Oleh: Zahwa Sabila Rusydah
Komunitas Batir Isyarat Banjoemas (BIB) menjadi sarana belajar dan komunikasi inklusif dengan para penyandang disabilitas Tuli. Pada awalnya, komunitas ini dikenal dengan nama ‘Sahabat Dengar’ yang didirikan pada tahun 2018. Sahabat Dengar dibangun agar masyarakat dapat menjadi relawan dengar dalam mendukung teman-teman Tuli untuk mewujudkan Kabupaten Banyumas yang ramah dan inklusif bagi teman-teman Tuli. Namun, pada tahun 2022, Sahabat Dengar secara resmi berganti nama menjadi BIB dimana pengurusnya terdiri atas teman-teman Tuli dan teman-teman dengar.
“Pada tanggal 16 September 2022, tepat sebelum perayaan Hari Bahasa Isyarat Internasional, diadakan pertemuan perdana antara teman Tuli dan teman dengar. Dari temu perdana ini, mereka berencana menghidupkan kembali komunitas ini,” ungkap Riris, ketua komunitas BIB, saat diwawancarai awak Sketsa pada Sabtu (18/08) di Hetero Space Banyumas. “Setelah berjalannya diskusi, kami mencetuskan ulang nama komunitas yang sekarang dikenal dengan Batir Isyarat Banjoemas. Komunitas BIB didirikan dengan tujuan untuk membangun inklusivitas di Kabupaten Banyumas yang difokuskan dalam peningkatan kompetensi serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Tuli,” lanjutnya.
Berkembangnya Batir Isyarat Banjoemas
Pada awal berdiri, kurangnya jumlah SDM Tuli dalam mengorganisir komunitas menjadi sebuah kendala yang dihadapi. Ini mengakibatkan terhambatnya kegiatan-kegiatan yang tengah dan akan dilakukan. Namun, seiring berjalannya waktu orang-orang mulai mengenal dan tertarik mengikuti program BIB. Mulai dari mengikuti mini class Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) hingga menjadi member dari komunitas BIB sendiri.
Beberapa program dari BIB juga turut mengundang perhatian masyarakat, seperti diadakannya live Instagram dengan tema Bincang Santai serta agenda Waktu Iftar Bareng (WIB) pada bulan Ramadan. Selain memudahkan komunikasi antara teman Tuli dan teman dengar, program ini juga berfungsi sebagai sarana untuk menciptakan ruang belajar inklusif bagi teman dengar agar mereka lebih sadar akan dunia teman Tuli.
Motivasi di Balik Keanggotaan Pengurus BIB
“Sebenarnya, motivasi aku (adalah) aku melihat masalah yang dialami oleh teman-teman Tuli, yang pertama pendidikan. Aksesnya itu masih kurang memadai untuk teman-teman Tuli. Yang kedua, diskriminasi pada teman Tuli dalam pendidikan atau kehidupan sehari-hari. Bella mau berkontribusi untuk membangun dan mengembangkan kemampuan temen-temen Tuli,“ tutur Bella selaku koordinator Program Department. Bella mengatakan bahwa ia menyadari pentingnya pendidikan bagi semua orang. Melalui pendidikan, ia mampu memahami dunia yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Bella percaya pendidikan yang dimilikinya dapat membantu teman-teman Tuli untuk berkembang dan mendapatkan hak pendidikan yang layak.
Motivasi lainnya disampaikan oleh Rina selaku Bendahara BIB. “Motivasi saya adalah saya ingin mengembangkan diri seperti halnya divisi Media Informasi yang memang berkaitan dengan jurusan saya yaitu DKV (Desain Komunikasi Visual-red). Kedua, BIB membantu saya untuk memberikan edukasi/advokasi kepada teman dengar mengenai dunia Tuli,” jelas Rina.
Teja selaku relawan Tuli BIB juga mengungkapkan motivasi bergabungnya menjadi pengurus BIB. “Sebelum ada BIB, Teja belajar dan mendalami Bisindo bersama teman-teman Tuli di Gerkatin Banyumas. Mulai saat itu, ia juga bergabung di Komunitas Tuli Purbalingga, bersama teman-teman Tuli Purbalingga, mensosialisasikan Bisindo. Sampai pada akhirnya BIB didirikan, Teja ikut terlibat aktif bersama teman-teman Tuli lain di Purwokerto,” ucap Teja dalam berbisindo. Dengan ilmu yang didapatnya di BIB, Teja berniat untuk membantu teman Tuli lainnya.
Kolaborasi Komunitas BIB
Dengan program-program edukasi yang dimiliki, komunitas BIB kerap diundang berkolaborasi dengan sejumlah pihak. “Ada dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) mengajak BIB untuk bekerja sama mengadakan kegiatan Jumatan Inklusif dengan menghadirkan Juru Bahasa Isyarat (JBI) dalam sesi khotbah. Itu sudah berlangsung selama dua kali,” jelas Akas Yusuf, pengurus Departemen Hubungan Eksternal BIB.
Riris menerangkan tawaran kolaborasi lainnya berasal dari pihak kampus, seperti halnya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan (Fapet) dan Fakultas Kedokteran (FK) Unsoed. Radio Republik Indonesia (RRI) Purwokerto juga turut mengundang BIB untuk berkolaborasi dalam menyelenggarakan siaran radionya.
Respons Masyarakat dan Peserta BIB
Ilma Kemilau, salah satu peserta mini class Bisindo pada Minggu (18/08) mengatakan bahwa penyelenggaraan kelas ini sangat memfasilitasi dalam pembelajaran dan pengenalan dunia Tuli. “Cuma mungkin emang kalo misal next ada komunitas lagi (itu) akan membantu,” ujarnya. Syaira, peserta lain dalam kelas tersebut, juga berpendapat bahwa setelah mengikuti kelas ini, kepercayaan dirinya meningkat dalam berkomunikasi dengan teman Tuli.
Di sisi lain, selama BIB berdiri, belum pernah terdengar respons negatif dari warga setempat. “Kalo respons negatif tuh mungkin masyarakat belum ada,” ucap Rina. Program yang diselenggarakan terbukti mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mempelajari Bisindo. “Aku lihat respons masyarakat Banyumas menyambut baik adanya komunitas Batir Isyarat ini,” lanjutnya.
Harapan untuk BIB di Masa Depan
Riris berharap komunitas BIB dapat berkembang dan bermanfaat untuk masyarakat. Ia berpesan, semoga pemerintah juga sadar akan pentingnya aksesibilitas untuk teman Tuli dan hilangnya diskriminasi. Adapun Teja, ia berharap BIB mampu mengadvokasi berbagai pihak seperti kepolisian, pihak kampus, dan rumah sakit sebagai bidang kesehatan. Ia juga berharap akan lahir pekerjaan yang memiliki perspektif baik terhadap teman tuli.
Syaira pun menyuarakan harapannya, “(Semoga) jangkauannya atau sasarannya lebih luas lagi. Berharap satu atau dua organisasi Unsoed juga mengajukan kolaborasi dengan BIB.” Meskipun Unsoed belum menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Inklusif, tetapi setidaknya dapat terjalin komunikasi antara teman Tuli dan teman dengar Unsoed melalui kegiatan yang bermanfaat.
Reporter: Zahwa Sabila Rusydah, Zahra Nurfitri Laila, Miqda Al-auza’i, Ferry Aditya
Editor: Zahra Nurfitri Laila