

Oleh: Sucipto, Nurhidayat, dan Supriono
Menjamah hingga membelah
Membabi buta tak tau arah
Tak jelas membela atau memerang
Jika aku kan kukikir hingga kikir
Hunusan tak salah menyayat
Menunjuk dan mengengkaukan
Sampai tak ada cermin tuk berbicara
Bodoh! Seolah bumiputera bersalah
Sang telanjang dilucuti
Hingga intisari nadi tak terperi
Denyut maut merenggut
Pasal apa jepit pateri murca?
Ini mosi lebih dari tak percaya
Sumbang dalam hamparan kefasikan
Lidah berdarah, pena patah terbelah-belah
Seolah kecelakaan hibrida padahal monoproblema
Legitimasi sayap-sayap hitam
Ha hilang Na melayang
Jangan sampai kulempar kutang
Mustakim tersamarkan debu asap yang kian mengemas
Ah itu hanya postultat penjilat
Kilau-klilau silau menerpa netra buta jelata
Hahahaha! Aku termenung dalam sudut kebusukan
Mengencingi kancing-kancing anjing
Dia, tadah tak mewadah para penyawah
Terbacut menyunggi thaghut
Ah! Aku sudah muak dengan kentut kancut
Penutup kepala menganggap frasa laluan hanya di lafal
Serapah suci tak jadi ikhwal
Aku sudah hafal soal jamban itu
Bersaudara tapi mendarahkan bangsa, lupa?
Nak kuutus secarik ode hikmat
Terstruktur sistematis dan masif
Kegamblangan tertutup koar bajing besar berpipi tambun
Triad amatir merongrong ibu pertiwi
Sudahlah, perah kuda hingga merah saja
Kasihan, dinar-dinar melayang demi kemunafikan
Mr.P semakin menegang
Rahmat mana yang kau bongakkan
Bangkrek! Sudahi mengeja-eja kula si posisi
Purwokerto, 9 Agustus 2014 pukul 14.00
Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di lpmsketsa.com, dimuat ulang di BU (beritaunsoed.com) agar tetap bisa diakses pembaca. Portal berita lpmsketsa.com resmi beralih ke beritaunsoed.com.