Tag: Opini

Mendobrak Status Quo, Melawan Keimanan
ARTIKEL, OPINI

Mendobrak Status Quo, Melawan Keimanan

Oleh: Faiz Maulida Ilustrasi: Sri Hani Yuni Rianti Hingga saat ini, plot-plot dramaturgi heroik di ruang hiburan publik selalu sarat dengan cerita yang pasti akan dimenangkan oleh kebaikan. Sejarah dunia penuh dengan berbagai cerita dimana kebaikan belum tentu menjadi pemenang, namun tidak jarang pula kebaikan justru akan menjadi akar bagi para pecundang abadi. Akhirnya, masalah baru mungkin muncul, apakah yang baik itu benar-benar baik? “Otoritarianisme dalam agama dan sains, apalagi politik, dapat semakin diterima bukan karena banyak orang mempercayainya, melainkan karena mereka secara individual merasa takut dan tidak berdaya.” Ungkapan Rollo May dalam bukunya Man’s Search for Himself yang mengisyaratkan jika kepatuhan adalah jalan bagi seorang individu agar merasa aman. Pera...
Fenomena ‘Latah’ Akibat Media Sosial
ARTIKEL, OPINI

Fenomena ‘Latah’ Akibat Media Sosial

Oleh: Desi Fitriani* Ilustrasi: Nadya Salma Pengguna media sosial di Indonesia saat ini semakin bertambah seiring berkembangnya zaman. Menurut dataindonesia.id pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah tersebut terus meningkat tiap tahunnya. Tidak dapat dipungkiri, penyebaran berita ataupun sebuah tren akan menyebar begitu cepat akibat banyaknya masyarakat yang aktif dalam bermedia sosial. Hal tersebut tentunya akan meninggalkan dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bukan hanya dampak positif yang bisa dituai karena banyaknya masyarakat yang melek suatu hal baru di media sosial, tetapi dampak negatif yang ditimbulkan juga pasti ada. Apalagi banyak anak di bawah umur yang sekarang sudah bisa mengakses media sosial dengan m...
Yuni, Pamali, Jeruji, dan Emansipasi
OPINI

Yuni, Pamali, Jeruji, dan Emansipasi

Oleh: Akhmad Idris* Ilustrasi: Amalia Rahmadani Baru-baru ini Indonesia seharusnya berbangga diri dengan prestasi yang diraih oleh film Yuni di pentas internasional. Pasalnya, film yang memborong empat belas nominasi Piala Citra 2021 ini berhasil membawa pulang Platform Prize ke bumi pertiwi dalam pagelaran Toronto International Film Festival 2021. Sayangnya prestasi ini tidak disambut dengan baik di rumah sendiri. Hal ini saya buktikan sendiri saat melihat jadwal penayangannya di beberapa kota. Ternyata dari tiga sampai empat bioskop yang ada di kota Malang, hanya satu bioskop yang menayangkan film Yuni. Itu pun hanya satu kali penayangan dalam sehari. Berbeda dengan film-film lain yang bisa sampai tiga kali dalam sehari. Mirisnya lagi, film Yuni cenderung ditayangkan di mall-mall y...
Akar Nepotisme dalam Organisasi Kampus
OPINI

Akar Nepotisme dalam Organisasi Kampus

Oleh: Rofingatun Hamidah* Ilustrasi: Afif Fadhilah Iftiar Beberapa hari yang lalu, saya mendengar cerita teman yang ditawari jabatan strategis untuk suatu organisasi. Tanpa melalui rangkaian rekrutmen yang seharusnya dilakukan, tentunya. Ia memang cukup aktif dan vokal terhadap isu-isu terkini, dan tentu saja memiliki jalinan relasi yang cukup kuat. Namun, ia sadar betul, apa yang sedang ia hadapi ini cukup meresahkan. Pasalnya, bukan hanya sekali itu saja tawaran datang dari organisasi yang sama, namun sudah berkali-kali. Ia kemudian menyebutnya sebagai praktik nepotisme. Tentu saja, apa yang diceritakan teman saya ini tak hanya bualan belaka. Untuk orang-orang yang sering terlibat, jelas akan mengerti saya sedang membicarakan apa dan siapa. Sudah menjadi rahasia umum praktik sem...
Sebuah Keresahan Bernama Buku Bajakan
OPINI

Sebuah Keresahan Bernama Buku Bajakan

Oleh: Nida Ismiatun Azzahra* Ilustrator: Nadya Salma Satu tugas dari dosen memaksa saya membuka kembali buku tebal nan berat itu. Jika hanya dilihat sekilas tidak ada yang mencurigakan. Namun bila dilihat lebih teliti tampilan luarnya, akan tampak suatu kejanggalan. Bagian jilidannya tidak rapi. Cetakannya kacau. Bagian awal sudah robek beberapa lembar walaupun saya merasa sudah menyimpan dengan baik. Kepala tabel yang harusnya berwarna, menjadi gelap semua, membuat informasi yang ada di dalamnya tidak utuh dan tentu tidak bisa dibaca. Gambar-gambar lain tidak usah ditanya. Bukan soal tidak menarik karena hitam putih saja, bahkan jika tidak ada keterangan lanjutan di bawahnya saya tidak tahu itu gambar apa. Gambar yang seharusnya memperjelas konteks tulisan, menjadi tidak ada gu...
Membina Para Musisi Jalanan
EDITORIAL, OPINI

Membina Para Musisi Jalanan

Oleh: Nida Ismiatun Azzahra* Ilustrasi: Alil Saputra Pengamen merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari pemandangan di kota-kota besar. Mereka ada di mana-mana, mulai dari lampu merah, pertokoan, angkutan umum, bahkan sampai ke rumah-rumah warga. Sebutan untuk pengamen ini biasanya cenderung disejajarkan dengan gelandangan, pengemis, atau anak jalanan yang dikategorikan sebagai PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial). Sebetulnya, pandangan ini tak sepenuhnya salah. Memang ada beberapa pengamen yang berpenampilan garang, bertato, atau atribut apa pun yang membuatnya lebih tampak seperti preman yang kerjanya memalak dan tak segan berbuat kasar. Belum lagi mereka dikatakan sering mabuk-mabukan dan akrab dengan obat-obatan terlarang. Namun, salah jika memukul rata ...
Calon Reporter dan Amplop
ARTIKEL, KOLOM ALUMNI

Calon Reporter dan Amplop

Oleh: Sucipto* Kenyataan yang ia terima di bulan Agustus yang muram, membuatnya membayangkan empat puluh tahun kemudian: duduk bersama anak-cucu dan menceritakan bagaimana seorang jurnalis harian lokal bertahan hidup tanpa menerima amplop atau pemberian uang dari narasumber. Jika semesta berkehendak lain, ia berharap arsip tulisan ini sampai kepada mereka, bukan sebagai kesenduan tapi agar mereka bisa menentukan sikap, apapun profesinya. Ingatannya kembali pada sebuah pagi, dua puluh satu hari sebelum gelar sarjana disandangnya. Ia–yang sering dipanggil Gondrong–sumringah. Gondrong teringat perkataan Gabriel García Márquez tentang profesi jurnalis. Gabo, demikian orang mengenal penulis Amerika Latin itu, menganggap jurnalis adalah pekerjaan paling bagus sedunia. Dan, Gondrong akan mela...
Menera Angan, Lalu Merawatnya
KESKETSAAN, OPINI

Menera Angan, Lalu Merawatnya

Oleh: Emerald Magma Audha* Seperti Émile Zola yang sedang tercekik, ketika karbon monoksida mulai menyesaki rongga paru-parunya, itulah yang sedang saya rasakan. Bedanya, otak saya yang tercekik, berbagai macam pikiran menyesaki. Saya tengah mencari sesuatu, lebih benar, tepekur. Dalam proses itu, sekelebat, ada yang merentas di rongga pikiran. Itulah ingatan. Saya jadi terkenang pada obrolan dengan kawan sejawat saya—kawan di lembaga Skëtsa, bercerita tentang angan masing-masing. Ada yang berangan besar seolah bernafsu pretensi, ada pula yang angannya penuh hal utopis sekalipun. Bahkan, angan tentang lembaga ini, lembaga yang sedang saya kulum amanahnya. Layar lembaga ini mau dikembangkan ke arah mana? Akan seperti apa jadinya? Agaknya seperti itu. Hasilnya, dari perembukan itu, ada bebe...
Ikhtiar Menghidupkan (Kembali) Marwah Mahasiswa
OPINI

Ikhtiar Menghidupkan (Kembali) Marwah Mahasiswa

Oleh: Nurhidayat* "Semua kemajuan di Indonesia itu dimotori oleh angkatan muda dan mahasiswa" - Pramoedya Ananta Toer Mahasiswa pernah menjadi garda utama perubahan keadaan bangsa Indonesia. Beberapa pencapaian mahasiswa—bersama pelajar, buruh, dan komponen pemuda yang lain—yang pada tahun 1908 melahirkan Boedi Utomo, 1928 melahirkan Sumpah Pemuda, 1945 menculik Soekarno guna mempercepat proklamasi kemerdekaan NKRI, 1974 melawan isu korupsi, dan akhirnya pada 1998 menurunkan Soeharto sekaligus melahirkan reformasi. Meski menurut Pramoedya Ananta Toer, dalam sebuah wawancara, gerakan 1998 gagal menciptakan people power karena tidak bisa menarik angkatan bersenjata untuk bergabung (contoh baiknya ada di Filipina), nyatanya kekuatan yang dibangun bisa meruntuhkan kekuasaan yang sudah tert...
Lautan Plastik, Gunung Sampah
OPINI

Lautan Plastik, Gunung Sampah

Oleh: Aziz Dwi Apriyanto* Persoalan sampah me­manglah hal yang klise. Meski begitu, masalah sampah masih saja menjadi polemik di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Sampah “menyebar” di daratan, menumpuk, lalu menjadi gunungan-gunungan sampah yang menjulang tinggi di setiap peradaban manusia. Sampah yang tak terkelola dengan baik, menghasilkan aroma tak sedap dan jadi sarang berkumpulnya bibit penyakit, juga berbagai lain ma­salah. Masalah sampah bukan hanya di daratan, namun tak sedikit sampah yang “berlayar” di lautan. Sadar atau tidak, Indonesia menempati urutan kedua sebagai penyumbang sampah plastik lautan terbesar di dunia setelah China, sedangkan urutan ke­tiga ditempati Filipina. Prestasi luar biasa miris yang “sukses” diraih Indo­nesia. Itu berdasarkan hasil penelitian ...