Oleh: Helda Puspitasari*

Salam mimpi yang terbaca lewat gerak desir nadi yang mencabangkan akar-akar kehidupan,
merapalkan senyum harapan mengalun bersama napas angin
Diftong-diftong keras menggapai puncak boma melodi sarat hasrat emosi
Pori-pori harum Pertiwi memekikkan seruak bumi pekuburan
Detak-detak sanggul buana raya
Tercium engkau pada cemerlang wajah purnama nan juwita
Serbuk sari dipermainkan ia ke pucuk-pucuk rindang tubuh kokoh menopang langit
Siluet dominan di kanvas agung ini
Sindhung yang sembunyikan
Titipkan jasadnya pada semerbak harum bangkai, samar debu yang lahap ruhnya, atau pada
gemerisik tarian klorofil mengalir
*Penulis, Mahasiswa D3 Bahasa Mandarin Unsoed Angkatan 2017.
Catatan Redaksi:
Tulisan ini dimuat ulang dari Buletin InfoSketsa Edisi 35 | Agustus 2018 bertema “Setelah Uang Pangkal Berlaku” pada Rubrik Sastra.