Tag: Lomba Cerpen Nasional

Lukisan Bima
CERPEN, SASTRA

Lukisan Bima

Oleh: Vicky Nurul Islamiyah Aku berdiri di depan pintu ruang kerja bapak. Tangan kananku berusaha meraih gagang pintu dan membukanya perlahan. Seketika itu, hawa pengap bercampur debu menyergap penciumanku. Langit-langit mulai dipenuhi jaring laba-laba. Beberapa hewan kecil tersangkut di dalamnya. Maklum saja, semenjak bapak dibawa pergi ke “tempat” itu, ruangan ini dikunci rapat oleh ibu. Seakan ibu ingin menutup semua kenangan buruk yang menimpa bapak. Di sudut ruangan dekat jendela, sebuah lukisan berukuran 80x40 cm tergeletak di lantai. Lukisan itu tampak usang. Kayu yang membingkainya tampak berbahan dasar kayu jati asli. Hanya saja, kaca yang menutupi bagian depan lukisan itu tinggal separo. Aku berjongkok dan mengambil lukisan itu. Memoriku kembali terbang mengenang kejadian de...
Kepala Ayam
CERPEN, SASTRA

Kepala Ayam

Oleh: Wika G. Wulandari Di jalanan itu kepala-kepala menunduk menatap lekat benda mungil serba bisa. Lewat layar yang tak pernah redup, mereka berharap bisa menemukan sesuatu untuk menyudutkan pemerintah. Di balik jendela berbingkai cokelat aku selalu memperhatikan mereka dalam balutan celemek merah bata dan secangkir cokelat hangat di atas nampan. Melayani pelanggan sambil menikmati kehidupan orang-orang yang tak bisa hidup tanpa telepon genggam. “Mereka sama sepertimu,” ujarmu suatu ketika. “Aku bukan kepala ayam,” sanggahku. “Berkelit dan pura-pura tuli saat ada yang berbicara tentang prinsip hidup. Ya, itulah mereka. Orang-orang dengan kepala ayam, karena selalu menunduk mencari sesuatu, dan jempol-jempol yang memperbudak mereka. Menyebarkan berita lewat satelit-satelit agar ...
Rombeng
CERPEN, SASTRA

Rombeng

Oleh: Japal Fauzi Usianya sekitar tiga puluh lima tahun, beristri dan punya satu anak. Dia memiliki pekerjaan yang lumayan penghasilannya. Dalam keseharian, dia juga berlaku wajar, berangkat bekerja  pagi hari dan pulang sore hari. Jika malam tiba, dia pun ikut beristirahat, bahkan tidurnya mengorok. Tak ada yang aneh dengan dirinya. Dia lelaki betulan, manusia berkumis tipis dari keturunan Adam. Dia adalah makhluk berakal yang tidak berbeda seperti manusia lainnya. Dia juga punya nama, Rombeng. Ada satu kelebihan yang dimiliki Rombeng. Di setiap tindak-tanduk dan perbuatan, dia selalu bilang “Ya”. Rombeng selalu menyetujui segala sesuatu yang dimaui orang lain. Dia begitu patuh, memegang teguh nasihat ayahnya yang berasal dari petuah moyangnya. Mengatakan “Ya” masih lebih berarti ...