Oleh: Swaritz Vloszaby Abbya
Seperti tahun sebelumnya, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (BEM Unsoed) kembali menggelar aksi Kamisan pada Kamis malam (29/9) di Pendopo Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Unsoed sebagai penutup dari rangkaian kegiatan September Hitam. Di Purwokerto sendiri, tahun ini adalah tahun kedua dilaksanakannya aksi tersebut.
Safira, selaku Koordinator Lapangan mengatakan bahwa alasan mereka melakukan aksi di berbagai tempat bertujuan untuk mengingatkan kembali publik, khususnya masyarakat Purwokerto terhadap kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang pernah terjadi.
“Istilahnya kita menggaet massa itu lebih banyak di tempat-tempat ramai kayak tadi tuh, Tugu Pancasila, Alun-alun, di depan Taman Andhang, yang mana jalan-jalan itu adalah jalan-jalan protokol yang sering dilewati masyarakat Banyumas,” ungkapnya.
Selain itu, Safira juga mengungkapkan jika aksi Kamisan pada Kamis sebelumnya itu untuk masyarakat Purwokerto secara luas, maka Kamisan yang terakhir dikhususkan untuk mahasiswa Unsoed.
“Di Minggu sebelumnya kita melakukan aksi Kamisan itu sore hari jam 3 sampai jam 6 sore. Coba untuk Kamisan terakhir ini kita jadikan Kamisan spesial. Kita rangkai Kamisan terakhir ini sebagai Kamisan yang kita duduk di tempat yang sama, di tingkatan yang sama. Coba kita renungkan kembali, kita refleksikan kembali di malam hari dengan menggunakan berbagai properti yang mana itu menunjang juga,” ungkapnya.
Menurut Safira, aksi Kamisan adalah aksi yang paling damai senasional. Dari pelaksanaan yang pertama hingga yang terakhir, semuanya berjalan dengan lancar. Respons dari masyarakat juga sangat baik. Dilihat dari atensi mahasiswa Unsoed yang hadir pada malam hari Kamis (29/9) juga cukup ramai. Pihak BEM Unsoed telah menyebar undangan resmi kepada UKM dan BEM Fakultas yang ada di Unsoed, serta seruan media di Instagram BEM Unsoed untuk mengundang seluruh warga besar mahasiwa Unsoed dan sekitarnya. Harapannya mereka dapat merangkul mahasiswa Unsoed untuk datang di aksi Kamisan yang terakhir di bulan September.
Sama seperti tahun sebelumnya, rangkaian aksi pada hari terakhir diisi dengan pembacaan puisi dan orasi mahasiswa yang dimulai pada pukul 19.30 WIB. Sebagai penutup, perwakilan yang diundang diminta untuk menaburkan bunga secara simbolis pada tiruan makam yang dilambangkan sebagai kesedihan dan ketidakadilan yang dialami para korban. Sambil menyalakan lilin, aksi kemudian ditutup dengan doa dan foto bersama.
Safira berharap aksi Kamisan ini akan terus terjaga, baik di nasional maupun di Purwokerto. Tujuannya agar masyarakat tahu bahwa kasus-kasus pelanggaran HAM berat belum terselesaikan, walaupun janji-janji sudah digaungkan. Selain itu, ia juga berharap pegiat-pegiat HAM dan civitas-civitas yang masih peduli dengan kasus-kasus pelanggaran HAM akan tetap ada, agar dapat terus dikawal, diingat, dan dirawat.
Reporter: Swaritz Vloszaby Abbya, Faiz Maulida, Afif Fadhilah Iftiar
Editor: Diyah Nur Alifah