
Oleh: Ika Tri Mulyani

Ilustrasi: Widyana Rahayu
Satu kisah sang pemberi kuasa,
yang lagi-lagi tersungkur mencium bangsa,
mengutuk para-para penguasa,
yang asyik membara menjilat singgasana.
Pongah di air muka penguasa.
Tahu kami bisanya hanya bersuara.
Pikir kedaulatan cuma miliknya.
Si Anjing itu lupa akan asalnya.
Satu, dua, tiga belas.
Tak kunjung lepas culasnya.
Lapuk habis etiknya.
Dungu sudah kepalanya.
“Hei!” seru kawanannya.
“Tidak usah berteriak!” pintanya.
Hei! Bodohnya!
Teriak saja mereka tak mendengarnya.
“Barang sedikit saja protes!”
Barang sedikit saja pun,
mereka enggan peduli,
muncungnya hanya rewel mencaci kami.
Jika keadilannya masih buta,
jika sejahtera hanya milik mereka,
jika bisik keras sang pemberi kuasa
masih menderu hingga angkasa,
dan jika suara kami dikurung,
raga kami dibawa ‘tuk dipasung,
maka bumi ibu pertiwi yang agung
akan terus dan tetap berkabung.
Editor: Helmalia Putri