Oleh: Yoga Iswara Rudita Muhammad
Area Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (PKM Unsoed) tampak lebih lengang dari biasanya. Kalau pekan-pekan sebelumnya hampir selalu ramai oleh kegiatan mahasiswa, pekan keempat November ini berbeda suasananya. Tepatnya 26 November 2016, Pendopo PKM Unsoed kehilangan fungsi regulernya sebagai tempat berkegiatan mahasiswa. Tidak ada kegiatan mahasiswa yang diadakan di sana pada hari itu. Beberapa pintu kantor sekretariat UKM tingkat universitas (UKM-U) tampak terkunci rapat. Tidak terlihat adanya tanda-tanda bahwa empunya kantor sekretariat UKM-U sedang beraktivitas di dalamnya. Hanya satu-dua pintu kantor sekretariat yang menganga, menandakan penghuninya tengah berkegiatan di dalamnya.
***
Tidak dipungkiri, UKM-U merupakan salah satu muara terbesar dari segala aliran pemikiran kaum mahasiswa pada tingkat universitas. Heterogenitas mewarnai setiap jengkal ranahnya, begitulah sebagaimana disampaikan oleh salah seorang pegiat UKM-U ketika ditanya kenapa harus memilih UKM-U. Di sana tempat bersua beragam mahasiswa dari fakultas yang ada, kata dia.
UKM-U terdiri dari beragam jenis. Berdasarkan data kepengurusan UKM-U pada 2016, di Universitas Jenderal Soedirman, setidaknya terdapat tiga jenis UKM, terdiri dari kategori penalaran dan keilmuan; kategori bakat, minat, dan kemampuan; dan kategori kerohanian. Kategori penalaran dan keilmuan diduduki oleh UKM Penalaran dan Riset (UKM PR). Kategori bakat, minat, dan kemampuan terbagi ke dalam bidang olahraga, kesenian, dan bidang khusus. Bidang olahraga diisi oleh UKM Bola Basket, Marching Band Bahana Putra Soedirman (MBBPS), Sepak Bola, Bulu Tangkis, Karate Gokasi, Bandung Karate Club (BKC), Bela Diri Kempo, Merpati Putih (MP), Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Tenis Lapangan, Catur, Tenis Meja, Bola Volly, Atletik, Panjat Tebing, Futsal, Lembaga Seni Bela Diri Hikmatul Iman Indonesia (LSBD-HI), dan Taekwondo Dojang. Bidang kesenian diisi oleh Paduan Suara Mahasiswa Gita Buana Soedirman (PSM GBS). Bidang khusus terdiri dari UKM Pramuka Gudep 26-1953 dan 26-1954, Resimen Mahasiswa (Menwa), Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pecinta Alam (UPL MPA), Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI), Student English Forum (SEF), dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Skëtsa. UKM kategori kerohanian meliputi Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI), Unit Kegiatan Mahasiswa Khatolik (Umaka), dan Persekutuan Mahasiswa Kristen Protestan (PMKP).
Untuk menjaring anggota baru UKM-U yang potensial, hampir semua UKM memiliki cara yang sama. Cara yang digunakan adalah memperkenalkan UKM-U bersangkutan kepada para mahasiswa baru. Sesi Expo UKM yang diadakan tiap penerimaan mahasiswa baru menjadi ajang bagi mahasiswa baru untuk mengenal lebih jauh seluk-beluk UKM-U yang tersedia. Gelaran saban tahun itu diselenggarakan oleh panitia Soedirman Student Summit (S3)—rangkaian acara penerimaan mahasiswa baru. “Expo UKM-U yang dilaksanakan di sisi luar Gedung Auditorium Graha Widyatama Unsoed menjadi ajang bagi mahasiswa baru untuk mengenal lebih jauh UKM-UKM yang ada,” ucap Nanang Eko Setyawan, Ketua Dewan Racana Soedirman periode 2016—UKM Pramuka universitas—ketika ditanya apa peranan Expo UKM bagi UKM-U. Terhitung empat ribu lebih mahasiswa baru angkatan 2016 dari berbagai jalur penerimaan mahasiswa mengikuti sesi Expo UKM pada S3 2016 silam.
Awak Skëtsa telah menemui hampir semua UKM-U yang ada di Unsoed. Tidak sedikit dari mereka mengungkapkan keluhan dari masing-masing UKM. Karena itu, penulis telah menyarikan inti dari wawancara dengan sejumlah narasumber ke dalam tulisan ini.
Kebimbangan Mahasiswa Baru
Jarum jam menunjukkan pukul 13.00 pada Selasa, 15 November 2016 tatkala Affiu Adha Rochmakhorizi—mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsoed angkatan 2016— sedang duduk setengah bersandar di bawah gazebo yang berdiri tak jauh dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Unsoed. Ia tidak sendiri, ditemani seorang teman puan, juga seorang mahasiswi di universitas yang sama. Laki-laki berkacamata ini mengatakan bahwa ia tengah sibuk fokus pada UKM fakultas yang diikutinya. “Sebenernya alasan saya nggak ikut UKM tingkat universitas sih, bukan karena saya nggak mau. Saya pengen fokus dulu sama UKM fakultas yang udah saya ikuti. Entar, kalau yang di fakultas udah bisa jalan lancar, saya baru mau nyoba yang tingkat universitas,” tuturnya. Ia menguraikan, berfokus pada satu organisasi (yang dipilih) terlebih dulu itu lebih penting ketimbang memaksa nyambi tetapi sebenarnya masih keteteran.
Kebingungan mahasiswa satu ini bertambah lantaran sedikitnya informasi terkait UKM yang ia dapatkan. “Lagian saya juga masih bingung mau milih UKM tingkat universitas yang seperti apa, apalagi kan pas Expo UKM, mahasiswa baru dikasih waktu yang nggak banyak. Jadi, saya cuma bisa nanya sedikit doang di stan-stan UKM yang saya kunjungi,” imbuh Affiu.
Mulanya, Affiu—begitu panggilan akrabnya—sudah berminat untuk mengikuti UKM-U. Namun, ia belum yakin dengan pilihannya. Akhirnya, ia urung mewujudkan niatnya itu. “Kan tahun depan masih bisa ikut. Mending yang ada dulu kita jalani, nanti kalau keadaannya memungkinkan, saya juga pengen nyoba UKM tingkat universitas,” ucap Affiu.
Pernyataan yang hampir serupa juga disampaikan oleh Anggit Cahyadi, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya. Ia menegaskan bahwa UKM-U maupun fakultas bukanlah fokus utama untuk menyalurkan bakatnya. Dia ingin memahami lebih jauh bidang apa yang ingin dia kembangkan. “Menurutku, saat ini aku belum pengen terikat dengan UKM manapun karena aku anaknya bosenan dan nggak suka terlalu dikekang. Aku pengin ngeliat kepenginanku yang sebenernya di mana, biar pas masuk ya betah, nggak pengin keluar,” ujarnya saat ditanya lebih lanjut perihal alasannya bertahan tanpa mengikuti UKM apapun.
Kebingungan mahasiswa baru dalam menentukan pilihan UKM-U membuat mereka pada akhirnya urung untuk memilih berkegiatan di UKM-U. Mereka dihadapkan kepada pilihan antara memilih UKM tingkat universitas atau UKM tingkat fakultas. Belum mantapnya pilihan mahasiswa baru terhadap UKM-U menjadi salah satu sebab kenapa mahasiswa baru enggan mengikuti kegiatan UKM.
Expo UKM-U Masih Perlu Perbaikan
Nanang Setyawan memberikan komentarnya terkait Expo UKM-U kala ditemui di Kantor Sekretariat Racana (23/11). Ia menyoroti ihwal manajemen waktu. “Expo UKM (tingkat universitas-red) yang diselenggarakan kemarin (2016-red) secara keseluruhan memang baik, terlebih kami juga mendapat jumlah pendaftar yang cukup banyak. Tetapi, satu hal yang kami sayangkan adalah (yang) berkaitan dengan sistem batas waktu yang diterapkan oleh panitia. Karena dibatasinya waktu bagi pengunjung untuk mampir ke stan-stan UKM, kebanyakan pengunjung di stan kami kurang memiliki waktu yang cukup untuk mengenal secara lebih jauh UKM kami,” ujarnya.
Komentar lain datang dari Yusnita Nanda, Presiden Student English Forum (SEF) periode 2016—UKM bidang bahasa Inggris tingkat universitas. Ia menyampaikan keluhannya terhadap jalannya Expo UKM-U 2016. “Kalau boleh jujur, penerapan sistem cap dari UKM yang telah dikunjungi sebenarnya tidak perlu,” sesal mahasiswi Sastra Inggris itu. “Dengan adanya sistem yang kayak gitu, itu menyebabkan maba (mahasiswa baru) yang berkunjung ke stan merasa dipaksa dan jangan heran kalau abis itu muncul semacam ‘kejar cap’. Jadi, maba cuma fokus dapetin tanda tangan (dan cap stempel) sesuai jumlah yang telah ditentukan oleh panitia,” sesalnya.
Perempuan berbalut kerudung itu melanjutkan penjelasannya dengan memberikan data perbandingan terkait jumlah pendaftar di ajang Expo UKM tahun 2015 dan 2016. “Di Expo UKM 2015 lalu sih, kita bisa dapet sampe seratus orang pendaftar. Tapi, di tahun berikutnya jumlah itu merosot jadi delapan puluh nama pendaftar saja. Padahal, jumlah itu semua udah termasuk mahasiswa D-3,” tutur perempuan yang menjabat sebagai Presiden SEF itu. Sebagai tambahan informasi, SEF menerapkan ketentuan khusus bagi calon pendaftar, untuk program S-1 maksimal mahasiswa angkatan 2015 (pada 2016), sementara pendaftar dari program D-3 hanya dibatasi untuk mahasiswa baru.
Penurunan jumlah mahasiswa dari tahap pendaftaran hingga tahap pelantikan turut dialami oleh UPL MPA. Penurunan jumlah yang signifikan mewarnai jalannya rangkaian perekrutan anggota baru UKM-U itu. Ketua UPL-MPA 2016 Mifta Marup Nur menyampaikan perbedaan jumlah itu. Terdapat perbedaan jumlah pendaftar saat Expo UKM dibandingkan jumlah pendaftar yang mengikuti proses perekrutan anggota baru. ”Jumlah pendaftar yang tercatat ketika Expo UKM-U kemarin sekitar 500 orang dan yang ikut pendidikan dasar dan menjadi anggota muda ada 28 orang di tahun ini (2017-data terbaru),” ungkapnya. Kondisi tersebut tentunya terpaut cukup jauh dalam hal jumlah dengan yang terjadi pada saat pendaftaran di Expo UKM. Dijelaskan olehnya lebih lanjut, jumlah 28 orang tadi belum berubah semenjak proses pendidikan dasar.
Pembenahan sistem yang menunjang kinerja segenap UKM-U turut diusahakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U), seperti pengusahaan sarana publikasi UKM-U yang memadai dalam bentuk stan UKM-U pada gelaran acara tertentu. Nurhidayat, seorang pengamat UKM-U—yang juga wartawan kampus senior di salah satu LPM di Unsoed, memberikan tanggapannya soal pembenahan sistem yang dimaksud oleh BEM-U. Menurut dia, BEM-U yang turut hadir dalam rapat antar-UKM telah menjanjikan perbaikan sistem. Presiden BEM kala itu, Abdullah M. Ihsan menyatakan bahwa mereka sangat serius dalam hal memfasilitasi UKM-UKM universitas. Janji itu bukan sekadar isapan jempol, teknis pelaksanaan yang lebih rapi jadi bukti keseriusan BEM-U. Namun, ada satu hal yang terus menjadi perdebatan tetapi tidak pernah dikabulkan oleh BEM. Sebagian besar UKM-U menuntut agar stan UKM-U pada rangkaian acara penerimaan mahasiswa baru diletakkan di jajaran stan depan. Berkaca dari pelaksanaan pada tahun 2016, stan fakultas menempati jajaran stan depan, disusul berikutnya stan UKM-U. Perdebatan itu selalu muncul tiap tahun. Begitulah kira-kira penggambaran oleh Nurhidayat mengenai stan UKM pada tahun 2016.
UKM di Ambang Kepunahan
Sebuah pertemuan yang menghadirkan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (WR III) Unsoed, V. Prihananto, Kepala Bagian Pengembangan Mahasiswa dan Alumni, dan sejumlah perwakilan dari UKM, BEM dan DLM tingkat universitas pernah dilakukan (11/1). Bahasan utama pertemuan itu adalah perkembangan terbaru dari masing-masing UKM-U. Dalam kesempatan itu, LPM Skëtsa yang diwakili oleh Emerald Magma Audha turut menjadi peserta pada acara yang berlangsung di lantai tiga Gedung Rektorat Unsoed.
WR III menyampaikan kegelisahannya akan salah satu UKM-U. Sempat dipertanyakan perihal masa depan UKM Bela Diri Kempo. Dari keterangan WR III itu, didapati informasi bahwa UKM Kempo sama sekali belum mengajukan proposal kegiatan selama tahun 2016. “Ada kemungkinan untuk tahun 2017, UKM Kempo tidak akan kita (rektorat-red) keluarkan (dana kegiatan dan atau SK-red) karena tidak ada aktivitas dan kemajuan apapun,” tegas Prihananto. Konsekuensinya, apabila UKM Kempo tidak juga mengajukan proposal kegiatan, ruangan yang kini dipakai oleh UKM Kempo juga terancam dialihkan untuk digunakan sebagai kantor sekretariat UKM lain yang belum memiliki kantor sekretariat.
Tak lama setelah itu (17/1), Rektor Unsoed mengeluarkan sebuah surat berisi keterangan kepengurusan UKM-U. Dalam surat bernomor Kept.56/UN23/KM.03.02/2017 itu disebutkan sejumlah UKM-U yang terdaftar sebagai UKM aktif beserta informasi pemberhentian dan pengangkatan tim pembina UKM-U. Sebanyak 30 UKM-U terdaftar sebagai UKM aktif pada periode 2016. Hanya saja, ada beberapa nama UKM-U tidak tercantum sebagai UKM aktif, di antaranya adalah UKM Fotografi Sinar, UKM Teater, dan UKM Renang (UKM yang tidak tercantum pada surat keputusan rektor tadi belum bisa diminta konfirmasinya secara langsung karena keberadaan mantan pengurus/anggota UKM yang tidak terlacak).
Meningkatkan Minat Calon Anggota Potensial
Saiful Faizin, Ketua UKM Merpati Putih, menyampaikan cara UKM yang dipimpinnya untuk meningkatkan minat calon anggota potensial. “Kita laksanakan oprec (open recruitmen-red) setiap bulan, karena kan biasanya kalo awal-awal banyak yang datang, nanti (lama-kelamaan-red) kendor. Nanti bakalan kita oprec lagi, sampai mendekati pengukuhan. Intinya, kita lakukan oprec berkala,” terangnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pada pertengahan jalannya proses latihan, banyak anggota yang mulai kendur latihannya. Katanya, kebanyakan anggota yang seperti itu beralasan tengah sibuk di UKM fakultas atau karena mengikuti kepanitiaan di fakultas.
Ketua UPL MPA periode 2016 mengakui kalau UKM yang dipimpinnya mengalami kekurangan anggota. Meski begitu, ia tidak terlalu khawatir akan kondisi itu. “Sebenernya, kita (UPL MPA) juga masih kekurangan anggota, padahal acara kami (UPL MPA) tergolong padat. Meski begitu, yang terpenting dari usaha tersebut adalah memberdayakan anggota yang ada seoptimal mungkin,” terangnya ketika diwawancara sembari berleseh di teras Kantor Redaksi Skëtsa pada Jumat, 25 November 2016.
Mifta menyampaikan pandangannya berkaitan dengan inovasi pada jalannya Expo UKM. “Ketimbang cuma bertanya-tanya di stan UKM, kenapa tidak langsung maba diajak berkunjung ke sekre-sekre UKM atau bisa dikatakan Safari Sekre. Jadi, mahasiswa baru dapat melihat secara langsung bagaimana kegiatan UKM berjalan, dan yang lebih penting itu memberi pengalaman yang lebih berkesan,” jelasnya. Menurut mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan ini, program Safari Sekre dapat menjadi alternatif bagi penyelenggara Expo UKM pada tahun-tahun mendatang.
Dian Adi Saputra—salah satu pegiat UKM PR—menjelaskan pentingnya membuat variasi dari kegiatan UKM. Tahun 2016 UKM PR memberi warna baru pada pelaksanaan perekrutan anggota baru. Jika pada 2015 pelatihan membuat proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dilaksanakan setelah malam keakraban, tahun ini untuk menarik lebih banyak minat mahasiswa baru, UKM PR melaksanakan Training Soedirman 1 (pelatihan membuat proposal PKM) lebih awal. “Kalau biasanya diadakan setelah makrab, kini dilaksanakan sebelum makrab UKM kami,” ungkap Dian Adi.
Seharusnya Bagaimana Sikap Mahasiswa Baru?
Lalu, bagaimana seharusnya mahasiswa bersikap? Para ketua UKM-U memberikan saran kepada mahasiswa baru. Berikut pesan mereka, sekaligus menutup tulisan ini. “UKM universitas menyediakan tempat bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri. Terlepas dari bidang yang digeluti mahasiswa, semua UKM universitas dapat menjadi media penyaluran minat dan bakat. Di situ lah anggota UKM dapat belajar dan berkembang bersama dengan orang yang memiliki ketertarikan pada hal yang sama, meskipun mereka berasal dari jurusan (perkuliahan) yang berbeda-beda,” tutur Mifta Marup Nur.
Saiful Faizin memberikan sarannya kepada mahasiswa baru terkait pemilihan UKM. “Memilih UKM jangan hanya karena coba-coba, tapi benar-benar harus sesuai minat dan bakat. Jadi, kita mencari kesibukan benar-benar ada manfaatnya, agar kita bisa ikut berkontribusi bagi UKM dan ada manfaatnya juga buat kita,” ujar Saiful Faizin.
“Organisasi itu penting dalam menentukan seperti apa kita besok untuk ketemu dengan masyarakat, baik orang yang lebih dewasa maupun orang yang lebih muda, dan waktunya kapan lagi (kalau bukan sekarang-red)?” Tutur Imam Taufik Hidayatullah, Ketua Bandung Karate Club, mewejang mahasiswa baru. Lebih jauh lagi ia menambahkan bahwa berorganisasi itu tidak kalah penting dari kegiatan akademik. “Jangan takut untuk ikut serta di UKM atau event atau organisasi lain karena organisasi merupakan salah satu wahana pembelajaran kita untuk menggapai cita-cita,” tegasnya.
“Memanfaatkan waktunya dengan mengasah minat dan bakat, yaitu dengan cara mengikuti UKM. Soalnya, kalau kalian (mahasiswa baru) nggak ikut UKM, kalian mau ngapain? Waktunya dianggurkan percuma,” ungkap Dian Adi Saputra.
Oto Dwi Wibowo—Ketua UKM PSM GBS 2016—memberikan pandangannya terkait tanggung jawab yang menyertai seorang anggota baru ketika ia masuk ke dalam sebuah UKM, khususnya di PSM GBS. “Misalkan ada kepanitiaan atau kompetisi, ya mereka harus tahu konsekuensinya. Jadi, di sini (PSM GBS), mereka ibaratnya sudah terbiasa dengan tanggung jawab juga risiko yang ada karenanya (mengikuti organisasi),” tegas Oto. Ia menuturkan bahwa agar kegiatan di luar akademik tidak mengganggu, mahasiswa harus punya keterampilan membagi waktu.
Reporter: Faida Nasiroturrohmah dan Yoga Iswara Rudita Muhammad.
Catatan Redaksi:
Tulisan ini dimuat ulang dari Majalah Sketsa Edisi 34 Tahun XXVIII April 2017 pada Rubrik Tulisan Anak Baru.