak adanya ruang kelas yang mencukupi.
Topik yang sedang menjadi keresahan mahasiswa Unsoed, yaitu kasus kekerasan seksual yang terungkap beberapa hari lalu, juga mendapat jawaban dari Satuan Petugas Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS), Tri Wuryaningsih. Tri Wuryaningsih yang turut hadir di selasar rektorat mengatakan bahwa kasus tersebut masih dalam proses hukum. Ia juga mengatakan, ada 50% ruang yang tersedia di Satgas PPKS bagi mahasiswa untuk turut mengawal kasus kekerasan seksual di kampus dengan batasan yang berlaku, yaitu mahasiswa tidak diperbolehkan ikut menindaklanjuti secara mendalam, sebab sudah ada divisi tersendiri yang mengurusi kasus kekerasan seksual. “Namun, dalam penanganan (kekerasan seksual-red) itu ada batasan-batasan tertentu gitu, yang tidak bisa kita serta merta itu melibatkan kepada mahasiswa. Di dalam tim satgas sendiri itu, tidak semua anggota itu kemudian terlibat langsung di dalam penanganan, itu tergantung divisinya, misalnya masuk ke divisi pengaduan itu nanti divisi pengaduan mengirim ke sekretaris, sekretaris ke saya, dan kemudian saya akan menugaskan divisi apa yang harus pertama kali bekerja.”
Mengenai cepat lambatnya kasus kekerasan seksual ditindaklanjuti, itu tergantung dari korban kekerasan seksual dan anggaran yang tersedia. Satgas PPKS tidak bisa bergerak apabila anggaran dari pihak rektorat tidak mencukupi untuk mengurus ke jalur hukum.
Permasalahan keamanan kampus juga tidak luput dari perbincangan. Isu barang hilang milik mahasiswa dan orang asing yang masuk tanpa izin ke beberapa sekretariat unit kegiatan mahasiswa menjadi kekhawatiran para mahasiswa yang banyak berkegiatan di PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa). Mahasiswa meminta untuk memperketat keamanan PKM dengan memaksimalkan jam kerja satpam dan pemasangan CCTV. Tidak hanya di PKM, tetapi juga di fakultas-fakultas Unsoed.
Selain itu, masih ada beberapa keluh kesah mahasiswa Unsoed, seperti jalan pedestrian yang tidak aman bagi mahasiswa pejalan kaki, regulasi penggunaan fasilitas yang berbayar bagi mahasiswa Unsoed, dan kesejahteraan tenaga pendidik yang luput dari perhatian meskipun sudah ada surat yang mengaturnya. Semua permasalah tersebut, kecuali keluhan jalan yang rusak, rektor meminta surat pengaduan yang disertai dengan tembusan dan dikirim ke pihak rektorat. Beliau juga berkata untuk melaporkan ke pihak fakultas (Dekan) terlebih dahulu. “Segera seperti Ekonomi (FEB) jenengan identifikasi, tulis bersama BEM, ajukan kepada Pak Dekan pilih tembuskan kepada saya.”
Akhir acara ditutup dengan penyerahan Dokumen Posisi dari pihak BEM ke rektor yang berisi empat poin isu Unsoed yang belum tuntas, yaitu fasilitas kampus, transparansi kebijakan, kekerasan seksual, dan biaya pendidikan. Mahasiswa berharap agar isu-isu tersebut segera ditindaklanjuti agar tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar.
Mahasiswa menunggu aksi nyata dari ucapan rektorat terhadap Universitas Jenderal Soedirman.
Reporter: Maula Rizki Aprilia, Vivi Aleyda Anwar, Gauri Indah Sukmawati
Editor: Zaki Zulfian