TERELIMINASI

Oleh : Afifah Dwi Marhaeni

Ilustrasi: Nur Komariah

Kuceritakan sebuah kisah pelik
Yang berotasi, bergulir, tak tersadarkan
Kita melihat, kita merasa, kita hadirkan
Kian waktu, kian terpuruk, sungguh malang

Demi mengorek-orek nafkah
Jerih payah mengais upah
Cucuran keringat tak terbantahkan
Mengalir deras tak terpedulikan

Terik sang surya menyengat kulit coklatnya
Kepulan asap yang tak terhitung hadirnya
Berkali-kali menerobos hidungnya
Terkuras emosinya pada akhirnya

Berapa kali makian yang ia lontarkan
Berapa kali keributan yang ia ciptakan
Berebut penumpang dengan sesama
Demi terisi, penyambung hidupnya

Jalanan kota di luar kepalanya
Tak akan tersesat kita dibawa roda empat ini
Asal katakan mau ke mana
Asal berikan saja upah tambahannya

Namun, kian hari ia kian terpuruk
Kian hari kian terlibas
Kian hari berkuranglah satu persatu
Peminat pemberinya upah

Menggantunglah nasibnya
Antara menyudahi atau disudahi
Mau bagaimana lagi?
Jika keadaan sudah begini

Kita membuatnya terpuruk
Kita membuatnya tersingkir
Kita yang tak setia
Kita yang sudah berpaling

Dulu, setia kita menunggu hadirnya
Tak kunjung datang, sabarlah kita
Senyum sumringah, merekah
Merasakan jemputannya

Desakan manusia tak dipedulikan
Bau menyengat tak terhiraukan
Bau badan yang amat bacin pun masa bodoh
Yang penting kita dijemputnya

Lalu, gawai merajalela
Perkembangan pun semena-mena
Utak-atik sedikit, hadirlah ia
Yang lebih keren darinya

Pada akhirnya ia ditinggalkan
Berpegang pada kesetiaan
Tetap bertahan, tak berubah
Walau kenyataan sungguhlah kejam

Ia tak sedang bersaing
Namun kenyataan menyainginya
Membuatnya merasa tersingkir, tereliminasi
Oleh teknologi masa kini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *