Memajang Nini
Oleh: Muhammad Qadhafi
Ini malam bukan purnama. Tiada perayaan panen. Sedang di hadapan nyala neon museum, mata kantuk penonton bayaran, serta handycam pelancong yang berkedip merah—Nini tanpa kaki itu dipaksa menari.
“Mengapa dipegangi begitu?” tanya George lirih, sambil pasang perekam pada tripod yang berdiri dua langkah dari batas teritorial menari Nini.
Seorang pemandu bernama Dendi menerangkan, “Kalau tak dipegang, dia bisa kabur. Terbang, Mister.”
“Terbang? Oh, itu akan jadi video menggemparkan!”
“Ya. Tapi kalau terbang, tentu dia tidak menari.”
“Tapi sekarang dia tidak terbang, tidak juga menari. Hanya gemetaran begitu.”
Hampir lima belas menit berlalu. Gejog Lesung sudah tumbuk tiga lagu. Syair-syair tembang yang disukai Nini pun telah terlantun. Tapi, Nini masih enggan me...