Sebanyak 77 Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Unsoed angkatan 2016 dan 3 dosen pendamping yang semula berencana Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Thailand menjadi korban penipuan biro perjalanan.
Kepala Jurusan HI Unsoed Muhammad Yamin mengatakan, mulanya mereka dijadwalkan berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta dan mengikuti penerbangan Air Asia pada hari Senin (8/4) pukul 07.30 WIB.
Seluruh peserta KKL sudah berkumpul di terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta sejak pukul 04.00 WIB, sesuai dengan kesepakatan. Namun, sampai waktu penerbangan, pihak agen tak kunjung datang memberikan tiket pesawat dan nomor yang biasa digunakan tidak bisa dihubungi.
Sementara uang berjumlah Rp. 366.250.000 yang dijanjikan untuk biaya akomodasi selama KKL telah dibayarkan lunas kepada pihak travel.
Berdasarkan penuturan Yamin, kasus ini berawal dari rencana para mahasiswa dan dosen prodi Hubungan Internasional Unsoed melakukan KKL selama 5 hari 4 malam di Thailand.
Terkait rencana ini, dibentuk kepanitiaan dari mahasiswa untuk mengurusnya. Panitia ini mencari sejumlah biro untuk perjalanan ke luar negeri. Informasi ini sampai ke tangan terduga pelaku APN (24) dan ia menghubungi salah satu mahasiswa HI untuk menawarkan biro perjalanannya.
“Biro ini (Mercare Travel-red) tidak diundang oleh panitia, justru, menawarkan diri kepada panitia. Pelaku mengetahui bahwa mahasiswa HI Unsoed sedang mencari biro untuk KKL-nya ke luar negeri dari grup (media sosial-red) ASITA, Asosiasi Travel Indonesia. Pada prinsipnya, mahasiswa bersikap profesional, mempersilahkan biro dari mana saja untuk datang dan presentasi,” jelas Yamin saat ditemui di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsoed (FISIP), Kamis (11/4).
Pada 28 September 2018 lalu, panitia memfasilitasi sejumlah biro yang akan melakukan presentasi, termasuk biro perjalanan terduga pelaku APN. APN menggunakan nama biro travel asal Vietnam, Mercare Travel. Ia mengaku sebagai pimpinan cabang Mercare yang ada di Indonesia.
Ade Kristiawan, Ketua Panitia KKL HI 2016 mengatakan, tidak ada hal mencurigakan sebelumnya. Pihak biro sangat kooperatif dan responsif saat diminta bantuan maupun menjawab pertanyaan dari pihak panitia.
Bahkan APN beberapa kali datang ke Purwokerto untuk briefing teknis dan mengumpulkan paspor dari mahasiswa. Sampai pada tanggal 2 April 2019, APN pun turut hadir dalam acara pelepasan bersama dekanat di aula FISIP.
Namun, pada hari pemberangkatan, APN tidak hadir di tempat yang telah disepakati. Hanya ada rekan APN yang mengaku sebagai tour guide dari Mercare Travel. Selagi menunggu jam penerbangan, tour guide membagikan paspor kepada mahasiswa, dimana hal tersebut tidak sesuai dengan kesepakatan awal, “Perjanjiannya itu dia memberikan paspor dan tiket, namun dia hanya membawa paspor dan bilang kalau tiket dipegang APN,” ujar Ade.
Ade menambahkan, beberapa saat setelah membagikan paspor, perempuan yang mengaku tour guide ini sudah tidak ada di tempat dan hilang kontak.
“Pas saya tanya teman katanya dia sedang ganti baju dan menukarkan uang di money changer setelah di cek di Air Asia oleh salah satu divisi travel, tidak ada nama pelaku (APN-red) di penerbangan tersebut,” jelasnya.
Proses Hukum Masih Berjalan
Yamin mengatakan, APN telah dilaporkan ke pihak kepolisian dan di hari yang sama APN berhasil ditangkap. Sampai saat ini masih diproses di Reskrim Banyumas.
Kabar terbaru yang ia dapat dari kepolisian, ada rekan perempuan APN berinisial D yang juga diproses. Diduga D sejak awal secara intensif turut meyakinkan mahasiswa.
Mahasiswa menuntut uang mereka kembali sesuai dengan jumlah kerugian yang ada. Mereka berharap untuk bisa diberangkatkan meskipun tidak sama seperti tujuan awal.
Pihak jurusan juga telah menghubungi keluarga APN untuk dimintai pertanggungjawabannya, “Saat ini mereka meminta waktu beberapa hari, beberapa minggu, untuk mengembalikan semua dana yang dirugikan itu,” tutup Yamin. [Raisan Mumtaz]
Editor: Mukti Palupi