Jelang Seminggu Perilisan, Teraversa Undang Berbagai Tanggapan 

Oleh: Ade Ika Cahyani 

Sumber: laman Teraversa 

Enam hari setelah dirilis sejak penerimaan mahasiswa baru (maba) 2024 pada Sabtu (24/8), topik mengenai Teraversa masih ramai diperbincangkan di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). 

Bangun Wijayanto selaku Koordinator Pusat Pengembangan dan Layanan Sistem Informasi di Lembaga Pengembangan Teknologi dan Sistem Informasi (LPTSI) Unsoed dalam wawancaranya dengan awak Sketsa pada Rabu (21/8) menyebutkan bahwa Teraversa sebenarnya mulai dicoba sejak tahun 2023 di Fakultas Teknik. Akan tetapi, baru pada Senin (19/8) Teraversa dapat diakses oleh semua mahasiswa dan dosen di seluruh fakultas Unsoed. 

Teraversa sebagai Bentuk Integrasi

Bangun menjelaskan bahwa Teraversa merupakan suatu bentuk integrasi dari berbagai laman penting. “Kalau dulu daftar Test of English as a Foreign Language (TOEFL) harus buka pendaftaran (web-red) TOEFL, mau Kuliah Kerja Nyata (KKN) harus pendaftaran KKN, kalau mau isi Kartu Rencana Studi (KRS) buka Sistem Informasi Akademik (SIA) begitu, kan ribet harus buka sistemnya satu-satu. Dengan adanya Teraversa ini, begitu login, semua yang kita butuhkan ada di satu tempat,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Teraversa bukanlah sebuah replacement system atau aplikasi pengganti yang sistem kegunaannya menyingkirkan aplikasi terdahulu.  Hal itu sehubungan dengan kegelisahan bahwa Teraversa menggantikan eLearning of Soedirman University (eLDirU). Bangun berkata bahwa Teraversa tidak bisa dibandingkan dengan eLDirU karena eLDirU adalah Learning Management System (LMS) untuk memasukkan materi kuliah atau kuis. “Ini biar lebih efektif. Jadi, sebenarnya Teraversa malah menjembatani supaya data user langsung sinkron ke SIA,” ungkapnya menanggapi isu yang beredar. 

Tanggapan Terkait 

Sejak diaplikasikan pada kegiatan perkuliahan, Teraversa mengundang berbagai macam tanggapan. Dari hasil survei kepuasan penggunaan Teraversa yang disebar oleh pihak LPM Sketsa untuk kalangan maba 2024, dari 56 responden, sebanyak 68% setuju bahwa Teraversa mudah diakses. Survei mayoritas menyebutkan bahwa penggunaan Teraversa bisa dikatakan aman, fitur yang terdapat di dalamnya pun unik dan inovatif. “Sejauh ini bagus dan mudah digunakan,” tulis Salman Yusri Fauzi, salah satu pengisi link survei. 

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Ahmad Rizqul Karim, dosen di program studi Sosial Ekonomi Pertanian, selaku pengguna Teraversa. “Jadi platformnya itu, kan, kalau menurut saya melengkapi,” ujarnya pada Kamis (22/8).  Menurutnya, Teraversa cukup efektif sebagai tempat presensi. Ini dikarenakan website Teraversa telah terhubung secara otomatis ke database. Pergerakan pembelajaran mahasiswa akan terekam tanpa perlu bersusah payah mengunduh datanya terlebih dahulu seperti di eLDirU.

Mengenai keluhan-keluhan dosen akan rumitnya pengaplikasian Teraversa, Rizqul percaya ini terjadi karena mereka belum terbiasa. “Edaran rektor ditandatangani tanggal 14 Agustus 2024. Undangan sosialisasi Teraversa disebarkan oleh Wakil Dekan 1 (WD1) tanggal 17 Agustus 2024 jam 13.30 WIB di Zoom,” jelasnya. Ia menambahkan, “Secara psikologis (mereka) ya kaget, lah. Belum mengerti isinya apa, tau-tau sudah diminta apa. Terutama ketika materi sudah dipersiapkan dan dimasukkan ke dalam eLDirU.” Ia menerangkan bahwa ini bisa diatasi dengan pembiasaan.

Fitur-fitur yang terdapat pada laman Teraversa

Sumber: laman Teraversa

Meski demikian, 32% responden menyatakan pendapat yang berbeda. “Tapi nggak efektif karena presensinya bolak-balik dari Teraversa dan eLDirU. Terus kalau absen One Time Password (OTP), itu harus cepet-cepet, kalau enggak itu harus ngulang absennya,” ujar Sofia Molinda Wardani, maba 2024 dalam wawancara pada Kamis (22/8). 

Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) angkatan 2021 juga memberikan pendapatnya bahwa dalam penggunaannya, ia lebih memilih eLDirU daripada Teraversa. Ia mengungkapkan alasannya pada awak Sketsa (20/08) bahwa sejauh ini belum ada sosialisasi terkait penggunaan Teraversa selain pada mahasiswa baru. 

Harapan 

Mengulik data 32% responden yang merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan Teraversa, harapan kedepannya mengenai Teraversa lebih menitikberatkan pada peningkatan sistem kecepatan aplikasi. “Biar hanya perlu satu kali login setiap mau menggunakan Teraversa,” tulis Ahmarifa Dwi Nuruddin, maba Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Ahmad Rizqul juga mengungkapkan bahwa dirinya berharap tidak akan ada kegagalan sistem di dalam Teraversa. 

Pihak pengelola website Teraversa dari LPTSI Unsoed terus mengupayakan kemudahan akses dan meminimalisir terjadinya kendala teknis atau eror. Bangun berharap di masa yang akan datang, Teraversa dapat tersedia di PlayStore dan AppStore. 

Reporter: Ade Ika Cahyani, Balqist Maghfira Xielfa, Lili Amaliah, Zahra Nurfitri Laila, Linggar Putri Pambajeng, Vitaloka Dwi Az-Zahra, Maula Rizki Aprilia  

Editor: Zahra Nurfitri Laila

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *