Peran Bela Negara Dalam Mengatasi Kejahatan Cyber

Peran bela negara dalam mengatasi kejahatan cyber di era digital di Indonesia merupakan suatu aspek penting yang terkait dengan status negara demokrasi terbesar di dunia. Gelar ini tidak diperoleh secara sembarangan, melainkan hasil dari kesuksesan Indonesia dalam menyusun struktur politik dan kekuatan militer pada posisi yang strategis. Sebagai langkah untuk memperkuat pertahanan, Indonesia memperkenalkan konsep bela negara. Secara konseptual, konsep ini mirip dengan wajib militer yang diterapkan di beberapa negara. Berjuang untuk kepentingan negara, atau yang dikenal sebagai “bela negara,” dianggap sebagai mandat yang diemban oleh rakyat, sebagaimana tercantum dalam “Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI 1945,” yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.” Prinsip ini juga ditegaskan oleh “Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945,” yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.”

PESTA RAKYAT, Sarana Menghitung Hidung

Adalah omong kosong, menganggap manusia berdiri sederajat. Karena di dunia ini selalu ada dualisme, ada barat ada timur ada atas ada bawah dan kenyataan kontradiktif lainnya. Hubungan atas bawah ini dapat diigambarkan misalnya hubungan antara kopral dengan jenderal maupun buruh dengan majikan.

Program Kerja Carut Marut, Rapat Sampai Larut

Karena malam hari adalah waktu untuk manusia mengistirahatkan diri setelah menjalani hari, mungkin menyebabkan peserta rapat menjadi tidak dapat memaksimalkan performanya. Ditambah lagi jika ada tugas kuliah yang bertengger menjadi beban di pikiran sehingga tidak bisa fokus dalam forum. Kekurangan selanjutnya terkait rapat tengah malam adalah seringnya perubahan alur pembahasan menjadi lebih berbelit-belit dan memakan waktu. Hal tersebut bisa menurunkan tingkat keefektifan sebuah rapat.

Menggugat Tradisi Jurit Malam: Mengapa Ospek Kampus Perlu Diubah

Tradisi ospek kampus, khususnya praktik perpeloncoan, memerlukan pemikiran dan evaluasi mendalam. Kesejahteraan, keamanan, dan nilai-nilai etika mahasiswa harus diutamakan dalam setiap aspek pendidikan tinggi. Dengan mempertimbangkan penelitian ilmiah yang mendukung argumen ini, serta perlindungan hukum yang ada, kita dapat berharap untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, mendukung, dan sesuai dengan nilai-nilai inti pendidikan.

Toxic Masculinity dan Budaya yang Berkembang

Banyak yang berpendapat bahwa pekerjaan rumah seperti menyapu, memasak, mencuci, dan lain sebagainya bukanlah peran suatu gender melainkan sebuah kemampuan dasar yang sudah selayaknya dimiliki oleh semua manusia. Secara pribadi, saya menyetujui pendapat ini. Mengapa? Manusia terlahir dari berbagai macam latar belakang yang berbeda, termasuk latar belakang ekonomi. Tidak mungkin selamanya mereka akan terus berpikir dan menyepelekan pekerjaan rumah dengan berkata, “saya kan bukan pembantu, jadi untuk apa saya melakukan pekerjaan semacam ini?” atau justru karena didikan yang mereka dapat di lingkungan tempat mereka dibesarkan, mereka bisa juga berkata, “di rumah saya ga pernah disuruh ngerjain pekerjaan kayak gini, katanya laki-laki ga sepantesnya ngelakuin itu.” Menguasai kemampuan dasar itu bukan sesuatu yang memalukan, kok, bahkan jika yang melakukan adalah laki-laki sekalipun. Lagi pula, manusia pada dasarnya memiliki insting bertahan hidup dan akan bisa menentukan skala prioritas. Bila suatu saat setelah tidak hidup bersama orang tua dan memiliki ekonomi yang belum stabil, tidak mungkin mereka akan menghabiskan uang untuk membayar pembantu padahal mereka sendiri butuh makan dan uang yang mereka miliki hanya pas-pasan saja.

Memperingati Hari Toleransi Internasional

Dalam dunia yang terus terhubung secara global, Hari Toleransi Internasional memegang peranan kunci dalam membangun fondasi untuk perdamaian dunia. Melalui edukasi, dialog, dan tindakan nyata, kita dapat membentuk masa depan yang lebih harmonis di mana setiap individu dihormati dan diakui. Mari rayakan keberagaman, karena dalam toleransi terletak kekuatan untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi semua.