Oleh: Nina Amelinda Jasmine
Pembangunan infrastruktur, terutama jalan raya, memiliki dampak besar pada perkembangan ekonomi dan sosial suatu wilayah. Namun, keberlanjutan lingkungan juga harus menjadi perhatian utama dalam setiap proyek pembangunan. Salah satu inovasi yang tengah dikembangkan adalah penggunaan aspal campur plastik dalam pembangunan jalan. Dalam konteks ini, pembangunan jalan sepanjang 100 km di Pulau Jawa dengan menggunakan aspal campur plastik perlu dipertimbangkan dengan saksama, mengingat dampaknya terhadap lingkungan, khususnya masalah mikroplastik. Pengembangan teknologi aspal campur plastik masih dalam tahap eksperimental di banyak negara, termasuk di Eropa. Meskipun ada beberapa proyek uji coba yang telah dilakukan, penggunaan aspal campur plastik masih belum menjadi standar umum dalam industri konstruksi jalan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada potensi besar untuk mengurangi limbah plastik dan meningkatkan keberlanjutan pembangunan infrastruktur, masih diperlukan lebih banyak penelitian dan pengujian untuk memastikan keamanan dan efektivitas penggunaannya.
Fakta bahwa di negara-negara maju seperti di Eropa, penggunaan aspal campur plastik masih sebatas uji coba menimbulkan beberapa pertanyaan penting. Apakah teknologi ini benar-benar aman dan ramah lingkungan? Apakah efek sampingnya sudah dipelajari dengan baik? Apakah alternatif lain yang lebih terbukti lebih baik dari segi keberlanjutan? Ini adalah pertanyaan yang perlu dijawab sebelum penggunaan aspal campur plastik dapat menjadi solusi yang diadopsi secara luas di seluruh dunia. Pada akhirnya, penting bagi Indonesia untuk mempertimbangkan dengan saksama penggunaan aspal campur plastik dalam pembangunan jalan sepanjang 100 km di Pulau Jawa. Meskipun ada manfaat yang jelas dalam mengurangi limbah plastik dan meningkatkan kualitas jalan, namun risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia juga harus diperhitungkan dengan serius. Kita tidak boleh terburu-buru mengadopsi teknologi baru tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya.
Pertama-tama, kita perlu memahami mengapa penggunaan aspal campur plastik menjadi perhatian. Plastik telah menjadi salah satu bahan yang paling umum digunakan dalam berbagai produk di seluruh dunia. Penggunaan aspal campur plastik adalah upaya untuk mendaur ulang limbah plastik dan mengurangi jumlah limbah plastik yang mencemari lingkungan. Namun, ketika plastik dibuang atau terdegradasi, ia dapat memecah menjadi partikel-partikel yang sangat kecil, yang dikenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik dapat mencemari lingkungan, termasuk air tanah dan lautan, serta memengaruhi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia.
Pembangunan jalan sepanjang 100 km di Pulau Jawa, penggunaan aspal campur plastik dapat menjadi solusi yang menjanjikan. Dengan memanfaatkan limbah plastik sebagai salah satu bahan pembuat aspal, proyek ini dapat membantu mengurangi jumlah limbah plastik yang berakhir di tempat pembuangan akhir atau bahkan di lingkungan. Selain itu, penggunaan aspal campur plastik juga dapat meningkatkan kualitas jalan dengan meningkatkan ketahanan terhadap cuaca ekstrem dan deformasi. Namun, perlu diakui bahwa penggunaan aspal campur plastik juga memiliki potensi dampak negatif, terutama terkait dengan masalah mikroplastik. Saat jalan yang menggunakan aspal campur plastik mengalami kerusakan atau terdegradasi seiring waktu, partikel-partikel plastik dapat terlepas dan masuk ke lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat meningkatkan kontaminasi mikroplastik di tanah dan air, dengan potensi berdampak pada ekosistem dan kesehatan manusia.
Penting untuk mempertimbangkan langkah-langkah mitigasi yang efektif untuk mengurangi risiko kontaminasi mikroplastik akibat penggunaan aspal campur plastik dalam pembangunan jalan. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan teknologi dan proses produksi untuk mengurangi jumlah mikroplastik yang dilepaskan selama pemakaian jalan. Selain itu, diperlukan juga penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak jangka panjang penggunaan aspal campur plastik terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Selain dampak langsung terhadap lingkungan, pembangunan jalan sepanjang 100 km di Pulau Jawa juga memiliki potensi dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Jalan yang baik dapat meningkatkan aksesibilitas ke berbagai wilayah, memfasilitasi mobilitas penduduk, barang, dan jasa, serta mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, dampak ini juga perlu seimbang dengan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat setempat dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek menjadi kunci. Dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dapat dihasilkan solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat adat serta menjaga keseimbangan ekologi lokal.
Editor: Nur Laela