Sastra Inggris Tergusur (lagi)

Kampus Kalibakal yang identik dengan kampus sastra kini perlahan mulai pudar. Berawal di tahun 2009 Jurusan Kedokteran Gigi yang notabene jurusan baru mengambil alih beberapa ruangan di kampus Kalibakal untuk disulap menjadi laboratorium.

Mahasiswa Sasing (Sastra Inggris- red) melakukan long-march dari kampus Kalibakal menuju gedung rektorat di daerah Grendeng untuk menyatakan penolakan. Namun hasil dari unjuk rasa tersebut adalah nihil, kampus mereka tetap tergusur. Dan kejadian serupa terulang lagi. Tepat di minggu ketiga liburan semester satu pembongkaran aula kampus Kalibakal dimulai.

Menurut Suci Mahasiswi Sasing angkatan 2009, isu kepindahan kampus secara total mungkin itu yang membuat tidak ada aksi penolakan seperti yang terjadi tahun 2009. Setelah pengambilalihan ruangan itu kini hanya ada empat ruang kuliah dan jumlah itu tidak akan memadahi untuk menyelenggarakan kuliah. Imbasnya sebagian mahasiswa harus bolak-balik ke kampus D3 Bahasa Inggris yang berada di kawasan Karangwangkal untuk kuliah.

Ruang aula bukan semata ruang kuliah tetapi juga ruang mahasiswa sastra berkreasi. Banyak kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan di aula, mulai dari ospek, pementasan teater, atau diskusi publik. Kini ruang ekspresi mereka telah tergusur.

“Meskipun panggung kami telah digusur tapi kami akan tetap berkarya karena bagi kami alam ini adalah panggung,” tutur Jaka salah seorang anggota UKM Teater Kampus Sastra. Jaka juga menambahkan kabarnya sudah ada itikad baik dari birokrat untuk membangun aula lagi untuk sastra di bekas gedung teknik yang berada di kawasan kampus FISIP.

“Kalau masalah itu silahkan langsung saja menghubungi dekanat, Saya cuma Kajur,” terang Pak Azhari saat coba diwawancara oleh Tim Sketsa tentang alasan pengambil-alihan itu. Hampir senada diungkapkan Pembantu dekan (PD) III FISIP saat dimintai keterangan terkait masalah ini. Menurut penuturan beliau kebijakan pengambil-alihan kampus merupakan kebijakan Top-Down.

“Kami ditingkat fakultas hanya kepanjangan tangan dari pusat.” Beliau juga menambahkan ada kompensasi dari semuanya berupa sudah dibangunkannya empat ruang kuliah baru di kawasan kampus D3 Bahasa Inggris. Kebijakan penataan kampus merupakan dasar dari pengambilalihan ini karena pada tahun 2012-2013 Unsoed akan menjadi 12 fakultas dan salah satunya Fakultas Ilmu Budaya yang akan dipusatkan di Kawasan kampus D3 bahasa.

“Yang saya sayangkan tidak ada sosialisasi mengenai pengambilalihan gedung ini, mahasiswa tidak dilibatkan sama sekali dalam pengambilan keputusan, dalam waktu dekat kami akan meminta diadakan audiensi,” keluh jaka. “Kalau masalah mahasiswa mau mengadakan audiensi saya selaku PD III siap memfasilitasinya. Saya akan menghadirkan pihak yang berwenang dengan kebijakan pengambilalihan ini, seperti Kajur Budaya, Dekan, dan pihak lainnya,” ujar PD III FISIP Bambang Suswanto M.Si. (Ubaid)

Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di lpmsketsa.com, dimuat ulang di BU (beritaunsoed.com) agar tetap bisa diakses pembaca. Portal berita lpmsketsa.com resmi beralih ke beritaunsoed.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *