Stigma Sifat Feminis pada Pria Metroseksual

Oleh: Nurul Irmah Agustina

Ilustrasi : Nilta Maya Shofa

Dahulu maskulinitas pada diri seorang pria digambarkan dengan ciri-ciri gagah, berotot, berani, dan tegas. Namun, perubahan dan perkembangan zaman membentuk pandangan baru terhadap maskulinitas berupa gaya hidup metroseksual. Metroseksual bisa diartikan sebagai pria heteroseksual yang memiliki kecenderungan untuk merawat diri serta penampilannya secara telaten. Mereka digambarkan sebagai pria yang berkulit mulus, berambut rapi, dan berpakaian stylish. Hal ini yang memunculkan stereotip baru dan stigma tertentu mengenai konsep maskulinitas pada pria metroseksual.

Stigma terhadap pria metroseksual yang mencerminkan gaya hidup goodlooking dan narsisme, terkadang dianggap negatif, terutama karena asosiasinya dengan sifat feminin yang sangat memperhatikan penampilan tubuh. Padahal ini merupakan salah satu ekspresi diri mereka dalam mencari kepuasan pribadi, yang kemudian memengaruhi tingkat kepercayaan diri saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka ingin membangun citra yang positif agar mampu bersosialisasi dengan baik.

Tidak bisa dimungkiri bahwa sebagian besar pria zaman sekarang lebih peka terhadap penampilan dirinya. Mereka selalu berupaya tampil sempurna saat berinteraksi dalam lingkungan sosial.  Mereka rela melakukan perawatan wajah, rambut, kulit, dan bagian tubuh lainnya dengan biaya yang cukup mahal. Tujuannya adalah menciptakan kesan menarik di mata orang lain, terutama lawan jenis. Guna menunjang penampilannya, pria metroseksual juga menggunakan jasa salon yang umumnya diidentikkan dengan wanita. Hal ini yang menjadi kontroversi karena dianggap menganut sifat yang melekat pada diri wanita yaitu bersolek. Namun, perlu dicatat bahwa terdapat perbedaan terkait pola perawatan antara pria dan wanita, sehingga perilaku tersebut tidak dapat disamakan begitu saja.

Menilik lebih dalam mengenai pria metroseksual, dapat dipahami dari berbagai perspektif, mulai dari motif di balik pilihannya menjadi metroseksual dan bagaimana dampaknya terhadap aspek sosial, emosi dan konsep diri. Sebelum membahas motif pria metroseksual, saya setuju ketika pria mengatakan perlunya perawatan diri selama itu wajar dan tidak berlebihan. Mengingat bahwa di era ini, penampilan yang menarik menjadi salah satu syarat penting dalam dunia kerja.  Hal ini menunjukkan bahwa merawat diri tidak hanya untuk terlihat menarik dan memesona di mata lawan jenis, tetapi juga tuntutan dari luar seperti pekerjaan. Ketika menilik motif lain dari pria metroseksual, faktor masa lalu juga berperan. Mereka menyatakan bahwa alasan menjadi pria metroseksual adalah faktor masa lalu, sebab sedari kecil ibu mereka sudah membentuk karakter untuk lebih aware akan tubuh dan dibiasakan hidup rapi dan bersih, sehingga hal ini berlanjut hingga mereka dewasa.

Dari perspektif psikologi, pria metroseksual menonjol dengan kepedulian diri yang mendalam, sehingga mengetahui konsep dirinya lebih baik. Konsep diri merupakan gambaran seseorang terhadap dirinya baik dari persepsi sesungguhnya ataupun persepsi berdasarkan aspek fisik, psikis, dan sosial. Mengenai hal ini, pria metroseksual merasa penting untuk tampil berbeda sehingga memiliki ciri khas yang membedakan dengan pria lainnya. Saya merasa ini menarik, sebab tampil berbeda dapat meningkatkan karisma seseorang. Dengan berani menunjukkan keunikan, pria metroseksual memancarkan rasa percaya diri yang tinggi, menjadikannya dikenal sebagai sosok yang ramah dan menarik. Berpenampilan rapi dan bersih dapat menciptakan kenyamanan dan rasa segan bagi orang lain dalam berinteraksi dengannya. Hal ini memberikan dorongan tambahan pada pria metroseksual untuk memancarkan aura positif.

Berkaitan dengan aspek emosi, dalam situasi emosional yang tidak baik, pria metroseksual lebih memilih untuk tetap diam dan menyendiri daripada mengungkapkan perasaannya secara berlebihan seperti marah dengan emosi meluap-luap. Hal ini sudah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Nada Perdana pada tahun 2015 dengan judul “Konsep Diri Pria Metroseksual di Kota Pekanbaru (Dalam Perspektif Fenomenologi)”. Masyarakat melihat sifat feminim pria metroseksual dari cara mereka merawat diri, tetapi nyatanya banyak dari mereka yang memiliki hobi bersifat maskulin seperti fitness dan futsal. Ini menunjukkan bahwa seorang pria metroseksual tidak hanya mahir dalam perawatan kulit dengan menggunakan produk skincare, tetapi juga ahli dalam menjaga proporsionalitas tubuh melalui aktivitas olahraga.

Pria metroseksual tidak melulu berfokus pada perawatan diri, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada aspek sosial. Keberadaan mereka dapat memancarkan aura positif dengan menciptakan kenyamanan bagi orang lain. Merawat penampilan adalah bentuk kepedulian pada diri sendiri, dan pria metroseksual seringkali juga menunjukkan kepedulian yang sama terhadap orang lain. Sikap mereka yang ramah, upaya menciptakan kenyamanan bagi orang lain, dan kemampuan untuk menahan diri dari meluapkan emosi saat marah adalah bukti nyata dari kepedulian ini. Jika membahas sifat feminis pria metroseksual, bagaimana pandangan terkait wanita yang memiliki sifat maskulin? Pandangan setiap orang memang berbeda, tak bisa disamaratakan. Namun, memiliki pikiran terbuka juga menjadi kunci penting, memungkinkan kita melihat sesuatu dari berbagai perspektif dan tidak terpaku pada satu sudut pandang sehingga sudut pandang lainnya tidak terabaikan. Masyarakat semestinya membuka mata bahwa melakukan perawatan diri bukan hanya kebutuhan wanita. Tak perlu memandang gender ketika seseorang berusaha untuk melakukan perawatan diri. Ini sudah sebuah kewajiban seseorang untuk peduli terhadap diri mereka sendiri, yang pada akhirnya juga berdampak terhadap kenyamanan orang lain.

Editor : Helmalia Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *