Penyampaian orasi oleh Mahasiswa. Foto: Raisan Mumtaz
PURWOKERTO– Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed menggelar aksi teatrikal merespon tindakan anti-demokrasi kampus, Sabtu Malam (6/7).
Aksi ini menjadi tindak lanjut dari aksi duduki rektorat yang berlangsung pada 8 Mei lalu.
Pasalnya, pasca aksi duduki rektorat tersebut, beberapa mahasiswa yang terlibat, mengaku mendapatkan ancaman dan intimidasi dari pihak kampus. Hal itu disampaikan oleh Menteri Agitasi dan Propaganda BEM Unsoed Fakhrul Firdausi.
Fakhrul mengatakan, Presiden BEM Fatih Fida ’Ain menjadi salah satunya. Seminggu setelah aksi, Fatih di sidang di hadapan seluruh jajaran dekanat Fakultas Pertanian dan hadir juga pihak Jurusan Agribisnis.
Dosen pembimbing skripsi Fatih diganti dengan Dekan Fakultas lantaran ia dianggap sebagai pembuat onar. Selain itu, Fatih juga diminta berhenti dari jabatan Presiden BEM dan bahkan diancam kelulusannya akan dipersulit oleh pihak kampus.
Selain Fatih, ancaman lain juga diberikan kepada mantan Menteri Kajian Strategis BEM Unsoed yang tidak Fakhrul sebutkan namanya. Melalui pesan singkat, Ia diancam akan diberikan surat pengantar ijazah yang menyatakan mahasiswa tersebut pernah mengikuti aksi demonstrasi.
“Jadi diancamnya akan sulit mendapatkan pekerjaan. Itu ancaman secara langsung. Ada pesan singkatnya di WA (media sosial-red) dan sempat dicapture langsung,” begitu jelasnya

Dengan mengenakan pakaian hitam, massa memulai aksi dengan pembacaan puisi. Kemudian, aksi dilanjutkan dengan pertunjukan teatrikal yang menggambarkan bagaimana kampus membungkam demokrasi mahasiswa. Lalu diakhiri dengan penyampaian orasi oleh mahasiswa.
Dalam orasinya, koordinator aksi Galih Satria sangat mengecam tindakan anti demokrasi ini, “Apabila (tindakan-red) ini didiamkan, tidak menutup kemungkinan mahasiswa akan kehilangan peran dalam pemberi kritik sebagai partner kritik birokrasi ke pemerintah,” begitu ujarnya saat mengakhiri aksi. [Lilit Widiyanti]
Reporter: Lilit Widiyanti dan Raisan Mumtaz
Editor: Mukti Palupi