Oleh: Ade Ika Cahyani

Aku bergelut dengan sayap kenari saat malam mengepak, bersiap
Di sisi bumi yang terbentang, kanvas luas dan permadani menghalau pandang, bersitatap
Jauh jaraknya; kamu di sudut, meringkuk, meratap
Katanya pohon-pohon surga bahkan berbisik, tergagap,
“Kalian bukan sesuatu.”
Benar; kamu sendirian di sudut, meringkuk
Aku tahu pernah meraih pundakmu, kan? Aku tepuk
Aku ada di sana kala malam lengser dari perpaduan, merutuk
Sisa waktu terkutuk; aku membujuk
Sayang,
Aku sendirian
Di sudut, tak ada sosok yang aku impikan
Imajinasi yang sentimental menggigit perasaan
Benar, aku bahkan tak mampu membuatmu bertahan
Ingat saat-saat seperti ini?
Kamu sendiri, aku juga tak berkutik
Burung surga meringis miris, berbisik,
“Menyedihkan…”
Kamu ingat saat-saat seperti ini?
Beritahu kalau kamu sanggup beranjak dari sudut
Saat akhirnya mentari mengintipmu dari sela langit dengan bibir berkedut
Dia mengejekmu bak badut
Tertawa-tawa, membuatmu takut
“Terpisah, ya?”
Ya
Kamu dan aku,
sendirian; begitu…
Tepuk, peluk
Kita jujur pada diri sendiri; ini bukan saat-saat tertentu
… kamu duduk di sudut, bersamaku
Seperti yang mentari tebak; jarak yang jauh…
Editor: Khofifah Nur Maizaroh