Oleh: Chynthia Maharani Sulistyowati
Seorang mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) meninggal dunia saat mengikuti pendakian di Gunung Slamet pada Sabtu (25/2). Korban diketahui bernama Sadewa Natha Radya (19) yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Almarhum tergabung dalam Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pencinta Alam Unsoed (UPL MPA Unsoed). Kronologi kejadian diungkap Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Norman Arie Prayogo saat ditemui pada Selasa (28/2) lalu. Norman mengungkapkan sejumlah mahasiswa melakukan pendakian di Gunung Slamet. Namun, disaat pendakian berlangsung ada perubahan cuaca yaitu terjadi badai yang membuat korban mengalami hipotermia. Selain itu, korban juga diketahui memiliki riwayat penyakit asma. Norman menambahkan rekan-rekan pendaki lainnya sudah berusaha untuk menolong, tetapi pertolongan tidak bisa maksimal karena proses evakuasi yang sulit. Evakuasi yang tidak mudah juga menyebabkan korban lain yang mengalami patah tulang.
Maria selaku Kepala Bidang Internal UPL MPA Unsoed, mengungkapkan dari awal perekrutan pihak UPL sudah mengulik informasi setiap anggota termasuk tentang riwayat penyakit. “Untuk asma ini kita tidak bisa menelan informasi secara mentah. Kita lihat dulu kondisi dia dari kegiatan ke kegiatan. Apakah dari kegiatan-kegiatan yang diikuti dia kumat asmanya? Jadi, kita setiap dia ada kegiatan juga memantau setiap penyakitnya,” ujar Maria saat ditemui di kantor sekretariat UPL MPA Unsoed pada Selasa (28/2) lalu.
Maria menambahkan sebelum melakukan pendakian anggota UPL selalu mengikuti Standart Operating Procedur (SOP) dan panduan. Salah satunya adalah latihan fisik setiap minggu guna melihat stamina setiap anggotanya. Maria juga mengungkapkan jika setiap anggota harus melakukan tes kesehatan sebelum melakukan pendakian. “Biasanya ke Puskesmas. Jadi, kita punya surat perizinan dinyatakan sehat, baru bisa berangkat,” terang Maria.
Saat ditemui awak Sketsa pada Selasa (28/2), Fakhrizal selaku Ketua Umum UPL MPA Unsoed menerangkan bahwa mereka telah melakukan persiapan yang matang termasuk melakukan pemantauan cuaca dan mengurus perizinan kepada TNI, kepolisian, rumah sakit, dan warga setempat.
Maria menjelaskan kegiatan pendakian ini merupakan bagian dari rangkaian rekrutmen anggota UPL yang telah mengantongi izin serta berada di bawah pengawasan kampus. Fakhrizal menambahkan, kegiatan pendakian sendiri merupakan kegiatan bersifat internal dan perizinan hanya sebatas pembina saja.
Baik pihak kampus maupun UPL MPA Unsoed mengaku telah melakukan komunikasi kepada keluarga korban meninggal. Norman juga menyatakan pihak kampus akan terbuka jika keluarga korban ingin mengadakan investigasi terkait kasus ini. Norman berharap kasus ini dapat dijadikan bahan evaluasi agar ke depannya bisa meminimalisir risiko. UKM Unit Pandu Lingkungan telah mendapatkan sanksi dari pihak kampus dengan diberhentikannya kegiatan serta pergantian pembina. “Sudah saya bekukan, pembinanya diganti juga,” ujar Norman. Sementara itu, Maria berharap organisasi ini tidak diberhentikan kegiatannya karena organisasi merupakan tempat mengasah skill dan mengembangkan diri. “Jangan jadikan hal ini untuk berhenti,” ungkap Fakhrizal.
Reporter: Chynthia Maharani Sulistyowati, Faiz Maulida, Afif Fadhilah Iftiar
Editor: Desi Fitriani
Cuaca tidak bisa disalahkan, Panitia sudah jelas salah,Jika memang pemikirannya sudah luas tentang dunia pendakian dan melihat cuaca yg tidak memungkinkan mengapa mereka masih memaksaku lintas jalur?Masih jadi pertanyaan logika nya Anak bakal nurut sama orangtua nya