

“Deket ujian die sibuk foto copy…cari catetan colek sana colek sini….” Sebuah fenomena cukup unik yang bisa dibilang menjadi sebuah budaya. Seperti kutipan lagu “Gaya Mahasiswa” oleh grup musik Pancaran Sinar Petromak di atas.
Pada 5 januari 2009, Ujian Akhir Semester Ganjil akan dilaksanakan serentak di beberapa fakultas di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Setelah sebelumnya mahasiswa diberi waktu libur kurang lebih satu minggu, rutinitas pun mulai terlihat menjelang ujian akhir semester, yaitu mahasiswa yang beramai-ramai mencari bahan materi ujian, baik dari jasa foto copy maupun kost by kost ke tempat teman untuk berburu bahan materi ujian.
Alasan mengapa kebanyakan mahasiswa melakukannya antara lain adalah sebagai bahan untuk belajar karena mereka mengaku pada saat kuliah tidak mencatat apa yang disampaikan oleh dosen secara lengkap dan lebih mengandalkan soft copy materi yang dapat diperoleh dari dosen.
Seperti yang dikatakan oleh April, mahasiswa dari Fakultas Ekonomi, “Hal semacam itu sudah menjadi tradisi dan kebanyakan dari kita meminta langsung pada teman yang memiliki catatan lengkap, selanjutnya akan otomatis tersebar,” katanya. Dia juga mengungkapkan ada kalanya mengikuti kuliah hanya untuk absen dan mendengar ceramah dosen, catat-mencatat dia percayakan pada teman yang rajin.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ryan, mahasiswa Fakultas Sains dan Teknik, “menjelang ujian memang sudah biasa kalo kita mencari bahan materi atau ‘awetan’ soal tahun sebelumnya, sebenarnya sih kurang efektif karena terlalu dadakan, tapi apapun caranya yang pentingujian bisa lancar”. Disisi lain, jasa fotocopy sangat diuntungkan denganadanya hal semacam itu, seperti yang diakui oleh Edy, seorang pengusahajasa fotocopy, bahwasanya setiap kali menjelang musim ujian usahanya bisa memperoleh keuntungan 2 kali lipat dari hari biasa.
“Berhubung libur kali ini bersamaan tahun baru, copy-an masih sepi, tidak seperti biasa rame satu minggu sebelum ujian”, ujarnya. Master materi kuliah pada jasa-jasa foto copy diperoleh dari mahasiswa yang memiliki materi tersebut dan ditujukan agar teman-teman yang lain mudah memperolehnya.
Sebuah fenomena yang bisa dibilang dilematis, sifat aplikatif dari teknologi canggih dalam dunia pendidikan tetapi tidak balance dengan mental para praktisi pendidikan dan lebih berefek kemalasan. Hal ini merujuk terjadinya cultural lag antara perubahan dalam bidang teknologi dan mental dari mahasiswa itu sendiri.(Yusuf)
Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di lpmsketsa.com, dimuat ulang di BU (beritaunsoed.com) agar tetap bisa diakses pembaca. Portal berita lpmsketsa.com resmi beralih ke beritaunsoed.com.