Oleh: Alil Saputra
Akhmad Shodiq, Rektor Unsoed yang baru saja dilantik pada 18 Mei 2022 lalu tampaknya sudah mulai sibuk menangani berbagai macam urusan kampus. Setelah empat bulan menunggu, akhirnya awak LPM Sketsa dapat berkesempatan melakukan wawancara pada Rabu (10/8).
Menjelang pukul dua siang, kami menjumpai Akhmad Shodiq di Integrated Academic Building (IAB) yang berada di Jalan Dr. Soeparno. Mengenakan busana batik berwarna kuning emas yang lengkap dengan peci hitam, Akhmad Shodiq tampak siap diwawancarai.
Menjelaskan berbagai perkembangan visi, misi, dan program kerja saat masih menjadi bakal calon rektor, berikut nukilan wawancara kami dengan Akhmad Shodiq:
Dalam periode 2022 sampai 2026, target Unsoed itu dapat diakui secara nasional sebagai universitas yang memiliki kontribusi dalam Tri Dharma, khususnya dalam sumber daya pedesaan dan kearifan lokal. Jadi, semenjak Bapak dilantik, langkah pertama apa yang Bapak ambil untuk mencapai hal tersebut?
Itu, kan, kita memiliki visi panjang, itu Unsoed pada tahun 2034 menjadi pusat pengembangan sumber daya dan kearifan lokal. Jadi, kuncinya ada dua, sebagai pusat sumber daya dan yang ke dua local wisdom. Itu merupakan perjalanan panjang. Itu tadi disampaikan mengenai milestone, milestone-nya itu pada saat ini, kan, diakui pada 2022 sampai 2026. Tahap yang namanya pimpinan itu harus mengoordinasikan, yang pertama adalah kami mengoordinasikan. Mengoordinasikan artinya di Unsoed ada 12 fakultas, kemudian berikutnya ada 84 program studi, itu kalo pimpinan akan mengoordinasikan. Nah, kemudian secara bersama-sama, itu membawa ke arah sana (target Unsoed-red). Jadi, itu langkah yang pertama, mengoordinasikan, kemudian secara bersama-sama, bersama dengan seluruh unit, mengarahkan agar visi Unsoed di 2034 itu bisa tercapai.
Dalam penyampaian visi misi, Bapak juga pernah menyebutkan mengenai smart green campus, sebenarnya apa smart green campus ini dan apakah berbeda dengan green campus?
Kuncinya (smart green campus-red) adalah kampus harapannya ramah. Memberikan kenyamanan untuk belajar. Seperti yang disebutkan tadi, smart dapat diartikan sebagai cerdas. Cerdas biasanya terkait dengan teknologi. Harapannya yang sudah dicanangkan oleh terdahulu (rektor sebelumnya-red), kita kan melanjutkan (rektor terdahulu-red).
Dalam program Bapak, disebutkan mengenai penambahan program studi, sejauh yang kami tahu, yang paling sering disebut akan diadakan adalah pengembangan program studi karawitan, seni tari, dan pendalangan yang diminta langsung oleh Pemkab. Bagaimana perkembangan dari pengembangan program studi ini? atau barangkali ada prioritas pengembangan program studi lain, pak? untuk target kira-kira bakal diadakan tahun berapa?
Kemarin Pak Bupati juga menanyakan hal serupa. Jadi, itu juga sedang diproses. Kurikulum sudah jadi, SDM sudah jadi, hanya satu kendalanya yaitu nomenklatur yang di Jakarta itu tidak ada program studi yang khusus itu, jadi kita jembatani nama program studinya yang mengakomodir. Kendala kedua adalah program itu sejatinya program yang menjembatani program kepentingan bupati, ini kita jalankan. Jadi adik-adik yang ingin di bidang itu, karena belum ada jadi kita jembatani masuk di prodi-prodi yang lain.
Ada target realisasinya, tidak, Pak?
Targetnya segera.
Terkait Unsoed Inn, peletakan batu pertama itu sudah dari September dan dijanjikan bahwa kontraknya habis pada bulan Juli 2022. Ini sudah habis tenggatnya, ya, Pak? apakah ada kelanjutannya, karena sampai sekarang belum ada pembangunan lagi?
Kalau berkaitan kontrak, kan, itu ada perjanjian dan itu pasti (ada-red) notaris. Sebenarnya itu dikelola oleh BPU (Badan Pengelola Usaha-red), ini sedang diproses dan ditegakkan sesuai dengan kontrak tersebut. Kebetulan minggu lalu sudah kita surati dan yang bersangkutan datang. Jadi, ada pembicaraan kalau itu (investor-red) tidak bisa melanjutkan, ya, sudah, harus berhenti, dan nanti ada beberapa implikasi yang itu harus dipenuhi oleh para mitra. Kita berharap itu harus segera, tapi ternyata yang kejadian ini (mangkrak-red) tampaknya ketidakmampuan untuk melanjutkan.
Berarti kemungkinan tidak dilanjut, Pak?
Ya, dilanjut. Tetapi mencari investor baru. Tetapi belum ada keputusan yang pasti.
Berarti belum jelas menggunakan investor lama atau baru?
Iya, masih menunggu. Tapi date-nya sudah ditentukan, kapan harus memberikan pernyataan itu.
Kira-kita kapan itu, Pak?
Mudah-mudahan tidak melebihi bulan ini (Agustus-red).
Kalau boleh tahu, terhambat karena apa, Pak?
Yang paling memungkinkan faktornya tidak memiliki kemampuan di pembiayaan.
Sebenarnya, urgensi pembangunan hotel ini apa ya, Pak?
Menambah pendapatan. Yang jelas yang itu rutin, wisuda setahun berapa kali? Empat. Itu pada tidur di mana? Itu pemasukan. Kemudian yang kedua sebagai tempat makan. Kemudian, hall untuk expo bisa nggak itu untuk produk-produk Unsoed dan sebagainya. Sama untuk kegiatan mahasiswa, ada gelanggang dan sebagainya. Kita barangkali sudah ketinggalan, kalau di Jogja banyak sekali. UII punya, UGM punya. Kalau kita punya hanya closehouse (kandang ayam-red) saja, itu yang bisa mendatangkan relatif tinggi untuk pendapatan. Closehouse itu kan benefitnya banyak, mahasiswa bisa belajar berkaitan dengan industri. Terus karena itu memiliki profit tinggi buat lagi di Gunung Tugel. Harapannya industri yang seperti itu dikembangkan. Itu harapannya itu, untuk meningkatkan pendapatan di Unsoed. Karena kalau menaikkan pendapatan dari UKT mahasiswa, orang tuanya mau, tapi mahasiswanya yang nggak mau.
Untuk hotel Unsoed Inn sendiri, fungsi akademik yang bisa diperoleh itu apa, Pak?
Satu, itu kalo untuk proses pembelajarannya adalah untuk magang. Yang namanya hotel, kan, pasti menyediakan fasilitas, ada ruangan, dan sebagainya, bisa itu sebagai meeting room. Teaching juga bisa ada di situ, kemudian seminar dan sebagainya. Sangat luas di sisi akademik.
Berarti nanti tetap dikenakan biaya, ya, Pak?
Kalau nggak ada biaya nanti di masjid itu tanpa biaya, adanya kotak infak. Itu, kan, profesional. Jadi nanti ada yang mengelola, itu profesional. Tentu saja itu pasti ada aturannya.
Pembangunan Hotel Unsoed Inn ini sebagai usaha Unsoed dari PTN-BLU ke PTN-BH, itu benar tidak, Pak?
Kita kan didorong, mas. Bahwa perguruan tinggi itu klasternya ada tiga. Satu, satker (satuan kerja-red). Kemudian yang kedua, BLU (Badan Layanan Umum-red). Yang terakhir, PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum-red). Kalau berbadan hukum harapannya bisa membangun cepat, fasilitas bisa dilengkapi. Satu contoh ya, kalau njenengan silaturahmi ke Brawijaya mungkin, kondisinya sangat beda, gedung sudah megah-megah. Nah, itu bisa membangun sendiri. Dengan keleluasaan mengatur pembiayaan, mencari pendapatan, itu di antaranya itu. Begitu Unsoed? belum. Kalau dikaitkan dengan hotel, itu di antaranya. Bisa men-support ke sana karena itu salah satu unit untuk meningkatkan pendapatan di samping banyak sekali yang bisa kita laksanakan. Dengan para alumni itu akan membuat unit-unit usaha, tentunya itu yang ada aspek benefit untuk akademik dan juga aspek profit pengembangan Unsoed.
Berarti dengan adanya pembangunan hotel ini bisa menjadi bentuk indikasi menuju PTN-BH?
Salah satu usaha, ikhtiar untuk meningkatkan pendapatan. Tapi kalau untuk Brawijaya pendapatannya cenderung untuk menaikkan biaya mahasiswa, itu yang besar. Satu, naikkan UKT. Kedua, menaikkan jumlah penerimaan mahasiswa. Jadi, adik-adik yang usianya sebaya dengan njenengan (awak redaksi-red) tidak mampu melanjutkan itu sangat tinggi. Nah, idealnya ini perguruan tinggi meningkatkan program studi, meningkatkan jumlah mahasiswa dan sebagainya. Itu jangan langsung ditunjuk bahwa ada hotel langsung PTN-BH.
Pendapatannya Unsoed itu dari mana selain dari UKT dan program-programnya BPU?
UKT, BPU. Ada pendapatan kerja sama juga. Terus kita dapat hibah banyak sekali. Saya menyebut silaturahmi, kita silaturahmi ke beberapa kabupaten, Kabupaten Banyumas ngasih lahan sekitar 5,5 Hektare. Cilacap juga ngasih, malah Pak Bupatinya sendiri, untuk pengembangan kampus perikanan dan kelautan, juga pengembangan untuk kedokteran. Yang jauh lagi Pangandaran, bupatinya juga yang ke sini. Jadi kita silaturahmi ternyata mendapatkan itu. Bukan hanya ngasih lahan tapi juga program untuk mengembangkan SDM.
Terkait uang pangkal, itu sebenarnya digunakan untuk apa?
Bukan uang pangkal, iuran pengembangan institusi. Itu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Yang kedua untuk meningkatkan kualitas kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Nah, itu diarahkan ke sana. Makanya kegiatan-kegiatan dari uang pangkal cenderung untuk meningkatkan ke sana, yang diharapkan adalah kegiatannya langsung. Itu dikelola oleh unit. Dan itu yang memberikan hanya sebagian kecil, itu kan hanya jalur mandiri. Kalau sudah PTN-BH, yang seperti itu bisa besar sekali. Sehingga bisa jadi pembangunan gedung-gedung dan sebagainya.
Selanjutnya terkait UKT 50%, jadi kemarin ada keluhan mahasiswa terkait mereka harus mendaftar lagi untuk mendapatkan potongan UKT. Pertanyaannya, kenapa harus tetap membayar UKT penuh, sedangkan mahasiswa tinggal mengerjakan skripsi dan itu tidak menggunakan fasilitas apa pun. Kenapa harus mengajukan, kenapa tidak langsung tersistem?
Kan, itu harus mengajukan, dan itu harus ada surat pernyataan. Dan itu harus ada pertanggungjawaban bahwa dalam satu semester itu selesai. Ternyata, kan, tidak. Jadi harapannya kami memberikan edukasi, bahwa tinggal tugas akhir yang sembilan SKS, harapannya dalam satu semester selesai. Tapi, ternyata kejadiannya tuh panjang. Kemudian yang kedua, ada perpanjangan dari kementerian, itu yang nyaris-nyaris DO (drop out–red) dikasih perpanjangan. Nah, kemudian adik-adik BEM ketemu saya ya sudah tak longgarkan lagi. Diberi kesempatan boleh lebih dari satu. Tapi kami memberikan keyakinan tolong para dekan, WD 1 (wakil dekan bidang akademik-red) untuk mengawal itu segera selesai. Harapannya itu, untuk aspek edukasi dan tanggung jawab.
Sebagai penutup wawancara, awak LPM Sketsa menceritakan fasilitas di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Jika memang benar, bukankah statement tersebut akan sangat menarik?
Ini keluhan, Pak. Kalau Bapak datang ke PKM itu kamar mandi sudah tidak layak pakai.
Oke. Njenengan (awak redaksi-red) keluhan-keluhannya tulis saja. Kalau itu sarana-prasarana tulis saja. Segera kirim ke saya. Syukur difoto. Kita tidak ingin yang sesuatu yang tidak layak kalau memang itu bisa dilaksanakan oleh kita.
Reporter: Alil Saputra, Aprilia Ani Fatimah, Nida Ismiatun Azzahra, Zahroh Almas Majid