Doa Bersama untuk Sahabat

Suasana doa bersama untuk Alm. Fikri Salam dan Alm. Muhjen.
Suasana doa bersama untuk Alm. Fikri Salam dan Alm. Muhjen.

PURWOKERTO–Ketika mengikuti praktikum mata kuliah, Fikri sempat mengungkapkan ceritanya tentang manusia dalam berkehidupan. “Dimana dia menyimpulkan bahwa manusia sebenarnya hidup dan dilahirkan untuk satu tujuan besar yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan,” kenang Babe Abdurahman Gamo, salah satu teman dekat  Alm. Fikri Salam, mahasiswa Sastra Inggris 2011, Senin (1/4) malam.

Babe dan puluhan mahasiswa Jurusan Ilmu Budaya lainnya berkumpul di kampus untuk melakukan doa bersama. Doa bersama diadakan untuk dua mahasiswa Ilmu Budaya yang meninggal di Bulan Maret lalu.

Beberapa hari lalu, tepatnya 23 Maret 2013 berita duka datang dari salah satu mahasiswa Ilmu Budaya Unsoed, Fikri Salam. Pada Sabtu siang yang terik itu Fikri dikabarkan tewas terseret arus di sungai Beji, Banyumas. “Saat itu, Fikri sedang berenang bersama teman kost-nya,” ungkap Babe. Naas, saat sedang asyik berenang, Ia terbawa arus sungai dan akhirnya tenggelam. Fikri sempat tidak muncul ke permukaan air selama tiga puluh menit. Ketika ditemukan, Fikri sudah meninggal dunia.

Belum selesai masa berkabung mahasiswa Ilmu Budaya, berita duka datang lagi tiga hari kemudian. Muhjen, mahasiswa Sastra Jepang 2011, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan, Selasa (26/3). Muhjen mengalami kecelakaan motor di daerah Cilongok seusai kuliah. Hari itu adalah hari pertamanya mengendarai sepeda motor ke kampus. Biasanya, ia pulang dan pergi dari kampus menggunakan angkutan umum.

Kepergian Muhjen membuat banyak temannya bersedih. Muhjen dikenal periang oleh teman-temannya. “Dia (Alm. Muhjen) suka ngelakuin hal yang konyol, suka bikin ketawa juga,” kenang Prita, salah satu teman dekat Alm. Muhjen.

Meninggalnya Fikri Salam dan Muhjen menjadi perhatian tersendiri bagi beberapa mahasiswa Ilmu Budaya. Berawal dari sebuah inisiatif, acara tahlilan dan doa bersama diselenggarakan untuk mengenang kepergian dua mahasiswa Ilmu Budaya tersebut.Tak hanya teman dekat kedua almarhum saja yang hadir dalam doa bersama tersebut. Beberapa mahasiswa yang bahkan belum mengenal keduanya menyempatkan diri untuk datang.

Patria Bangkit, Sastra Inggris 2009, mengaku bahwa kedatangannya semata-mata karena kedua almarhum adalah saudara seimannya, meskipun dia tidak begitu mengenal sosok Almarhum. Selain itu, dia juga mengapresiasi acara tahlilan dan doa bersama itu sebagai salah satu wujud dari rasa kekeluargaan di antara mahasiswa Ilmu Budaya. (Zii/Rachma)

Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di lpmsketsa.com, dimuat ulang di BU (beritaunsoed.com) agar tetap bisa diakses pembaca. Portal berita lpmsketsa.com resmi beralih ke beritaunsoed.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *