
Oleh: Zaki Zulfian

Ribuan orang mengikuti Aksi Kemanusiaan Bela Palestina di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) di kawasan Gambir, Jakarta Pusat pada Minggu, 20 April 2025. Aksi tersebut dihadiri oleh berbagai elemen, seperti Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK), Student for Justice in Palestine (SJP), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), social movement, dan masyarakat umum serta mahasiswa. Mereka berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, Solo, Lampung, dan sebagainya. Masing-masing dari mereka tergabung dalam Aliansi Pemuda Indonesia untuk Palestina (API Palestina).
Aksi dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya pada pukul 07.30 WIB. Kemudian dilanjutkan dengan orasi oleh orator dari perwakilan elemen, pembacaan puisi, menyanyikan lagu tentang kondisi Palestina, teatrikal hingga mengheningkan cipta setiap tiga puluh menit sekali. Hal tersebut bertujuan untuk mengenang kondisi di Gaza yang setiap tiga puluh menitnya terdapat korban jiwa yang berjatuhan. Bendera Palestina terus dikibarkan dan slogan “Free free Palestine, free free Palestine. From the river to the sea, Palestine will be free” terus digaungkan oleh massa aksi, kendati terik panas matahari menyelimuti langit Jakarta.
Muhammad Haidar Hilmi, Koordinator Aksi Kemanusiaan Bela Palestina, mengungkapkan setidaknya ada enam poin tuntutan yang dibawakan dalam aksi ini. Enam poin tersebut, di antaranya mengecam pemerintah Amerika Serikat sebagai dalang di balik genosida oleh Israel terhadap warga Palestina dan menyatakan solidaritas penuh pada warga Palestina dalam melawan penjajahan dan penindasan. Menolak segala bentuk relokasi warga Palestina dan mendesak pemerintah Indonesia untuk mengirimkan bantuan militer ke Gaza dan Palestina juga tak luput dari tuntutan aksi. Massa aksi juga mendesak seluruh elemen masyarakat untuk membangkitkan kepedulian, memberikan dukungan, dan melakukan aksi untuk Palestina, serta mendesak seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk bersatu dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina. Tuntutan tersebut ditujukan kepada pemerintah Amerika Serikat dan Indonesia.

Beberapa tuntutan aksi tercermin dalam tulisan yang termuat dalam poster. Salah satunya poster bertuliskan “Relokasi Bukan Solusi” yang dibawa oleh massa aksi. Hal tersebut merujuk pada kebijakan pemerintah Indonesia yang hendak memboyong warga Palestina ke Indonesia. Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menyampaikan niatnya untuk mengevakuasi seribu warga Palestina ke Indonesia buntut serangan yang intens oleh militer Israel terhadap warga Gaza. Pernyataan tersebut ia sampaikan pada Rabu (9/4/2025) di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Fadila, massa aksi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menilai kebijakan relokasi warga Palestina ke Indonesia tidak efisien jika dijalankan tidak dengan tepat, sebab kebijakan ini hanya akan membantu Israel dalam menduduki wilayah Palestina. “Menurut kami, itu (relokasi warga Palestina-red) baik tapi sebenarnya itu tidak efisien, gitu. Tidak tepat kalau misalkan dijalankan gitu, karena kalau misalkan kita melaksanakan relokasi gitu untuk warga Gaza, yang walaupun tujuannya itu untuk pertolongan medis ya, itu sama aja mendukung perencanaan Israel gitu, untuk mengosongkan Gaza gitu dari orang-orang Gaza sendiri,” ujarnya.
Anissa Teresia, salah satu orator aksi, berpendapat bahwa aksi membela Palestina merupakan sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia. “Ini sudah seharusnya, seminimum-minimumnya yang paling mungkin kita lakukan (aksi bela Palestina-red) sebagai orang Indonesia,” ujarnya. Menurutnya terdapat tiga hal yang melatarbelakangi masyarakat Indonesia harus membela Palestina, yaitu tanggung jawab dari segi aqidah sebagai sesama muslim, tanggung jawab dari segi sejarah hubungan antara Indonesia dan Palestina, serta tanggung jawab dari segi kemanusiaan.
Lebih lanjut lagi, mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu mengungkapkan bahwa salah satu cara masyarakat Indonesia bergerak untuk membela Palestina adalah melalui doa. “Doa adalah senjata umat muslim. Doa adalah senjata terbaik. Walaupun dalam nahi mungkar sebaik-baiknya adalah melakukan dengan tangan, lalu nggak bisa, ya itu dengan doa,” imbuhnya saat diwawancarai awak Sketsa.
Tere berharap semua civitas academica dapat mengoptimalkan peran mereka dalam mencerdaskan orang-orang bahwa apa yang terjadi di Palestina tidak hanya sekadar konflik, melainkan perjuangan warga Palestina dalam memperjuangkan kedaulatan negaranya. Hilmi juga berharap dengan adanya aksi bela Palestina ini, masyarakat menjadi lebih peduli lagi terhadap kondisi Palestina dan massa aksi akan terus bertambah di mana pun aksi digelar. Selain itu, ia juga berharap dukungan kepada Palestina dalam bentuk boikot produk yang terafiliasi dengan Israel dapat semakin masif.
Aksi ditutup dengan penyampaian pernyataan sikap yang dibacakan oleh perwakilan dari masing-masing elemen untuk menekankan tuntutan aksi kepada pemerintah Amerika Serikat dan Indonesia. Setelah itu, rangkaian aksi diakhiri dengan pembacaan doa pada sekitar pukul 10.30 WIB yang diikuti dengan khidmat oleh massa aksi.
Editor: Helmalia Putri
Reporter: Zaki Zulfian, Miqda Al Auza’i, Vivi Aleyda Anwar, Rizqy Noorawalia Febryani, Lintang Fitriana