Tag: lombacerpensketsa

Ayah Merantau ke Luar Angkasa
CERPEN, SASTRA

Ayah Merantau ke Luar Angkasa

Oleh: Wisnu Sumarwan* “Ayahmu sedang merantau, Nak....” “Untuk apa merantau, Bu?” “Untuk pulang lagi nanti, Nak....” Ibu berbisik padaku di suatu malam sunyi pekat seperti kopi tubruk yang kini sudah dingin di meja menyisakan ampas-ampas getir di dasar gelas. Aku ingin bertanya lagi sebenarnya. Tapi, waktu itu aku masih terlalu kecil untuk bisa memahami perkataan ibuku. Jika hanya untuk pulang lagi, mengapa tidak pulang sekarang saja? Apakah ia tak mau bertemu denganku seperti aku yang begitu ingin bertemu dengannya? Sejak aku lahir, aku tak pernah melihat raut wajahnya. Bahkan fotonya tidak ada. Aku ingin bertemu ayahku. Semua teman-temanku punya ayah. Mengapa aku tidak? “Ayah merantau kemana, Bu?” tanyaku suatu ketika yang lain. “Kau lihat itu?” ibuku menunjuk ke luar jendela. Tam...
Asmaradana
CERPEN, SASTRA

Asmaradana

Oleh: Permadi Suntama Tetes embun menyelinap dan membungkusi daun pisang yang menetaskan sayap kupu-kupu untuk terbang. Menjemput serbuk sari pada bunga-bunga yang telah membuka kuncupnya. Sayup suara bayi kelelawar yang menangis karena terjepit di ujung kuncup daun pisang. Suaranya tidak mau kalah dengan bunga-bunga yang bermekaran. Tamparan kepak sang induk kelelawar, menjadi mula dari perjalanannya. Bersamanya, mengembara keheningan yang memupuk keharuman bunga temboja. Kelopak-kelopak bunganya yang harum merebahi tanah, menjadi perantara jalan untuk mendekatkan manusia pada sang Pencipta. Burung Prenjak melompat-lompat riang mendapati setundun pisang matang di samping sebuah rumah. Tanpa peduli ada sepasang kelelawar bersaudara, yang merintihkan sakit dan lapar di dekatnya. Bunga-b...
Lukisan Bima
CERPEN, SASTRA

Lukisan Bima

Oleh: Vicky Nurul Islamiyah Aku berdiri di depan pintu ruang kerja bapak. Tangan kananku berusaha meraih gagang pintu dan membukanya perlahan. Seketika itu, hawa pengap bercampur debu menyergap penciumanku. Langit-langit mulai dipenuhi jaring laba-laba. Beberapa hewan kecil tersangkut di dalamnya. Maklum saja, semenjak bapak dibawa pergi ke “tempat” itu, ruangan ini dikunci rapat oleh ibu. Seakan ibu ingin menutup semua kenangan buruk yang menimpa bapak. Di sudut ruangan dekat jendela, sebuah lukisan berukuran 80x40 cm tergeletak di lantai. Lukisan itu tampak usang. Kayu yang membingkainya tampak berbahan dasar kayu jati asli. Hanya saja, kaca yang menutupi bagian depan lukisan itu tinggal separo. Aku berjongkok dan mengambil lukisan itu. Memoriku kembali terbang mengenang kejadian de...