Oleh: Miqda Al Auza’i
Sabtu (22/06/2024), Banyumas dimeriahkan oleh pagelaran akbar “Banyumas 10.000 Lengger Bicara,” dengan partisipasi 10.000 penari. Acara ini dilaksanakan di Gelanggang Olahraga (GOR) Satria Purwokerto dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang dewasa. Antusiasme luar biasa masyarakat Banyumas memberi nyawa kesuksesan acara ini.
Mengulik Lengger Bicara
Banyumas 10.000 Lengger Bicara digelar dengan tujuan untuk mengenalkan dan melestarikan tari lengger yang merupakan tarian asli dari Banyumas. Indi, selaku pegiat tari mengatakan bahwa tari lengger merupakan dasar dari tarian-tarian kreasi yang ada di Banyumas. “Lengger itu mencerminkan masyarakat, warga kabupaten Banyumas, yang orangnya itu natural, jujur,” ungkapnya saat diwawancarai Awak Sketsa mengenai makna dari tari lengger.
Tajuk dari acara ini tergolong unik. “Dengan tajuk lengger bicara, kita ingin semua orang membicarakan bahwa lengger itu dari Banyumas dan masih harus dilestarikan, makanya tagline-nya Lengger Bicara, kita membuat 10.000 lengger bicara, orang-orang akan membicarakan lengger, bahwa lengger itu harus diketahui asalnya dari Banyumas,” kata Sirwan, selaku pengurus harian Rumah Lengger yang menjadi tim media pada acara ini.
Acara dimulai pada pukul 15.00 WIB dengan mobilisasi peserta ke lapangan. Rangkaian acara berlangsung meriah, diawali dengan tarian kolosal yang dilakukan oleh 10.000 peserta tari lengger yang berhasil memecahkan rekor MURI. Puncak acara, Sabtu malam, menyuguhkan penampilan musik, tarian fragmen mapag mangsa, dan penampilan tari lengger Banyumasan. Menjelang akhir, rekor MURI diserahkan oleh Eros Djarot selaku perwakilan MURI kepada Penanggung Jawab Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro, yang menandai kesuksesan acara ini. Eros Djarot mengungkapkan, bahwa total peserta yang bergabung dalam “Banyumas 10.000 Lengger Bicara” mencapai 10.245 orang.
Hari Lengger Sedunia
Pementasan “Banyumas 10.000 Lengger Bicara” menjadi momen bersejarah dalam ditetapkannya Hari Lengger Sedunia pada tanggal 22 Juni. Dukungan luas dari pemerintah, lembaga pendidikan, seniman, budayawan, dan sukarelawan turut berperan penting dalam kesuksesan acara yang mengesankan ini.
Harapan dan Masa Depan Lengger
“Hal yang paling dinikmati dari acara ini adalah keramaiannya dan keseniannya, itu karena nari bareng-bareng jarang terjadi dan biasanya tari dilakukan secara berkelompok,” ujar Ilham, salah satu penonton yang diwawancarai Awak Sketsa. “Mungkin tahun depan bisa diadakan lagi karena bisa nguri-nguri budaya. Kegiatan ini penting untuk diadakan satu tahun sekali atau sering diadakan supaya anak muda tahu lengger itu seperti apa,” pungkasnya.
Rianto, pegiat tari Lengger sekaligus director pada acara ini, optimis bahwa dengan adanya acara ini, masyarakat di Banyumas akan lebih tertarik, ingin tahu, dan mempelajari lebih lanjut tentang tari lengger. “Dan akhirnya, dari konsep ini lengger akan bisa menyebar ke global dan menyebar ke seluruh penjuru tanah air,” ucapnya.
Sebelum acara ditutup, penampilan tari sekar gandrung memukau penonton dengan kolaborasi para maestro bersama Didik Nini Thowok. Tepat pukul 22.12 WIB, acara resmi ditutup dengan pertunjukan kembang api yang spektakuler.
Reporter: Miqda Al Auza’i, Putri Sabhrina, Ferry Aditya, Violin Salsabila, Lili Amaliah, Balqist Maghfira Xielfa
Editor: Balqist Maghfira Xielfa