Tag: cerita

Kepala Ayam
CERPEN, SASTRA

Kepala Ayam

Oleh: Wika G. Wulandari Di jalanan itu kepala-kepala menunduk menatap lekat benda mungil serba bisa. Lewat layar yang tak pernah redup, mereka berharap bisa menemukan sesuatu untuk menyudutkan pemerintah. Di balik jendela berbingkai cokelat aku selalu memperhatikan mereka dalam balutan celemek merah bata dan secangkir cokelat hangat di atas nampan. Melayani pelanggan sambil menikmati kehidupan orang-orang yang tak bisa hidup tanpa telepon genggam. “Mereka sama sepertimu,” ujarmu suatu ketika. “Aku bukan kepala ayam,” sanggahku. “Berkelit dan pura-pura tuli saat ada yang berbicara tentang prinsip hidup. Ya, itulah mereka. Orang-orang dengan kepala ayam, karena selalu menunduk mencari sesuatu, dan jempol-jempol yang memperbudak mereka. Menyebarkan berita lewat satelit-satelit agar ...
Rombeng
CERPEN, SASTRA

Rombeng

Oleh: Japal Fauzi Usianya sekitar tiga puluh lima tahun, beristri dan punya satu anak. Dia memiliki pekerjaan yang lumayan penghasilannya. Dalam keseharian, dia juga berlaku wajar, berangkat bekerja  pagi hari dan pulang sore hari. Jika malam tiba, dia pun ikut beristirahat, bahkan tidurnya mengorok. Tak ada yang aneh dengan dirinya. Dia lelaki betulan, manusia berkumis tipis dari keturunan Adam. Dia adalah makhluk berakal yang tidak berbeda seperti manusia lainnya. Dia juga punya nama, Rombeng. Ada satu kelebihan yang dimiliki Rombeng. Di setiap tindak-tanduk dan perbuatan, dia selalu bilang “Ya”. Rombeng selalu menyetujui segala sesuatu yang dimaui orang lain. Dia begitu patuh, memegang teguh nasihat ayahnya yang berasal dari petuah moyangnya. Mengatakan “Ya” masih lebih berarti ...
Sapi Gila
CERPEN, SASTRA

Sapi Gila

Oleh: Nurhidayat* Kopi keruh malam ini menjernihkan suasana. Dilengkapi dengan asap pekat yang kuisap, ternyata berhasil mengencerkan pemikiran. Keduanya berhasil menjadi kawan lekat obrolan yang rutin ini. Ya, pertemuan dengan Bari Si Kades baru memang bukan hal baru. Aku tak pernah bosan, selalu antusias dengan yang dibahas kala beradu. Bari yang jago pidato dan debat itu memang tak punya banyak kawan bicara, makanya dia sangat bahagia ketika aku bertamu. Aku pun begitu, hilang segala urusan kala bertandang. Dan selalu disambut dengan kopi cap Djempol, meski harus bermodal udud sendiri. Udud kita tak sama, udud adalah prinsip. Oh ya, ini fakta empiris yang cukup penting sebagai alasan kenapa aku selalu hadir Sabtu sore. Hampir lupa aku bercerita bahwa di desa, cuma Dewi, anak Bar...