
Ilustrasi: Tsabita Ismahnanda Purnama

Batik merupakan salah satu hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi. Berdasarkan etimologi dan terminologinya, istilah batik berasal dari bahasa Jawa yang merupakan rangkaian dari kata “mbat” yang artinya ngembat atau melempar berkali-kali dan “tik” yang artinya titik. Jadi, membatik artinya melempar titik berkali-kali pada kain. Ada pula yang mengatakan bahwa kata batik berasal dari kata “amba” yang berarti kain yang lebar dan kata titik. Artinya batik merupakan titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian sehingga menghasilkan pola-pola yang indah (Musman dan Arini, 2011).
Penelitian yang dilakukan Bandung Fe Institute dan Sobat Budaya pada 2015 mencatat, setidaknya ada 5.849 motif batik Indonesia yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Keragaman motif dan kuatnya nilai filosofi yang menyertai batik ini pun membuat United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) secara resmi menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada 2 Oktober 2009.
Batik Indonesia menjadi komoditas ekspor penting yang diminati di pasar internasional. Nilai ekspor batik Indonesia terus meningkat sejak tahun 2020 hingga 2022. Pada tahun 2022, nilai ekspor batik Indonesia mencapai USD 744,79 juta, tertinggi sejak tahun 2020. Negara-negara tujuan ekspor batik Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Australia.
Batik sendiri mulai dikenal pada zaman kerajaan Majapahit yang mana pada saat itu batik hanya dikenakan oleh kalangan keluarga kerajaan karena memiliki nilai prestise dan harga yang tinggi. Barulah pada era Pakubuwono VII akhirnya penggunaan batik tidak hanya sebatas bagi keluarga kerajaan saja, melainkan telah diperbolehkan untuk digunakan oleh masyarakat secara luas. Menurut Lisbijanto (2013), berdasarkan teknik pembuatan batik, terdapat empat jenis batik yaitu batik tulis, batik cap, batik kombinasi cap dan tulis, serta batik printing.
PROSES PEMBUATAN
Proses pembuatan batik dilakukan melalui proses yang cukup panjang. Menurut Riyanto (1997) setidaknya terdapat delapan tahapan dalam proses pembuatan batik, yaitu:
-
- Pencucian mori: Tahap pertama adalah pencucian kain mori untuk menghilangkan kanji, dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu memasukkan kain ke minyak jarak atau minyak kacang dalam abu merang agar kain menjadi lemas dan daya serapnya terhadap zat warna lebih tinggi. Agar susunan benang tetap baik, kain dikanji kemudian dijemur, selanjutnya dilakukan pengeplongan (kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik).
-
- Nyorek/mola: Berarti membuat pola di atas kain dengan cara meniru pola yang sudah ada (ngeblat). Contoh pola biasanya dibuat di atas kertas dan kemudian dijiplak sesuai pola di atas kain. Proses ini bisa dilakukan dengan membuat pola di atas kain langsung dengan canthing maupun dengan menggunakan pensil. Agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan bagus atau tidak pecah, perlu mengulang batikan di kain sebaliknya. Proses ini disebut gagangi.
-
- Membatik/nyanting: Proses menorehkan malam batik ke kain mori yang dimulai dengan nglowong (menggambar garis luar pola dan isen-isen). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian di dalam pola yang sudah dibuat, misalnya titik-titik. Ada pula istilah nruntum yang hampir sama dengan isen-isen, namun lebih rumit. Lalu, dilanjutkan dengan nembok (mengeblok bagian pola yang tidak akan diwarnai atau akan diwarnai dengan warna yang lain).
-
- Medel: Pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang kali hingga mendapatkan warna yang dikehendaki.
-
- Ngerok dan nggirah: Malam pada kain mori dikerok dengan lempengan logam dan dibilas dengan air bersih, kemudian diangin-anginkan hingga kering.
-
- Mbironi: Menutup warna biru dengan isen pola berupa cecek atau titik dengan malam.
-
- Nyoga: pencelupan kain untuk memberi warna coklat pada bagian-bagian yang tidak ditutup malam.
-
- Nglorot: Melepaskan malam dengan memasukkan kain ke dalam air mendidih yang sudah dicampuri bahan untuk mempermudah lepasnya lilin. Kemudian dibilas dengan air bersih dan diangin-anginkan.
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki corak batik ciri khasnya sendiri. contohnya seperti batik asal Pekalongan memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan motif batik dari pengrajin lainnya. Ciri khas batik asal Pekalongan biasanya menggunakan warna-warna bercorak cerah dan modern yang bersentuhan dengan flora dan fauna.
Agar batik tidak punah, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh generasi muda penerus bangsa untuk dapat menjaga batik sebagai kebudayaan dan warisan negara Indonesia adalah dengan menumbuhkan semangat berpakaian batik. Sebagai bagian dari negara Indonesia generasi-generasi muda harus menjadikan batik Indonesia sebagai pakaian yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti di area kampus, rumah, dan di lingkungan sekitar. Juga mendukung dan mengunjungi sentra-sentra batik di setiap daerah. Di sana dapat dipelajari teknik pembuatan batik dan berinteraksi dengan produsen batik secara langsung. Dengan mempelajari dan mengidentifikasi makna motif dari masing-masing daerah, para generasi muda telah berkontribusi dalam pelestarian nilai-nilai luhur batik.
Sumber: Risdok Beritaunsoed.com
Referensi:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/tag/batik-indonesia
https://www.kajianpustaka.com
https://travel.kompas.com
https://regional.kompas.com
https://www.rpx.co.id
https://satudata.kemendag.go.id