Oleh: Martin Sutri

Dikatakan suatu parodi
Ketika sahabatku temui jenuhnya
lantas
Dihitungnya menit diantara detik dan jam
Kemudian hari; minggu; hingga tahun!
Dia bicara tentang anarki
Dengan atribut disosoknya
Dia jadikan dirinya mikroskop
Aaaaaaachhh…..
1000 temanku
&
1000 lagi yang lainnya
Matanya bicara; mulutnya bisu
k e l u !
Barangkali pondokan penuh peluh
Menjanjikan segudang angka ajaib;
Tujuh bukan lagi tujuh;
Hitam bukan lagi hitam;
Dia bicara tentang bangku kuliah
lantas
Didapatnya sebuah pengertian
Bahwa disini bukan kandang kambing hitam
lantas
Ditelannya mentah-mentah suatu ironi
Nada minor. lagu-lagu di kaku lima.
Aaaaaaaach…..
1000 kepala termangu lesu
1000 telinga tersumbal popok
1000 mata tanpa sinar
Ya!
Kita tak mampu telanjang
Tak pantas untuk saling mencaci
Nol memang nol
&
Diantara 1000 kurcaci
Yang tersisa cuma luka;
Luka yang melahirkan kesumat!
Catatan redaksi:
Tulisan ini dimuat ulang dari Koran Sketsa Nomor 1 | 1989 pada Rubrik Sastra