Tag: sastraunsoed

PERAWAN
SAJAK, SASTRA

PERAWAN

Oleh: Mukti Palupi Ilustrasi: Nur Komariah Untukmu Serigala Penyerang Andai kau tak merayu Andai kau tak memaksa Andai rasa penasaran tak semena mena menggebu Mungkin khayalan tentangmu masih menjadi khayal Batin hendak menentang Gejolaknya benar-benar menjengkelkan Diamku tak menakrifkan setuju Tahu diri ini terlarang Tapi hasrat dewasa tak sudi berbohong Tidak Harusnya bisa menyelamatkanku Tapi atas nama kebodohan, aku pasrah Aset yang tak pernah ada cadangannya Untukmu Serigala Penyerang
TERELIMINASI
SASTRA

TERELIMINASI

Oleh : Afifah Dwi Marhaeni Ilustrasi: Nur Komariah Kuceritakan sebuah kisah pelikYang berotasi, bergulir, tak tersadarkanKita melihat, kita merasa, kita hadirkanKian waktu, kian terpuruk, sungguh malang Demi mengorek-orek nafkahJerih payah mengais upahCucuran keringat tak terbantahkanMengalir deras tak terpedulikan Terik sang surya menyengat kulit coklatnyaKepulan asap yang tak terhitung hadirnyaBerkali-kali menerobos hidungnyaTerkuras emosinya pada akhirnya Berapa kali makian yang ia lontarkanBerapa kali keributan yang ia ciptakanBerebut penumpang dengan sesamaDemi terisi, penyambung hidupnya Jalanan kota di luar kepalanyaTak akan tersesat kita dibawa roda empat iniAsal katakan mau ke manaAsal berikan saja upah tambahannya Namun, kian hari ia kian terpurukKian hari ki...
Solilokui Benih Pohon
ESAI, SASTRA

Solilokui Benih Pohon

Oleh: Emerald Magma Audha* Sesungguhnya aku hanyalah sebintik semi, tumbuh di selingkung batang berserak. Kala merasai sekeliling, dadaku sesak. Koyak. Lantas itu menuai getir yang merisak. Lalu mendesak. Sudahnya aku cuma terisak. Meski terisak, suasana tetap nyenyak. Paling hanya bunyi kersak. Ingin rasanya aku berteriak. Supaya getir ini bisa usak. Tubuhku masih lunak, tapi cuma aku yang khali dari tebasan. Banyak sesamaku suah dicacah. Mandala ini, lama-lama bisa gersang. Aku malah ngeri membayangkan bila aku menebal sebagai pokok kayu kelak, apa nasibku bakal sama? Ah, aku bahkan ragu mampu menebal, lebih-lebih melebat. Uhh! Aku jadi ingat sesamaku, aku kembali sesak. Namun, aku sekadar memendam, lantaran aku bisu. Memang hadirku di sini masih anyar, tapi aku tahu ini ulah siapa....