Oleh: Nida Ismiatun Azzahra

November lalu, sempat ramai topik percobaan bunuh diri yang dilakukan salah satu mahasiswa Unsoed. Mahasiswa Fakultas Hukum (FH) itu melakukan tindakannya di taman Gedung Roedhiro Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) pada Selasa (3/11). Upaya tersebut berhasil digagalkan oleh petugas keamanan dan korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Tentara (RST) Wijayakusuma. Merespons kejadian tersebut, Dekan Fakultas Hukum (FH) langsung mendatangi korban di rumah sakit. Kabar ini juga telah sampai pada pihak kampus, termasuk pihak Bimbingan Konseling (BK).
“BK Unsoed, Sahabat Mahasiswa.” Begitu kutipan yang tertera pada laman Instagram @bk_unsoed yang menjadi akun resmi BK Universitas Jenderal Soedirman. BK memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi seluruh mahasiswa Unsoed. Saat ini, setiap fakultas di Unsoed sudah memiliki BK sebagai lembaga yang memberikan layanan bimbingan dan konseling.
BK dan Potret Kesehatan Mental Mahasiswa
Wanita berkerudung cokelat itu tengah duduk di Laboratorium Pemuliaan Ternak Fakultas Peternakan (Fapet) saat kami temui pada Kamis (17/11). Datta Dewi Purwantini, dosen Fapet sekaligus ketua BK Unsoed, memberikan konfirmasi terkait percobaan bunuh diri yang terjadi sebelumnya.
“Kan, mahasiswa hukum, ya. Itu sudah ditangani oleh BK Fakultas Hukum,” ujarnya.
Ia berujar kata kegiatan lebih pas daripada lembaga untuk memaknai BK yang memfasilitasi permasalahan mahasiswa, baik yang akademik maupun non-akademik. Berdiri sejak 1980, BK awalnya dibentuk dalam rangka penilaian akreditasi kampus.
“Cuma waktu itu istilahnya, ya, untuk melayani curhat mahasiswa dan lain sebagainya. Belum difasilitasi secara baik lah oleh universitas,” tambahnya.
Awalnya, kantor BK berpusat di gedung administrasi lantai dua, kemudian dipindah ke gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PMW) lantai dua. Datta Dewi mengakui bahwa karena kesibukan yang dijalani, sulit bagi para personelnya untuk selalu stand by di sana. Hal ini juga dirasakan oleh Nurul Auliyah, Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) BEM Unsoed 2022. Nurul tidak bisa langsung mendatangi gedung PMW dan harus membuat janji temu sebelumnya. Sering kali ia juga memilih untuk menemui langsung Datta Dewi ke Fakultas Peternakan.
Ketika ditanya terkait bentuk layanan, Datta Dewi mengatakan BK memberikan fasilitas dalam hal konsultasi yang dapat diakses oleh seluruh mahasiswa dengan cuma-cuma. BK juga membantu mahasiswa untuk menggali permasalahan yang dihadapinya sehingga dapat menemukan solusi terbaik yang akan dipilih.
“Digali, kamu itu permasalahannya apa? Kemudian kalau ada permasalahan seperti itu kamu mau solusinya seperti apa? Jadi, mahasiswa ini sendiri yang suruh mengeluarkan solusi dibantu oleh BK,” imbuhnya.
Isu kesehatan mental juga cukup menjadi concern dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed tahun ini. Di bawah naungan Menteri Adkesma, BEM berupaya menyuarakan isu ini melalui konten-konten di media sosialnya. Program kerja lainnya ada Ceria (Ceritain Aja Bareng Adkesma) yang bisa menjadi tempat menerima aduan atau mendengarkan cerita dan curhatan mahasiswa.
“Kita tanyain dulu kalo misalkan dari yang bersangkutan itu pengennya digimanain? Kalo misalkan pengen ditangani sama yang lebih serius kita arahkan. Kalo dia mau ke BK Unsoed nanti kita arahkan ke BK fakultas dulu, baru misalkan ngga mampu gitu BK fakultasnya, baru ke BK universitas,” terang Nurul Auliyah.
Menyepakati hal tersebut, Datta Dewi menyampaikan bahwa mekanisme untuk mendapatkan layanan BK bisa melalui perantara atau mediasi. Hal ini dimungkinkan karena kadang mahasiswa merasa sungkan jika bercerita pada dosen dan lebih nyaman dengan teman sebayanya. Melalui cerita ini diharapkan bisa tergali permasalahan yang sedang dialami.
Datta Dewi juga mengungkapan aduan bisa melalui Dosen Pembimbing Akademik atau langsung ke BK fakultas masing-masing. BK fakultas ini memang bertujuan menjadi perpanjangan tangan BK Unsoed agar mahasiswa lebih mudah menjangkau dan mengakses layanan. Di situ mahasiswa bisa mengadukan masalahnya dan mendapat penanganan yang diperlukan.
Namun, ia juga mengatakan pihaknya hanya mampu menangani permasalahan yang “ringan” mengingat orang-orang di BK Unsoed tidak sepenuhnya menguasai ilmu kejiwaan. Dari semua anggota BK, hanya ada dua orang psikolog, sisanya merupakan dosen yang mendapat pelatihan dasar tentang bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, jika dibutuhkan penanganan lebih lanjut, BK Unsoed akan merujuk ke psikolog atau bahkan psikiater jika memang sudah sangat serius.
Datta Dewi mengatakan bahwa memang banyak permasalahan yang dialami oleh mahasiswa. Untuk masalah akademik, misalnya. BK beberapa kali menangani persoalan nilai antara dosen dan mahasiswa, juga masalah mahasiswa yang terancam Drop Out (DO). Namun, ketika dimintai penjelasan, pihaknya belum memiliki data konkret yang menggambarkan kondisi mahasiswa secara menyeluruh.
“Jadi belum sampai seperti itu, baru laporan per individu, misalkan ada problem mahasiswa tertentu, seperti itu. Jadi data besarnya belum,” jelasnya.
Belum Menjangkau Luas
Kehadiran BK belum diketahui secara meluas di kalangan mahasiswa Unsoed. Dari tiga mahasiswa yang diwawancarai awak Sketsa, semuanya mengaku hanya pernah mendengar sepintas terkait BK Unsoed. Mereka pun menyayangkan sosialisasi yang dilakukan oleh BK belum masif.
“Mungkin buat BK Unsoednya ya pertama yang sosialisasinya dulu, sih. Biar semua mahasiswa Unsoed juga tau loh apa itu BK Unsoed. Soalnya aku sendiri pun nih, (angkatan-red) 21 ya, bukan maba (Mahasiswa Baru-red), juga belum tau itu BK Unsoed tuh ada gitu, cuma baru pernah denger,” ungkap salah satu mahasiswa Fisip pada Jumat (4/11).
Datta dewi menjelaskan bahwa pihaknya telah memasang standing banner yang berisi informasi terkait BK di dua belas fakultas. Tujuannya tentu agar mahasiswa di setiap fakultas tersebut dapat membaca dan mengetahui keberadaan BK Fakultas. Dicantumkan juga di dalamya nomor BK setiap fakultas sehingga nantinya ketika memang dibutuhkan dapat segera menghubungi nomor yang bersangkutan. Namun, adanya standing banner ini ternyata belum begitu dirasakan dampaknya.
“Aku tanyain juga dari temen-temen di 12 fakultas yang aku kenal pada ngga tau loh adanya standing banner ini. Padahal di situ tuh ada nomer-nomer dari 12 konselor dari 12 fakultas,” ujar Nurul.
Berbicara program kerja, yang terbaru, BK Unsoed telah mengadakan talkshow bertajuk “Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual” pada 12 Juli 2022 secara online. Sebelumnya juga diadakan acara serupa dengan mengangkat tema “Kiat Sukses Belajar Selama Masa Pandemi”. Lagi-lagi, kurangnya sosialisasi membuat peserta yang hadir hanya sedikit.
Ia mengatakan bahwa ia cukup kesulitan untuk menggunakan media sosial, khususnya Instagram. Penunjukan BK Fakultas oleh Wakil Dekan 3 (Wadek 3) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni cenderung dosen-dosen senior yang dianggap lebih berpengalaman. Ia mengakui bahwa memang dibutuhkan personel-personel yang lebih paham mengenai pengoperasian media sosial. Ditambah dengan kesibukan yang dijalani sebagai dosen juga membuat keberlangsungan BK kurang optimal.
“Tapi dengan sekarang berkembangnya ini mungkin memang dibutuhkan. Ada lah, ya, mungkin sebagian yang senior, sebagian lagi junior untuk bisa mengaktifkan Instagram, karena memang pada waktu itu yang diserahi untuk mengaktifkan itu yang junior, namanya Pak Riza dari Fakultas Biologi,” ujarnya menanggapi sepinya akun Instagram BK.
Hal ini terlihat dari akun Instagram @bk_unsoed. Saat tulisan ini dibuat, unggahan terakhir BK Unsoed pada 27 Juli 2022. Jumlah unggahan secara keseluruhan pun hanya belasan. Bahkan saat percobaaan bunuh diri lalu, tidak ada unggahan apa pun.
Ketika awak Sketsa mencoba menanyakan apakah Instagram ini akan diaktifkan kembali, Datta Dewi justru balik bertanya.
“Sekarang saya mau tanya, apakah dengan misalkan Instagram itu ditingkatkan gitu, ya, apakah kira-kira mahasiswa itu akan lebih mudah mengakses atau seperti apa?” tanyanya.
Setelah kabar percobaan bunuh diri itu diketahui luas, lewat akun Instagram @batir_unsoed, Adkesma mencoba memberi respons dengan membuat Instastory untuk memberi semangat kepada teman-teman mahasiswa lain. Dari Instastory tersebut, Nurul menjelaskan bahwa semangat sekecil apa pun yang diberikan pada orang lain akan berdampak besar. Bahkan, banyak mahasiswa yang memberi tanggapan dan curhat mengenai masalah yang dialaminya.
“Kita coba buat ngasih quote atau penyemangat biar orang-orang tuh kayak lebih semangat lagi. Seengganya ketika baca itu langsung ke-trigger kayak ‘Oh iya, masih banyak loh yang butuh aku. Oh iya, aku tuh harus menyelesaikan ini loh, walaupun aku keadaannya terpuruk. Nah, di situ kebetulan banyak loh ada yang ngereply strory kita dan malah curhat-curhat sama kita,” jelasnya.
Untuk ke depannya, BK akan mengadakan roadshow ke seluruh fakultas di Unsoed. Agenda ini seperti yang dipesankan juga oleh Norman Arie Prayogo selaku Wakil Rektor 3 (WR 3) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni agar BK lebih proaktif. Dalam kegiatan roadshow ini rencananya BK akan datang ke fakultas di lingkungan Unsoed utamanya pada pihak dekan dan wakil dekan. “Harusnya memang itu proaktif kami, tapi ya memang harusnya ada yang proaktif di anggota BK itu. Jadi, mungkin informasinya kurang begitu banyak. Ya, itu kekurangan kami seperti itu,” aku Datta Dewi.
Reporter: Aprilia Ani Fatimah, Nida Ismiatun Azzahra, Alil Saputra, Lili Amaliah (Anggota muda), Rizka Noviana Eka Mulyaningsih (Anggota muda), Zahra Nurfitri Laila (Anggota muda).
Editor: Desi Fitriani.